TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Trump: Umat Kristen Tak Perlu Memilih Lagi Usai Pemilu 2024

Trump dikritik sebagai calon pemimpin otoriter

Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (instagram.com/realdonaldtrump)

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali memicu kontroversi dengan pernyataannya kepada pendukung Kristennya.

Pernyataan itu disampaikan melalui pidato di acara yang diselenggarakan oleh kelompok advokasi Kristen sayap kanan Turning Point Action di West Palm Beach, Florida, Jumat (26/7/2024). Saat itu, Trump menyerukan umat Kristen untuk memilihnya hanya kali ini saja.

"Umat Kristen, keluarlah dan pilihlah. Hanya kali ini. Kalian tidak perlu melakukannya lagi. Empat tahun lagi, semuanya akan diperbaiki, semuanya akan baik-baik saja, kalian tidak perlu memilih lagi," kata dia. 

Pernyataan ini memicu kekhawatiran di kalangan kritikus dan pengamat politik. Banyak yang melihatnya sebagai ancaman terhadap demokrasi dan norma-norma demokratis yang selama ini dijunjung tinggi di AS.

1. Tanggapan tim kampanye Donald Trump

Pernyataan ini disampaikan di hadapan pendukungnya yang mayoritas beragama Kristen konservatif. Trump sendiri sebelumnya dinilai tidak pernah menunjukkan ketaatan beragama yang khusus sebelum memasuki dunia politik.

Menanggapi kontroversi yang muncul, juru bicara kampanye Trump, Steven Cheung, mencoba mengklarifikasi pernyataan tersebut.

"Presiden Trump berbicara tentang menyatukan negara ini dan membawa kemakmuran bagi setiap warga Amerika, berbeda dengan lingkungan politik yang memecah belah yang telah menabur begitu banyak perpecahan," ujar Cheung, dikutip dari New York Times.

Pernyataan Trump ini bukan yang pertama kali memicu kontroversi. Sebelumnya, dalam wawancara dengan Sean Hannity, Trump pernah mengatakan dia akan menjadi diktator pada hari pertama jika terpilih kembali. Dia berjanji menggunakan kesempatan itu untuk fokus pada penutupan perbatasan dan pengeboran minyak.

Baca Juga: Trump-Netanyahu Bertemu, Kecam Komentar Kamala Harris soal Gaza

2. Reaksi terhadap pernyataan Trump

Pernyataan Trump segera memicu berbagai reaksi. Para kritikus dan ahli otokrasi memperingatkan publik untuk menganggap serius pernyataan semacam itu.

"Ini bukan nasionalisme Kristen yang halus. Dia berbicara tentang mengakhiri demokrasi kita dan membangun negara Kristen," kritik Andrew Seidel, pengacara konstitusi dan hak-hak sipil, dilansir dari The Guardian.

Tim kampanye Harris secara konsisten melabeli Trump sebagai ancaman terhadap demokrasi. James Singer, juru bicara kampanye Harris, mengkritik Trump dalam sebuah pernyataan karena berbohong tentang pemilihan 2020.

Pernyataan Trump juga tidak terlepas dari klaim berkelanjutannya bahwa pemilihan 2020 dicurangi. Klaim ini telah menginspirasi sebagian pendukungnya untuk menyerbu Capitol pada 6 Januari 2021, dalam upaya untuk mempertahankan kekuasaannya.

Trump juga telah berulang kali mengungkapkan kekagumannya pada pemimpin-pemimpin otoriter seperti Vladimir Putin dari Rusia, Viktor Orbán dari Hungaria, dan Kim Jong-un dari Korea Utara. Hal ini semakin menambah kekhawatiran tentang kecenderungan otoriternya.

Verified Writer

Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya