TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Vaksinasi Mpox di Afrika Akan dilakukan Beberapa Hari Mendatang

AS dan Jepang akan kirimkan vaksin mpox ke Kongo

ilustrasi vaksinasi (pexels.com/FRANK MERIÑO)

Jakarta, IDN Times - Direktur jenderal Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika pada Selasa (20/8/2024) mengatakan, vaksinasi mpox di Kongo dan negara Afrika lainnya akan dimulai dalam beberapa hari mendatang, jika tidak ada kendala apa pun.

"Kami belum memulai vaksinasi. Kami akan memulainya dalam beberapa hari ini, jika kami yakin semuanya sudah siap. Akhir minggu depan vaksin akan mulai tiba di Kongo dan negara-negara lainnya," kata Jean Kaseya kepada wartawan, dikutip dari Reuters.

1. Lebih dari 96 persen kasus mpox terjadi di Kongo

Mpox, yang dulunya dikenal sebagai cacar monyet, merupakan infeksi virus yang ditularkan melalui kontak dekat dengan orang atau hewan yang terinfeksi. Penyakit ini menimbulkan gejala seperti demam, nyeri otot dan lesi di seluruh tubuh. Jika tidak diobati, mpox bisa berakibat fatal

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu menyatakan mpox sebagai darurat kesehatan global setelah varian baru penyakit tersebut, yang dikenal sebagai clade Ib, menyebar dengan cepat di Afrika. Lebih dari 17 ribu kasus mpox dan lebih dari 500 kematian dilaporkan di seluruh dunia sepanjang tahun ini, dengan lebih dari 96 persen di antaranya terjadi di Kongo.

Menteri Kesehatan Kongo, Samuel Roger Kamba Mulamba, mengatakan bahwa mereka berharap dapat menerima vaksin mpox pertama pada pekan depan, menyusul janji dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang untuk membantu negara tersebut menangani wabah mpox.

“Kami baru saja menyelesaikan diskusi dengan USAID dan pemerintah AS. Saya berharap minggu depan kita sudah bisa melihat vaksinnya tiba,” katanya pada Senin (19/8/2024).

Baca Juga: Vaksinasi Mpox di Afrika Bisa Dilakukan Pekan Depan

2. Para pengungsi tidak memiliki pemahaman tentang mpox

Di kamp pengungsian dekat kota Goma di Kongo timur, ibu-ibu memandikan anak-anak mereka dengan air garam dan menggosok kulit mereka dengan daun tanaman Kitamatama untuk mengatasi demam dan ruam.

"Penyakit dengan lesi kulit ini datang entah dari mana. Kami diberitahu bahwa penyakit ini muncul setelah makan daging hewan liar, namun baik saya maupun anak saya belum pernah makan daging hewan liar,” kata Justine Munguiko, seorang ibu berusia 24 tahun.

Ketika komunitas internasional berjuang untuk memenuhi kebutuhan vaksin, pengalaman Munguiko ini menyoroti upaya lainnya yang diperlukan untuk memastikan bahwa kelompok yang paling rentan memiliki pengetahuan dan sumber daya untuk melindungi diri mereka dari wabah tersebut.

Ebere Okereke, peneliti di Program Kesehatan Global Chatham House, mengatakan bahwa mengedukasi masyarakat tentang langkah-langkah yang harus diambil terkait mpox sangatlah penting.

“Kita perlu memberikan informasi yang benar kepada orang-orang yang berada dalam risiko,” katanya kepada Reuters.

Verified Writer

Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya