TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dua Penebang Peru Hilang akibat Bentrok dengan Suku Amazon

Aktivitas penebangan picu konflik di hutan Amazon

ilustrasi hutan Amazon. (unsplash.com/Vlad Hilitanu)

Intinya Sih...

  • Dua penebang kayu tewas diserang oleh suku Mashco Piro di Amazon Peru, satu luka-luka dan dua hilang.
  • FENAMAD mengkritik pemerintah Peru karena gagal melindungi wilayah suku terisolasi dari aktivitas penebangan liar.
  • Sertifikasi keberlanjutan perusahaan penebangan Canales Tahuamanu ditangguhkan selama 8 bulan akibat tuduhan pelanggaran wilayah adat Mashco Piro.

Jakarta, IDN Times - Dua penebang kayu tewas diserang dengan panah oleh suku Mashco Piro yang terisolasi di Amazon Peru pada Kamis (29/8/2024). Insiden tersebut juga mengakibatkan satu penebang luka-luka dan dua lainnya hilang.

Serangan terjadi di cekungan sungai Pariamanu, wilayah Madre de Dios, Peru dan baru diungkap minggu ini. FENAMAD, organisasi yang mewakili lebih dari 30 komunitas adat di wilayah tersebut, mengkritik keras pemerintah Peru. Mereka menilai pemerintah gagal melindungi wilayah suku terisolasi dari aktivitas penebangan liar.

"Pemerintah Peru belum mengambil tindakan pencegahan dan perlindungan untuk memastikan keselamatan dan integritas para pekerja yang telah terkena dampak serius," kata FENAMAD.

Insiden ini terjadi hanya sehari sebelum Dewan Pengelolaan Hutan (FSC) menangguhkan sertifikasi keberlanjutan perusahaan penebangan Canales Tahuamanu selama 8 bulan. Penangguhan ini merupakan respons atas tuduhan pelanggaran wilayah adat Mashco Piro.

1. Perusahaan penebangan bangun 200 km jalan di wilayah adat

Serangan mematikan ini terjadi saat para penebang sedang membuka jalur di wilayah yang dihuni suku Mashco Piro. Dilansir dari Daily Mail, beberapa perusahaan penebangan memegang konsesi di wilayah yang diyakini sebagai tanah adat Mashco Piro. Salah satunya adalah Canales Tahuamanu yang telah membangun lebih dari 200 kilometer jalan untuk truk pengangkut kayu mereka.

Caroline Pearce, Direktur Eksekutif Survival International, mengecam keras aktivitas penebangan tersebut.

"Dengan memfasilitasi penebangan dan perusakan hutan hujan ini, mereka tidak hanya membahayakan kelangsungan hidup masyarakat Mashco Piro, yang sangat rentan terhadap wabah penyakit yang dibawa oleh orang luar, tetapi mereka juga dengan sengaja membahayakan nyawa para pekerja penebangan," ujar Pearce, dilansir dari The Guardian.

Menanggapi insiden ini, aktivis dan kelompok hak asasi manusia menuntut FSC untuk mencabut secara permanen sertifikasi Canales Tahuamanu. Mereka berpendapat bahwa perusahaan tersebut telah secara nyata melanggar hak-hak dasar manusia dan hak-hak masyarakat adat.

2. Pelonggaran aturan hutan ancam perlindungan suku terisolasi

Pada tahun 2002, pemerintah Peru membentuk wilayah cadangan teritorial Madre de Dios seluas 829.941 hektare untuk suku Mashco Piro. Namun, wilayah adat mereka sebenarnya jauh lebih luas dari area yang dilindungi tersebut.

Pada 2015, Kementerian Kebudayaan Peru mengusulkan peningkatan status wilayah menjadi cadangan adat dan memperluas perbatasannya. Sayangnya, proposal ini mendapat penentangan keras dari kepentingan industri penebangan.

Situasi semakin diperburuk ketika pada Januari 2024, Peru melonggarkan pembatasan deforestasi. Kebijakan ini dikecam oleh para kritikus sebagai "undang-undang anti-hutan". Cesar Ipenza, pengacara Amazon yang mengkhususkan diri dalam hukum lingkungan di Peru, menyatakan keprihatinannya.

"Setiap hari ada lebih banyak ketegangan antara masyarakat adat yang terisolasi dan berbagai aktivitas yang berada di wilayah yang secara turun-temurun mereka lalui," ujar Ipenza, dilansir dari Associated Press. 

Verified Writer

Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya