TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

129 Ribu Orang di Eropa Diprediksi Mati Akibat Gelombang Panas

Lansia paling rentan terhadap dampak panas ekstrem

ilustrasi cuaca panas. (pexels.com/Aleksejs Bergmanis)

Jakarta, IDN Times - Studi terbaru mengungkapkan bahwa kematian akibat panas di Eropa bisa meningkat hingga tiga kali lipat pada akhir abad ini. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Public Health ini menyoroti risiko yang dihadapi negara-negara di Eropa selatan, seperti Italia, Yunani, dan Spanyol.

Para peneliti memperingatkan, jika pemanasan global mencapai level 3 atau 4 derajat Celsius, kenaikan kematian akibat panas akan jauh melebihi penurunan kematian akibat cuaca dingin. Temuan ini menantang argumen bahwa pemanasan global bisa menguntungkan masyarakat dengan mengurangi kematian akibat dingin.

"Diperkirakan akan terjadi lebih banyak kematian terkait panas seiring pemanasan iklim dan penuaan populasi. Sementara itu, kematian akibat dingin hanya sedikit menurun," ujar David García-León dari Pusat Penelitian Bersama Komisi Eropa, salah satu penulis studi tersebut, dilansir dari The Guardian.

1. Angka kematian akibat cuaca ekstrem akan capai 450 ribu per tahun pada 2100

Studi ini memproyeksikan bahwa kematian akibat cuaca panas bisa mencapai 129 ribu orang per tahun jika suhu naik 3 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi saat ini, di mana kematian terkait panas di Eropa mencapai 44 ribu per tahun.

Lebih mengkhawatirkan lagi, jumlah kematian tahunan akibat dingin dan panas di Eropa diperkirakan akan meningkat dari 407 ribu orang saat ini menjadi 450 ribu pada 2100. Peningkatan ini terjadi bahkan jika para pemimpin dunia berhasil mencapai target pemanasan global 1,5 derajat Celsius.

"Penelitian ini mengingatkan kita dengan keras tentang jumlah nyawa yang dipertaruhkan jika kita gagal bertindak cepat melawan perubahan iklim," kata Madeleine Thomson, kepala dampak iklim dan adaptasi di badan amal penelitian kesehatan Wellcome. 

Baca Juga: Belarus Tidak Akan Halangi Migran ke Uni Eropa

2. Eropa selatan hadapi risiko tertinggi kematian akibat panas

Para peneliti memodelkan data dari 854 kota untuk memperkirakan kematian akibat suhu panas dan dingin di seluruh benua. Mereka menemukan bahwa panas akan membunuh lebih banyak orang di semua bagian Eropa. Namun, beban terberat akan jatuh pada negara-negara Eropa selatan seperti Spanyol, Italia, dan Yunani, serta beberapa bagian Prancis.

Perubahan iklim diperkirakan akan menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi sistem kesehatan masyarakat, terutama selama gelombang panas. Sebagian besar korban yang meninggal diprediksi akan berusia di atas 85 tahun. Hal ini menunjukkan kerentanan khusus pada populasi lansia.

"Dengan perubahan iklim, gelombang panas menjadi lebih sering terjadi. Selain itu, intensitasnya meningkat dan durasinya lebih panjang," jelas Rebecca Emerton, seorang ilmuwan iklim di Copernicus Climate Change Service yang didanai Uni Eropa, dilansir dari Euronews.

Verified Writer

Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya