TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Zambia Selenggarakan Pemilihan Presiden dan Parlemen

Tahun lalu Zambia mengalami resesi

Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Lusaka, IDN Times - Warga Zambia pada hari Kamis (12/8/2021) akan menuju tempat pemunguatan suara untuk melakukan pemilihan presiden dan parlemen. Presiden Edgar Lungu, yang telah menjabat sejak 2015 akan maju lagi untuk bisa kembali menjabat. Pemilu Zambia ini dilaksanakan di tengah gejolak ekonomi yang melanda negara.

1. Persaingan dalam pemilu

Dilansir Al Jazeera, pada pemilu ini pesaing terberat Presiden Lungu adalah Hakainde Hichilema. Hichilema merupakan pesaing terberat Lungu dalam pemilu sebelumnya dan telah enam kali mencalonkan diri sebagai presiden. Pada pemilu sebelumnya di 2015 dan 2016 kekalahan tipis diraih Hichilema dari Lungu, yang pertama dalam pemilihan sela 2015 setelah kematian Presiden Michael Sata, kedua pada 2016 dalam pemilu umum.

Pemilu akan dilakukan dua putaran jika tidak ada kandidat yang berhasil meraih 50 persen suara. Menurut pandangan para analis pemilihan akan berlangsung ketat dan hasilnya akan menentukan arah untuk investasi di Afrika Selatan yang kaya tembaga, yang akan membantu kehidupan 17 juta penduduk Zambia, setengah dari populasi hidup dalam kemiskinan. 

Dari jajak pendapat yang dilakukan menunjukkan bahwa perekonomian Zambia yang terpuruk telah mengikis suara untuk Lungu, dia dituduh telah lalai dalam meminjam dana untuk membiayai proyek infrastruktur.

Partai Front Patriotik (FP) pimpinan Lungu di ibu kota Lusaka dilaporkan mendominasi papan reklame di jalanan. Sedangkan pihak oposisi dari Partai Persatuan Pembangunan Nasional (UPND) pimpinan Hichilema, yang warna partainya merah, tidak menonjolkan diri, bahkan ada yang mengenakan pakaian hijau, warna partai Lungu. Hal itu dilakukan untuk menghindari masalah karena merasa tidak aman, disebut sebagai “taktik semangka”.

Baca Juga: Militer Dikerahkan Jelang Pemilu Zambia

2.  Keamanan pemilu menjadi perhatian

Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Dilansir VOA News, keamanan pemilu telah menjadi perhatian karena dalam beberapa pekan terakhir pendukung FP yang UPND telah bentrok, konfrontasi menyebabkan dua orang tewas. Karena hal itu petugas polisi telah dikerahkan menertibkan para pendukung dan mencegah terjadinya kekerasan selama pemilihan.

Namun, tindakan pemerintah yang mengerahkan polisi dipandang oleh pihak sebagai tindakan untuk mengintimidasi dan melecehkan pendukung mereka sebelum pemilihan. Tuduhan itu dibantah oleh juru bicara kepolisian, yang memberitahu saat ini tidak ada korban kekerasan polisi.

Kelompok agama di Zambia mendesak agar kekerasan menjelang pemilu diakhiri. Pendeta bernama Emmanuel Chikoya meyakini bahwa perdamaian diperlukan untuk menyelenggarakan pemiliu yang adil. Komisi pemilihan di Zambia menyampaikan bahwa pemilu akan berlangsung dengan transparan dan kredibel.

Lungu dituduh bersikap keras dalam melawan para penentangnya. Berdasarkan laporan Amnesti internasional pada bulan Juni menyampaikan bahwa Lungu semakin brutal dalam melawan oposisi, aktivis, dan para jurnalis. Tindakan keras itu membuat pihak berwenang dituduh menggunakan kekuatan berlebihan, dengan penangkapan sewenang-wenang di luar proses hukum. Hichilema mengaku telah 15 kali ditangkap.

Meski ada kekhawatiran kekerasan dalam pemilu, tapi kekerasan pra-pemilu tidak jarang terjadi di Zambia. Dalam setiap transisi kekuasaan yang terjadi selalu berlangsung damai sejak negara itu mengadopsi demokrasi multi-partai pada tahun 1990.

Baca Juga: Pemerintah Zambia Izinkan Pekerja Cuti Saat Datang Bulan

Verified Writer

Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya