TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Brasil-China Bentuk Sahabat Perdamaian untuk Akhiri Perang di Ukraina

Ukraina sebut usulan Brasil dan China untungkan Rusia

Bendera Brasil. (Unsplash.com/Matheus Câmara da Silva)

Jakarta, IDN Times - Brasil dan China, pada Jumat (27/9/2024), mengumpulkan negara-negara berkembang untuk bergabung dalam platform yang disebut Sahabat Perdamaian. Kedua negara itu membentuk platform itu guna mengakhiri perang di Ukraina.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan penasihat kebijakan luar negeri Brasil Celso Amorim mengatakan, 15 negara lainnya telah menghadiri kegiatan itu di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat (AS).

1. China dan Brasil usulkan enam poin untuk mengakhiri konflik

Wang mengatakan, kelompok ini bertujuan menyampaikan suara yang objektif dan rasional serta memainkan peran konstruktif dalam penyelesaian masalah politik Ukraina.

Kedua negara telah mengeluarkan konsensus enam poin, yang menyerukan semua pihak melakukan de-eskalasi, menciptakan kondisi perundingan hingga terwujudnya gencatan senjata, meningkatkan bantuan kemanusiaan, menentang senjata pemusnah massal, menentang serangan pembangkit listrik tenaga nuklir dan fasilitas nuklir damai lainnya, dan melindungi stabilitas rantai industri dan pasokan global.

Beijing mengatakan, konsensus itu menerima tanggapan positif dari lebih dari 110 negara, yang mencerminkan harapan luas masyarakat internasional.

“Konsensus bertujuan mengumpulkan perspektif yang lebih berimbang, objektif, dan rasional guna menciptakan kondisi untuk gencatan senjata, mengakhiri permusuhan, mendorong dialog, dan membangun momentum untuk negosiasi, yang semuanya bertujuan untuk mencapai perdamaian,” kata Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Anadolu Agency.

Lin mengatakan, negaranya berkomitmen untuk melibatkan semua pihak terkait guna menciptakan kondisi bagi penyelesaian politik atas krisis ini.

"Ini bukan kelompok eksklusif yang mencari persaingan dan konfrontasi, tetapi platform terbuka untuk dialog inklusif. Platform ini untuk perdamaian dan harus disambut oleh masyarakat internasional," kata juru bicara tersebut.

Baca Juga: Kapal Selam Nuklir Terbaru China Tenggelam di Galangan Wuhan

2. Khawatir atas dukungan China terhadap Rusia

Bendera China. (Pixabay.com/PPPSDavid)

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken setelah bertemu Wang, menyampaikan Washington khawatir atas dukungan China terhadap industri pertahanan Rusia. Dia mengatakan Beijing ingin mengakhiri konflik, tapi membiarkan perusahaannya membantu Rusia melanjutkan agresi, dilansir dari Reuters.

Tiga minggu sebelum Rusia memulai invasinya ke Ukraina, Presiden China Xi Jinping telah menandatangani kesepakatan kemitraan tanpa batas dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Beijing mengaku tidak memasok senjata kepada Rusia untuk digunakan di Ukraina, tapi negara-negara Barat mengatakan perusahaan-perusahaan Beijing menyediakan bahan-bahan yang digunakan Rusia dalam pembuatan senjata untuk perang.

Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membahas perang tersebut di New York dengan mitranya dari Brasil, Maura Vieira.

3. Ukraina anggap rencana yang diusulkan hanya menguntungkan Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. (X.com/Volodymyr Zelenskyy / Володимир Зеленський)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pada Rabu, mempertanyakan mengapa kedua negara itu mengusulkan alternatif terhadap formula perdamaiannya sendiri. Dia menganggap rencana itu dibuat setengah hati dan hanya akan memberi Moskow ruang politik untuk melanjutkan perang.

"Saya di sini bukan untuk menanggapi Zelenskyy atau Vladimir Putin, hanya untuk mengusulkan cara untuk perdamaian," kata Amorin menanggapi pernyataan Zelenskyy.

Selain Brasil dan China, Amorin mengatakan 10 negara dari Global Selatan hadir pada pertemuan 17 negara itu, termasuk Indonesia, Afrika Selatan, dan Turki. Mereka menandatangani komunike yang dibangun di atas rencana enam poin yang telah diusulkan. Dia menambahkan negara-negara itu akan terus bertemu di New York di bawah kelompok Sahabat Perdamaian.

Baca Juga: Elon Musk Akhirnya Tunduk, X Patuhi Tuntutan Pengadilan Brasil 

Verified Writer

Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya