TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

FBI Ungkap Penurunan Drastis Tingkat Pembunuhan di AS pada 2023

Kejahatan kekerasan turun, namun persepsi publik berbeda

ilustrasi bendera Amerika Serikat. (unsplash.com/Brandon Mowinkel)

Intinya Sih...

  • Tingkat pembunuhan di AS turun 11,6 persen pada tahun 2023, menandai penurunan terbesar sejak 1960.
  • Kejahatan kekerasan secara keseluruhan turun 3 persen, dengan penurunan kasus perampokan, pencurian, dan pemerkosaan.
  • Persepsi publik tentang peningkatan kejahatan tidak sejalan dengan data FBI; politisi seperti Donald Trump memanfaatkan narasi ini untuk kampanye.

Jakarta, IDN Times - Biro Penyelidikan Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) merilis laporan pada Senin (23/9/2024) yang mengungkapkan penurunan signifikan tingkat pembunuhan di negara itu sepanjang tahun 2023. Angka pembunuhan turun sebesar 11,6 persen dibandingkan tahun 2022. Ini menjadikannya penurunan terbesar dalam satu tahun sejak pencatatan nasional dimulai pada 1960.

Laporan tahunan FBI bertajuk "Crime in the Nation" juga menunjukkan penurunan kejahatan kekerasan secara keseluruhan sebesar 3 persen pada 2023. Data yang dikumpulkan mencakup lebih dari 315 juta orang atau setara dengan 94,3 persen populasi AS. Temuan ini menjadi sorotan di tengah perdebatan politik menjelang pemilihan presiden AS pada 5 November 2024 dimana isu keamanan publik sering diangkat dalam kampanye.

1. Rincian penurunan tingkat kejahatan di berbagai kategori

Selain penurunan tingkat pembunuhan, FBI juga melaporkan penurunan di berbagai kategori kejahatan lainnya. Kejahatan properti mengalami penurunan sebesar 2,6 persen. Kasus perampokan turun 7,6 persen dan pencurian turun 4,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Dilansir The Guardian, kasus pemerkosaan juga mengalami penurunan signifikan sebesar 9,4 persen. Namun, di tengah tren penurunan ini, pencurian mobil justru meningkat lebih dari 12 persen dari tahun sebelumnya.

Menariknya, kasus pencurian di toko ritel dilaporkan kembali ke tingkat sebelum pandemi COVID-19. Jumlah kasus meningkat dari sekitar 999 ribu pada 2022 menjadi 1,15 juta kasus pada 2023. Hal ini menandakan perubahan pola kejahatan seiring dengan normalisasi aktivitas publik pasca-pandemi.

Baca Juga: Trump Tegaskan Tidak Akan Maju Lagi jika Kalah di Pilpres 2024

2. 77 persen warga AS percaya kejahatan meningkat

Meski data FBI menunjukkan penurunan tingkat kejahatan, persepsi publik tampaknya belum sejalan dengan realitas ini. Jajak pendapat Gallup menemukan bahwa 77 persen warga Amerika masih percaya kejahatan meningkat, bertentangan dengan data yang ada.

Kesenjangan ini menjadi isu penting dalam arena politik AS. Calon presiden partai Republik AS, Donald Trump kerap mengangkat narasi bahwa kejahatan merajalela tanpa dia berkuasa. Namun, data FBI ini secara langsung membantah klaim tersebut.

Dilansir New York Times, beberapa negara bagian, terutama California, sedang mempertimbangkan langkah-langkah peradilan pidana yang lebih keras untuk menanggapi kekhawatiran publik. California akan mengadakan referendum pada November mendatang. Mereka akan memutuskan apakah akan mencabut Proposisi 47, sebuah kebijakan yang menurunkan hukuman untuk pencurian dan kejahatan narkoba sejak 2014.

3. Sekitar 80 persen pembunuhan di AS menggunakan senjata api

Bersamaan dengan rilis data FBI, administrasi Presiden Joe Biden menyoroti upayanya dalam mengurangi kekerasan senjata. Gedung Putih merilis laporan tahunan pertama dari Kantor Pencegahan Kekerasan Senjata. Mereka menekankan pentingnya mengatasi masalah ini mengingat senjata api digunakan dalam sekitar 80 persen kasus pembunuhan di AS.

Sementara itu, Liga Anti-Pencemaran Nama Baik (ADL) melaporkan peningkatan kasus antisemitisme. Dewan Peradilan Pidana, kelompok riset non-partisan, melaporkan pada Juli lalu bahwa penurunan tingkat pembunuhan terus berlanjut hingga 2024 di banyak kota besar AS. Laporan ini mengonfirmasi tren positif yang konsisten dalam beberapa tahun terakhir.

"Kami telah memperluas pemeriksaan latar belakang dan berinvestasi besar untuk kesehatan mental remaja. Saya berkomitmen melanjutkan upaya ini agar setiap warga AS hidup bebas dari kekerasan senjata," ujar Kamala Harris, calon presiden AS dari Partai Demokrat.

Baca Juga: WNA dari Amerika Ditangkap karena Terlibat Peredaran Narkoba di NTB

Verified Writer

Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya