TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pertempuran Sengit, 81 Tentara Mali Tewas Dibunuh Pemberontak Tuareg

Kelompok CMA kuasai kota Bamba

ilustrasi (Pexels.com/Jakson Martins)

Jakarta, IDN Times - Kelompok pemberontak Tuareg mengklaim telah menguasai kota Bamba, Mali utara pada Minggu (1/10/2023). Kota itu sebelumnya dikuasai oleh tentara. Pertempuran berlangsung sengit.

Selain itu, mereka juga mengatakan telah membunuh 81 tentara ketika bentrokan terjadi pada Sabtu. Pemerintah Mali, di sisi lain, mengonfirmasi serangan di wilayah Mopti yang menargetkan pangkalan militer. Wilayah itu berada di sebelah barat Bamba.

Ketegangan telah meningkat di Mali utara sejak pasukan penjaga perdamaian PBB menarik diri dari negara itu karena perintah junta militer yang berkuasa. Pertempuran meningkat, baik itu serangan dari kalangan Tuareg atau dari kelompok militan jihadis.

Baca Juga: Oposisi Mali Protes Putusan Junta Militer yang Tunda Pilpres

1. Pertempuran sengit di kota Bamba

ilustrasi (Pixabay.com/Nambasi)

Kota Bamba berada di sisi Sungai Niger, antara kota Timbuktu dan Gao, yang didominasi oleh kelompok bernama Coordination of Azawad Movements (CMA), aliansi mayoritas etnis Tuareg yang mencari otonomi atau kemerdekaan.

Dilansir VOA News, tentara Mali melaporkan terjadi pertempuran sengit melawan kelompok tersebut pada dini hari. Mereka mengabarkan hal itu di media sosial, namun tanpa rincian pertempuran.

Di sisi lain, CMA pada Sabtu mengklaim telah menimbulkan kerugian besar pada militer Mali. Mereka mengatakan telah menewaskan 81 tentara.

Pada 7 September, militer Mali yang ada di Bamba juga mendapatkan serangan. Pihak penyerang berasal dari aliansi jihadis yang terafiliasi dengan al-Qaeda, yakni Support Group for Islam and Muslims (GSIM).

2. Serangan berulang yang menargetkan pangkalan militer

Dalam beberapa pekan terakhir, pangkalan militer di Mali telah mendapatkan serangan dari Tuareg. Serangan di Bamba adalah yang keempat. Sebelumnya, CMA telah melakukan serangan ke Lere, Dioura dan Bourem.

Serangan tersebut menandakan telah terjadi peningkatan ketegangan antara beberapa pihak yang berupaya mengusai Mali tengah dan utara yang didominasi wilayah gurun.

Dilansir Deutsche Welle, CMA merupakan salah satu pihak yang terlibat dalam penandatangan damai dengan pemerintah dan milisi pro-pemerintah pada 2015. Perjanjian damai itu dinilai rapuh sejak ketegangan meningkat ketika militer menggulingkan kekuasaan sipil.

CMA menginginkan otonomi atau kemerdekaan di wilayah yang mereka sebut Azawad. Mereka pernah memberikan hantaman serangan yang hebat pada 2012, tapi berhasil dipukul mundur usai pemerintah Bamako meminta Prancis untuk melakukan intervensi pada 2013.

Baca Juga: Umumkan Penundaan Pemilu, Mali: Gegara Perusahaan Prancis!

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya