TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lukisan Van Gogh di Inggris Kembali Jadi Target Vandalisme Aktivis

Pelaku vandalisme serupa di hukum penjara di hari yang sama

lukisan "Sunflowers" oleh Van Gogh. (unsplash.com/Falco Negenman)

Intinya Sih...

  • Aktivis iklim lemparkan sup ke lukisan Van Gogh di Galeri Nasional London.
  • Tiga pendukung Just Stop Oil melemparkan sup ke dua lukisan "Sunflowers" tanpa merusak berkat lapisan kaca pelindung.
  • Aksi terjadi satu jam setelah 2 aktivis dijatuhi hukuman penjara atas aksi serupa pada 2022.

Jakarta, IDN Times - Aktivis iklim kembali melakukan aksi protes dengan melemparkan sup ke lukisan Vincent van Gogh di Galeri Nasional London, Jumat (27/9/2024). Insiden ini terjadi hanya satu jam setelah dua aktivis lainnya dijatuhi hukuman penjara atas aksi serupa pada 2022.

Tiga pendukung kelompok Just Stop Oil memasuki galeri dan melemparkan sup ke dua lukisan dari seri "Sunflowers" karya Van Gogh. Lukisan yang menjadi target adalah versi 1888 milik Galeri Nasional London dan versi 1889 yang dipinjam dari Museum Seni Philadelphia. Beruntung, kedua lukisan ikonik tersebut tidak mengalami kerusakan berkat lapisan kaca pelindung yang terpasang.

1. Galeri sempat ditutup dan aktivis ditangkap

Ketiga aktivis yang mengenakan kaus Just Stop Oil memasuki ruang pameran sekitar pukul 14.30 waktu setempat. Mereka langsung melemparkan sup ke arah dua lukisan "Sunflowers" yang terpajang berdampingan. Pihak galeri segera menutup ruang pameran untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap kedua lukisan.

"Kedua lukisan segera diamankan dan diperiksa oleh tim konservasi kami," ujar juru bicara galeri.

Setelah dipastikan tidak ada kerusakan, galeri kembali dibuka pada hari yang sama. Sementara itu, ketiga aktivis langsung ditangkap oleh petugas keamanan dan diserahkan kepada pihak berwenang.

"Kami akan mempertanggungjawabkan tindakan kami hari ini dan menghadapi hukum," kata Ludi Simpson, 71, salah satu aktivis yang terlibat, dilansir dari The Guardian. 

Just Stop Oil, kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas aksi tersebut, menuntut pemerintah Inggris untuk segera menghentikan semua proyek minyak dan gas baru.

"Ketika para eksekutif perusahaan bahan bakar fosil dan politisi yang mereka beli akan dimintai pertanggungjawaban atas kerusakan kriminal yang mereka timbulkan pada setiap makhluk hidup?" tanya Simpson kepada pengunjung galeri.

Baca Juga: Kelompok Bersenjata Tembak Mati Pekerja Bantuan di Gaza

2. Pelaku aksi serupa pada 2022 dijatuhi hukuman penjara

Aksi terbaru ini terjadi tepat satu jam setelah dua aktivis Just Stop Oil lainnya dijatuhi hukuman penjara atas aksi serupa pada Oktober 2022. Phoebe Plummer, 23, dijatuhi hukuman dua tahun penjara, sementara Anna Holland, 22, menerima hukuman 20 bulan penjara.

"Kalian berdua sama sekali tidak berhak melakukan apa yang kalian lakukan terhadap Sunflowers, dan keangkuhan kalian yang berpikir sebaliknya pantas mendapat kecaman sekeras-kerasnya," ujar Hakim Christopher Hehir.

Dilansir dari CBS News, Plummer dan Holland dinyatakan bersalah atas tuduhan perusakan pada Juli lalu. Meski lukisan tidak rusak berkat lapisan kaca, bingkai abad ke-17 yang mengelilinginya mengalami kerusakan senilai 10 ribu poundsterling atau sekitar Rp202 juta.

"Kalian berdua nyaris merusak atau bahkan menghancurkan harta tak ternilai ini kalau bukan karena ketebalan kaca pelindungnya, dan itu harus tercermin dalam hukuman yang saya jatuhkan," tegas Hakim Hehir.

3. Protes iklim radikal semakin marak

Aksi Just Stop Oil telah memicu berbagai protes serupa di seluruh dunia. Dilansir Washington Post, tak lama setelah insiden "Sunflowers" pertama, aktivis iklim di Jerman melemparkan kentang tumbuk ke lukisan Claude Monet. Musim panas lalu, seorang aktivis berusia 66 tahun mengganggu pertandingan tenis di Wimbledon.

Mantan Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, menyebut para aktivis ini sebagai "eco-zealots" atau fanatik lingkungan. Para hakim pun mulai menindak tegas aksi-aksi protes radikal. Lima aktivis yang memanjat gantry di jalan raya dijatuhi hukuman 4-5 tahun penjara. Putusan ini menjadi hukuman terlama untuk protes tanpa kekerasan di Inggris.

Namun, organisasi lingkungan seperti Greenpeace Inggris mengkritik keras hukuman terbaru.

"Ini adalah hukuman yang tidak proporsional untuk protes yang hanya menyebabkan kerusakan minor pada bingkai lukisan dan sama sekali tidak merusak kanvasnya," ujar Will McCallum, direktur eksekutif Greenpeace Inggris. 

Baca Juga: PBB: Lebih dari 30 Ribu Orang di Lebanon Melarikan Diri ke Suriah

Verified Writer

Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya