TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Biden Ngotot Bangun Dermaga Gaza yang Gagal Walau Sudah Dikritik

Dermaga Rp3,5 triliun AS di Gaza hanya bertahan 20 hari

dermaga bantuan Amerika Serikat di Gaza. (twitter.com/POTUS)

Intinya Sih...

  • Dermaga senilai Rp3,5 triliun AS di Gaza hanya beroperasi selama 20 hari
  • Proyek gagal karena masalah cuaca dan keamanan, hanya mampu memberi makan 450.000 orang dari target 1,5 juta
  • Kritik terhadap proyek dermaga yang dianggap mengalihkan perhatian dari upaya membuka perlintasan darat yang lebih efektif

Jakarta, IDN Times - Laporan terbaru mengungkap Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memerintahkan pembangunan dermaga sementara di Gaza, meskipun mendapat peringatan dari para ahli di pemerintahannya.

Dilansir The Guardian pada Kamis (29/8/2024), proyek senilai 230 juta dolar AS atau sekitar Rp3,5 triliun ini dinilai gagal karena lebih mengutamakan pertimbangan politik dan keamanan daripada aspek kemanusiaan. Dermaga yang telah dibangun oleh militer AS hanya beroperasi selama 20 hari, jauh lebih singkat dari yang diharapkan.

Masalah cuaca dan keamanan menjadi penyebab utama kegagalan proyek ini. Laporan dari inspektur jenderal Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) ini mengungkapkan berbagai masalah yang menghambat efektivitas proyek tersebut.

1. Proyek dermaga AS gagal capai target

Proyek dermaga yang ambisius ini hanya berhasil mengirimkan makanan untuk 450.000 orang selama sebulan. Pencapaian tersebut jauh di bawah target awal untuk memberi makan 1,5 juta orang selama tiga bulan. Dilansir NPR, dermaga sempat ditutup dan diperbaiki di pelabuhan Ashdod, Israel, karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.

Sean Savett, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, menyatakan bahwa proyek ini berhasil mengirimkan hampir 10 ribu ton makanan dan air. Jumlah tersebut diklaim sebagai bantuan kemanusiaan terbesar yang pernah dikirim Departemen Pertahanan AS di Timur Tengah. 

Namun, kritik tetap muncul mengingat besarnya dana yang dihabiskan. Proyek ini dianggap mengalihkan perhatian dari upaya membuka perlintasan darat yang lebih efektif.

Jeremy Konyndyk, mantan pejabat senior bantuan dalam pemerintahan Biden dan kini presiden Refugees International, mengkritik proyek tersebut.

"Laporan tersebut berulang kali menunjukkan bagaimana panduan, saran, dan permintaan dari para profesional kemanusiaan diabaikan," ujar Konyndyk.

Baca Juga: CEO Telegram Bebas dengan Jaminan, Dilarang Tinggalkan Prancis

2. Staf USAID khawatir proyek kurangi tekanan pada Israel

Sejak awal, staf USAID telah mengkhawatirkan bahwa proyek dermaga akan mengurangi upaya untuk menekan Israel membuka lebih banyak perlintasan darat yang dianggap lebih efisien. Biro Bantuan Kemanusiaan USAID juga sangat skeptis terhadap rute bantuan maritim menggunakan dermaga karena tantangan logistik dan teknis yang akan dihadapi.

Program Pangan Dunia (WFP), yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan bantuan, awalnya menginginkan dermaga dibangun di Gaza utara. Namun, akhirnya dermaga dibangun di Gaza tengah karena pertimbangan keamanan. Keputusan ini menimbulkan tantangan baru dalam distribusi bantuan ke wilayah utara Gaza.

Masalah keamanan semakin mempersulit situasi ketika 270 warga Palestina tewas akibat serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di kamp Nuseirat pada 8 Juni. Insiden ini membuat WFP menghentikan operasi sementara karena kekhawatiran akan keselamatan staf mereka.

Verified Writer

Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya