TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Syok dan Trauma, Rambut Anak-anak di Gaza Mulai Rontok dan Beruban

Serangan Israel terus-menerus meneror warga Palestina

ilustrasi anak Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)

Intinya Sih...

  • Anak-anak Palestina di Gaza mengalami stres dan trauma berat akibat serangan Israel, menyebabkan rambut mereka mulai beruban dan rontok.
  • Serangan Israel telah menewaskan 41.020 warga Palestina dan melukai 94.925 lainnya, dengan 10 ribu orang terjebak di bawah reruntuhan.
  • Perang dan krisis kemanusiaan di Gaza mempengaruhi kesehatan fisik dan mental penduduk, terutama anak-anak yang mengalami depresi, kecemasan, dan stres akut.

Jakarta, IDN Times -  Pengeboman terus-terusan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan anak-anak mengalami stres dan trauma berat. Salah satu dampaknya, rambut mereka mulai beruban dan rontok.

Kondisi ini juga terjadi pada Amir, bocah 12 tahun dari Khan Younis. Helaian rambut putih seperti kawat tampak mencolok di rambutnya yang hitam legam.

“Rambutnya mulai memutih karena intensitas ketakutan dan pemboman yang terus menerus di Jalur Gaza. Dengan setiap pengeboman, Amir mulai berteriak dan menangis dan berkata ‘Saya tidak ingin rambut saya memutih sepenuhnya di usia muda'," kata kakak laki-lakinya, Mohammed, yang tidak menyebutkan nama lengkapnya karena alasan keamanan, kepada The New Arab.

Menurutnya, adik laki-lakinya itu sering merenungkan masa depan yang seharusnya ia miliki dan meratapinya. Ia mulai merasa cemas dan tertekan setelah dua sahabatnya terbunuh dalam pengeboman Israel.

“Dia rajin belajar, tapi sekolahnya pun hancur… satu-satunya impiannya sekarang adalah bertahan dari perang dan hidup damai bersama keluarganya, jauh dari perang sehingga rambutnya tidak lagi memutih,” jelas Mohammed.

1. Perang berdampak pada fisik dan kesehatan mental warga Gaza

Serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 41.020 warga Palestina dan melukai 94.925 lainnya sejak Oktober 2023. Setidaknya 10 ribu orang juga diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan.

Setiap hari, orang-orang di Gaza mendengarkan dengungan drone di atas kepala mereka, menyaksikan gedung-gedung hancur akibat dibom, dan menjadi sasaran penembak jitu. Penyiksaan di kalangan warga Palestina yang ditahan di pusat penahanan darurat dan di tempat umum juga marak terjadi.

Perang, ditambah dengan bencana krisis kemanusiaan, telah berdampak pada kesehatan fisik dan mental seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa. Mereka harus bertahan hidup dengan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan, makanan, atau air bersih. 

“Saya telah melihat banyak orang yang rambutnya memutih, baik anak-anak maupun pemuda berusia 20-an. Dua hari yang lalu, saya melihat seorang anak perempuan yang rambutnya mulai rontok. Secara harfiah, setiap menit rambutnya rontok, dan dia akan menjadi botak dalam waktu dekat,” kata Mohammed.

Ia mengungkapkan bahwa prioritasnya saat ini adalah melarikan diri dari Gaza dan mencegah Amir merasa seperti “pria berusia 70 tahun”. Oleh karena itu, ia meluncurkan kampanye penggalangan dana online dengan harapan mereka bisa keluar dari wilayah tersebut melalui penyeberangan Rafah.

Baca Juga: Rabi Israel Bela Tentara yang Dituduh Perkosa Tahanan Palestina 

2. Bukan lagi anak-anak

Warga Palestina di Gaza mengatakan bahwa sejak perang dimulai, mereka telah melihat perubahan perilaku pada anak-anak, terutama dalam mengekspresikan ketakutan, keterkejutan, atau kesedihan. Alih-alih berteriak atau menangis, anak-anak sering kali hanya menatap dengan keterkejutan, tidak mampu mengungkapkan ketakutan dan pengalaman yang mereka alami.

Kamal Abu Afash, bocah laki-laki berusia 12 tahun dari Deir Al-Balah di Gaza tengah, telah kehilangan lebih dari 20 anggota keluarganya, termasuk ibu dan empat saudara kandung. Ia juga selamat dari dua pemboman.

“Seiring berjalannya waktu, saya menyadari rambut saya telah memutih, dan setiap kali mencukurnya, rambut putih itu kembali tumbuh. Kami bukan lagi anak-anak, melainkan orang tua yang bahkan tidak bisa memikirkan kehidupan karena tentara Israel telah memaksakan kematian kepada kami,” ujarnya.

Sementara itu, Sama Tubail, seorang anak perumpuan berusia delapan tahun dari Beit Lahia di Gaza, mengalami kerontokan rambut hingga kepalanya hampir botak sepenuhnya.

Hidupnya berubah drastis ketika tentara Israel menyerang sebuah rumah di dekat tenda tempat mereka mengungsi di Rafah. Keluarganya kemudian mencari perlindungan di Rumah Sakit Lapangan Indonesia. Namun, begitu mereka tiba di sana, tentara Israel menyerang rumah sakit tersebut, membuatnya khawatir akan dibunuh di tempat.

 “Saya sangat senang ketika kami tidak terbunuh. Tetapi saya sangat terkejut saat melihat rambut saya rontok setelah itu,” kata Tubail.

“Saya sangat sedih ketika anak-anak perempuan berpikir saya terkena kanker. Saya sering menangis, jadi saya berhenti bermain dengan anak-anak perempuan di luar,” ungkapnya.

Verified Writer

Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya