TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warga Lebanon Dicekam Ketakutan akan Ledakan Perangkat Elektronik

37 orang tewas dalam dua insiden ledakan pekan ini

ilustrasi kota di Lebanon (unsplash.com/Maxime Guy)

Intinya Sih...

  • 37 orang tewas dalam dua insiden ledakan di Lebanon, menyebabkan kekhawatiran akan keamanan peralatan elektronik.
  • Pager dan walkie-talkie meledak secara bersamaan, menimbulkan kerugian besar pada korban yang kehilangan mata, jari, bahkan nyawa.
  • Mossad dituduh bertanggung jawab atas serangan tersebut, sementara Menteri Kesehatan Lebanon menyerukan pertemuan Dewan Keamanan PBB.

Jakarta, IDN Times - Ketakutan melanda Lebanon setelah ribuan perangkat elektronik meledak dalam dua hari terakhir. Insiden tersebut membuat warga khawatir akan keamanan peralatan elektronik mereka.

Pada Selasa (17/9/2024), ribuan pager meledak secara bersamaan, menyebabkan 12 orang tewas dan lebih dari 2 ribu lainnya terluka. Keesokan harinya (18/9/2024), insiden serupa juga terjadi pada ratusan walkie-talkie di seluruh Lebanon selatan. Sedikitnya 25 orang tewas dan 450 lainnya terluka dalam ledakan tersebut. Berbagai sumber menyebutkan bahwa agen mata-mata Israel, Mossad, menargetkan anggota Hizbullah.

“Kami tidak tahu apakah kami bisa tetap berada di depan laptop atau telepon genggam kami. Segalanya tampak berbahaya saat ini dan tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan,” kata seorang perempuan Lebanon bernama Ghida kepada BBC.

“Saya takut akan perang skala lebih luas di Lebanon, saya khawatir tentang rakyat saya, kota saya, dan negara saya. Kami berhak mendapatkan yang lebih baik dan kami harus menanggung akibat dari perang antara Hizbullah, Israel, Iran, dan lainnya," tambahnya.

1. Banyak korban mengalami cedera pada mata dan tangan

Elias Warrak, seorang dokter di Lebanon, mengatakan bahwa sedikitnya 60 persen orang-orang yang ia temui setelah ledakan pada Selasa kehilangan sedikitnya satu mata, dan banyak juga yang kehilangan jari atau bahkan satu tangan.

"Itu adalah hari terburuk dalam hidup saya sebagai seorang dokter. Saya yakin jumlah korban dan jenis kerusakan yang terjadi sangat besar,” katanya.

"Sayangnya, kami tidak dapat menyelamatkan banyak mata, dan sayangnya kerusakan tidak hanya terjadi pada mata – beberapa di antaranya mengalami kerusakan di otak selain kerusakan pada wajah," tuturnya

Salah satu ledakan pada Rabu terjadi di dekat pemakaman yang diselenggarakan oleh Hizbullah bagi korban tewas dalam insiden sehari sebelumnya. Seorang reporter Reuters mengatakan bahwa dia melihat anggota Hizbullah dengan panik mengeluarkan baterai dari walkie-talkie yang belum meledak, lalu membuang bagian-bagiannya ke dalam tong logam.

Pejabat Israel belum mengomentari ledakan tersebut, namun sumber keamanan mengatakan bahwa agen mata-mata Israel, Mossad, bertanggung jawab. 

Laporan mengungkapkan bahwa pager-pager tersebut kemungkinan telah dipasangi bahan peledak sebelum kemudian diledakkan dari jarak jauh. Hizbullah telah menggunakan pager karena kekhawatiran bahwa smartphone dapat diretas oleh badan intelijen Israel untuk melacak anggotanya. Hingga saat ini, masih belum jelas bagaimana serangan pada Rabu terjadi.

Baca Juga: Mengapa Hizbullah Masih Pakai Pager untuk Komunikasi?

2.  Lebanon harus bersiap menghadapi kondisi terburuk

Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad, berpendapat bahwa dua gelombang serangan yang terjadi di negara itu dalam beberapa hari terakhir merupakan kejahatan perang. Ia telah menyerukan pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB mengenai masalah ini.

Abiad mengungkapkan bahwa persenjataan teknologi adalah sesuatu yang sangat serius, tidak hanya bagi Lebanon tetapi juga bagi seluruh dunia.

“Sekarang kita harus berpikir dua kali sebelum menggunakan teknologi,” katanya kepada BBC.

“Seluruh dunia dapat melihat bahwa serangan ini terjadi di pasar. Mereka bukanlah orang-orang yang berada di medan pertempuran. Mereka berada di wilayah sipil bersama keluarga mereka," ujarnya.

Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan terjadinya perang besar-besaran, menteri tersebut mengatakan bahwa Lebanon perlu bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

“Jadi, saya pikir kita perlu bersiap menghadapi skenario terburuk. Dua serangan pada hari terakhir menunjukkan bahwa niat mereka (Israel) bukanlah menuju solusi diplomatik. Yang saya tahu adalah posisi pemerintahan saya jelas. Sejak hari pertama, kami yakin Lebanon tidak menginginkan perang," tambahnya.

Verified Writer

Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya