TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PBB: Program Pekerja Asing Kanada Bibit Perbudakan Modern 

Pekerja asing di Kanada terjebak utang dan eksploitasi

Bendera Kanada. (unsplash.com/Praveen Kumar Nandagiri)

Jakarta, IDN Times - Utusan khusus PBB, Tomoya Obokata, mengatakan bahwa program pekerja asing sementara Kanada dinilai sebagai tempat berkembang biak perbudakan modern. Laporan tersebut mengungkap adanya ketidakseimbangan kekuasaan dan praktik diskriminatif yang mengeksploitasi pekerja dari negara-negara berkembang.

Melansir dari The Guardian pada Rabu (14/8/2024), Obokata melakukan kunjungan ke Ottawa, Moncton, Montreal, Toronto, dan Vancouver untuk meneliti program yang telah berjalan selama beberapa dekade ini. Program tersebut sangat bergantung pada pekerja dari Meksiko, Guatemala, dan Jamaika.

Angka pekerja asing sementara di Kanada melonjak drastis. Tahun lalu, pengusaha disetujui untuk mempekerjakan 239.646 pekerja asing sementara, lebih dari dua kali lipat dibandingkan 108.988 pekerja pada 2018, menurut data Departemen Ketenagakerjaan dan Pembangunan Sosial Kanada.

Laporan ini muncul di tengah meningkatnya seruan merombak program kontroversial tersebut. Berbagai pihak mendesak Kanada untuk segera mengambil tindakan tegas guna melindungi hak-hak pekerja asing.

1. Pekerja asing terjebak utang dan hadapi pelecehan

Obokata menemukan banyak pekerja terjebak dalam jeratan utang. Mereka terpaksa meminjam uang untuk berpartisipasi dalam program dan bergantung pada upah di Kanada untuk melunasi utang yang menumpuk.

Laporan tersebut juga mengungkap adanya pelecehan emosional dan fisik yang meluas, pencurian upah, kondisi kerja berbahaya, jam kerja panjang, pelecehan seksual, dan eksploitasi.

"Program pekerja asing sementara melembagakan ketidakseimbangan kekuasaan yang menguntungkan pengusaha dan mencegah pekerja menggunakan hak-hak mereka," tulis Obokata dalam laporannya.

Izin kerja yang terikat pada pemberi kerja tertentu juga mencegah pekerja mencari pekerjaan dengan bayaran lebih baik. Ironisnya, meski membayar program bantuan sosial negara, para pekerja asing ini tidak dapat mengaksesnya.

"Frustrasi kami bukan hanya tentang eksploitasi, tapi juga tentang dehumanisasi rasial yang dihadapi para pekerja ini," ujar Chris Ramsaroop dari Justice for Migrant Workers.

Baca Juga: Pekerja di Kanada Tewas akibat Serangan Beruang Kutub

2. Program meluas ke sektor makanan cepat saji dan konstruksi

Program pekerja asing sementara kini semakin meluas. Pengusaha mulai menggunakannya untuk mengisi posisi di sektor baru, termasuk makanan cepat saji dan konstruksi. Jumlah pekerja yang dipekerjakan untuk pekerjaan bergaji rendah di sektor kesehatan meningkat signifikan sejak 2018.

Melansir dari The Globe and Mail, selama kuartal pertama 2024, pengusaha menerima persetujuan pemerintah untuk mempekerjakan 28.730 orang melalui program pekerja asing sementara upah rendah. Angka ini meningkat 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan merupakan jumlah persetujuan kuartalan tertinggi dalam catatan pemerintah sejak 2016.

Perluasan program ini terjadi setelah puncak pandemik COVID-19, menanggapi seruan kelompok bisnis yang mengklaim menghadapi kekurangan tenaga kerja akut. Namun, langkah ini menuai kritik keras dari berbagai pihak.

Kritik semakin menguat dengan adanya gugatan kelompok senilai 500 juta dolar Kanada (Rp 5,7 triliun) yang menuduh elemen-elemen dalam program tersebut melanggar hak-hak pekerja yang dijamin konstitusi. Gugatan ini, meski belum disertifikasi, menunjukkan besarnya permasalahan yang ada dalam program tersebut.

Verified Writer

Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya