Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol menawarkan dialog baru kepada Korea Utara (Korut) pada Kamis (15/8/2024). Tawaran ini disampaikan dalam pidato perayaan Hari Pembebasan Nasional ke-79, yang menandai kemerdekaan dari penjajahan Jepang.
Usulan ini muncul saat hubungan Seoul dan Pyongyang mencapai titik terendah dalam beberapa tahun terakhir. Ketegangan yang terjadi membuat penyatuan kembali kedua Korea semakin sulit terwujud.
1. Korsel ajak kerja sama di berbagai bidang
Dilansir DW, Yoon menawarkan untuk membentuk kelompok kerja antar-Korea baru untuk meredakan ketegangan. Kelompok kerja itu akan membantu dalam menangani berbagai isu mulai dari ekonomi, pertukaran antarmasyarakat dan budaya, serta tanggapan terhadap bencana dan perubahan iklim.
Pemimpin Korsel mengatakan siap memulai kerja sama politik dan ekonomi jika Pyongyang siap mengambil satu langkah saja untuk menuju denuklirisasi.
"Dialog dan kerja sama dapat membawa kemajuan substantif dalam hubungan antar-Korea," ujarnya.
Upaya penjangkauan baru ini dilakukan setelah Korsel menawarkan bantuan untuk tetangganya itu yang sedang kesulitan akibat banjir, tapi ditolak Korut.
"Meskipun rezim Korut menolak tawaran kami (untuk memberikan pasokan bantuan banjir) sekali lagi, kami tidak akan pernah berhenti menawarkan bantuan kemanusiaan," kata Yoon.
2. Yoon ingin bebaskan warga Korut dari kemiskinan dan kelaparan
Ilustrasi bendera Korea Utara. (Pixabay.com/David_Peterson) Dilansir UPI, Yoon dalam pidatonya juga memaparkan rencananya untuk menyatukan kedua negara yang terpisah. Dia meyakini pembebasan saat ini masih belum selesai.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
"Kebebasan yang kita nikmati harus diperluas ke kerajaan Utara yang beku, tempat orang-orang dirampas kebebasannya dan menderita kemiskinan dan kelaparan. Hanya ketika sebuah negara yang bebas dan demokratis yang dimiliki oleh rakyat didirikan di seluruh Semenanjung Korea, kita akhirnya akan memperoleh kebebasan penuh," kata Yoon.
Cetak biru untuk penyatuan kedua negara ini, termasuk memicu perubahan di Korut melalui peningkatan hak asasi manusia dan akses terhadap informasi dari dunia luar.
"Penting juga untuk membantu menyadarkan rakyat Korut akan nilai kebebasan. Testimoni dari banyak pembelot Korut menunjukkan bahwa siaran radio dan TV kami membantu menyadarkan mereka akan propaganda dan hasutan palsu yang berasal dari rezim Korut," kata pemimpin Korsel itu.