TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Myanmar Minta Bantuan Asing untuk atasi Dampak Banjir

Banjir sebabkan lebih dari 235 ribu orang mengungsi

Bendera Myanmar. (Pexels.com/Gu Bra)

Jakarta, IDN Times - Junta militer Myanmar, pada Jumat (13/9/2024), meminta bantuan asing untuk mengurangi dampak banjir yang telah menimbulkan korban jiwa. Situasi tersebut menambah kesengsaraan warga setempat, setelah perang berkecamuk sejak militer merebut kekuasaan pada 2021.

Topan Yagi, badai terkuat di Asia tahun ini telah melanda Myanmar, Vietnam, China, Filipina, Laos, dan Thailand. Peristiwa itu telah memicu hujan deras, tanah longsor, dan banjir di negara-negara tersebut.

1. Pejabat diminta menghubungi negara asing untuk minta bantuan

Ilustrasi banjir. (Unsplash.com/Chris Gallagher)

Junta mengatakan, banjir telah menyebabkan lebih dari 235 ribu orang mengungsi dan 33 orang tewas pada Jumat. Sebelumnya, otoritas setempat mengatakan tim penyelamat telah menemukan 36 mayat.

"Pemerintah perlu menghubungi negara asing untuk menerima bantuan penyelamatan dan pertolongan yang akan diberikan kepada para korban. Penting untuk mengelola tindakan penyelamatan, bantuan, dan rehabilitasi secepat mungkin," kata Min Aung Hlaing, pemimpin junta, dikutip dari VOA News.

Militer Myanmar sebelumnya telah memblokir atau menggagalkan bantuan kemanusiaan dari luar negeri. Pada 2023, pemerintah menangguhkan izin perjalanan bagi kelompok bantuan untuk membantu sekitar 1 juta korban Siklon Mocha yang dahsyat, yang melanda wilayah barat negara itu. Saat itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam keputusan yang dinilai tidak masuk akal.

Pada 2008, sedikitnya 138 ribu orang tewas setelah Siklon Nargis, junta yang saat itu berkuasa dituduh memblokir bantuan darurat dan awalnya menolak memberikan akses bagi pekerja dan pasokan kemanusiaan.

Juru bicara militer mengatakan, pihaknya kehilangan kontak dengan beberapa wilayah di negara itu dan sedang menyelidiki laporan puluhan orang terkubur dalam tanah longsor di wilayah tambang emas di wilayah Mandalay tengah. Truk militer telah mengangkut perahu penyelamat kecil ke daerah yang dilanda banjir di sekitar ibu kota Naypyidaw pada Sabtu.

Baca Juga: Tak Ada WNI Terdampak Topan Yagi di Vietnam

2. Keluhan para korban banjir

Ilustrasi banjir. (Unsplash.com/Chris Gallagher)

Di Taungoo, sekitar satu jam dari Naypyidaw, penduduk mendayung rakit darurat di atas banjir yang mencapai atap beberapa bangunan. Sekitar 300 orang mengungsi ke sebuah kuil di dataran tinggi di desa terdekat.

"Kami dikelilingi oleh air, dan kami tidak memiliki cukup makanan untuk semua orang. Kami membutuhkan makanan, air, dan obat-obatan sebagai prioritas," kata seorang pria.

Para biarawati Buddha di kuil lainnya berjalan melewati air setinggi lutut.

"Saya kehilangan padi, ayam, dan bebek. Saya tidak peduli dengan barang-barang lainnya. Tidak ada yang lebih penting daripada kehidupan manusia dan hewan," kata Naing Tun, petani yang membawa ketiga sapinya ke dataran tinggi dekat Taungoo setelah banjir menggenangi desanya.

"Kemarin kami hanya makan satu kali. Mengalami banjir sungguh mengerikan karena kami tidak dapat menjalani hidup dengan baik saat itu terjadi. Bagi orang yang punya uang, itu mungkin tidak apa-apa. Namun, bagi orang yang harus bekerja sehari-hari untuk makan, itu sama sekali tidak baik," tambahnya.

Verified Writer

Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya