TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Serangan Dahsyat Israel di Ibu Kota Lebanon Buat Warga Trauma

Sejumlah warga tidur di jalan dan di mobil

pemandangan ibu kota Lebanon, Beirut (unsplash.com/Sara Calado)

Jakarta, IDN Times - Ketika Israel menggempur ibu kota Lebanon, Beirut, pada Jumat (27/9/2024), dalam serangan udara yang menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, ledakannya begitu dahsyat sehingga seorang ibu hamil khawatir bayinya tidak dapat bertahan.

"Saya hamil 8 bulan. Bayi di dalam perut saya bahkan tidak bergerak dan saya takut terjadi sesuatu, semoga tidak. Tapi akhirnya saya merasakannya," kata Zahraa, dikutip dari Reuters.

“Ya Tuhan, roket-roket yang kami lihat kemarin, api-api yang kami saksikan. Kami bisa mendengar setiap serangan. Kami bahkan belum tidur sedikit pun. Ada orang-orang yang tidur di jalanan atau tidur di mobil di sekitar kami," tambahnya.

Seperti penduduk Dahiyeh lainnya, yang merupakan basis Hizbullah, Zahraa, suami dan dua putranya dengan cepat mengemas barang-barat dan melarikan diri ke wilayah lain di Beirut. Setiap ledakan membuat kota tersebut bergetar.

1. Banyak tempat penampungan telah dipenuhi pengungsi

Banyak sekolah yang dijadikan sebagai tempat penampungan di Beirut sudah penuh dengan puluhan ribu orang yang melarikan diri dari Lebanon selatan sejak pekan lalu. Orang-orang yang baru mengungsi semalam mengatakan bahwa mereka tidak punya tempat untuk pergi.

Ali Hussein Alaadin, seorang warga Dahiyeh di pinggiran selatan Beirut, tampak kebingungan setelah serangkaian pemboman Israel terparah yang pernah terjadi di ibu kota tersebut dalam beberapa dekade. Dia hampir tidak punya cukup waktu untuk mengambil obat ayahnya. Salah satu bom menghantam sebuah gedung tepat di samping tempat tinggal mereka.

"Saya bahkan tidak tahu kami di mana. Kami berputar-putar sepanjang malam. Kami telah menghubungi LSM dan orang-orang lainnya sejak pagi," kata pria berusia 28 tahun itu.

Dia menambahkan, kelompok bantuan terus memberikan rekomendasi yang berubah-ubah mengenai tempat penampungan.

"Kami telah menghubungi semua orang dan mereka terus mengarahkan kami, entah nomor yang diberikan salah atau sibuk, atau mereka mengirim kami ke tempat lain. Sejak pukul 1.00 pagi, kami sudah berada di jalan," ujarnya.

Baca Juga: Palestina Khawatir Serangan Israel di Lebanon Tutupi Situasi di Gaza

2. Korban tewas akibat serangan Israel mencapi 1.000 orang

Dalal Daher, yang tidur di tempat terbuka di Martyrs Square di pusat kota Beirut, mengatakan bahwa nyawa warga Lebanon dianggap murah karena Israel terus melakukan serangan tanpa henti.

“Jika pesawat kertas terbang ke Israel, maka akan menimbulkan gejolak yang tiada habisnya. Tapi bagi kami, semua orang mengungsi dan seluruh dunia bungkam mengenai hal itu, PBB dan semua orang bungkam, seolah-olah kami bukan manusia,” ungkapnya.

Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, lebih dari 1.000 orang telah tewas dan lebih dari 6 ribu lainnya terluka akibat serangan Israel selama 2 pekan terakhir. Sekitar 1 juta warga Lebanon juga terpaksa mengungsi, termasuk ratusan ribu orang sejak Jumat, akibat konflik Israel-Hizbullah.

3. Warga Lebanon berduka atas kematian Nasrallah

Sementara itu, kematian Nasrallah dalam serangan udara di Dahiyeh pada Jumat merupakan pukulan berat bagi Hizbullah. Kelompok yang didukung Iran tersebut mengonfirmasi kematian pemimpin mereka tersebut pada Sabtu (28/9/2024) dan bersumpah untuk terus melanjutkan perjuangannya melawan Israel. 

Nasrallah, yang telah memimpin Hizbullah selama lebih dari tiga dekade, merupakan target paling kuat yang dibunuh oleh Israel selama beberapa minggu pertempuran paling intensif antara kedua belah pihak dalam dua dekade terakhir. Kematiannya meninggalkan luka mendalam bagi banyak pendukungnya, baik di dalam maupun di luar negeri.

“Saat pertama kali mendengar beritanya, saya mengira itu bohong. Saya berpikir, ‘Itu tidak mungkin benar’. Nasrallah adalah saudara kami dan kami selalu merasa aman bersamanya. Sekarang, kami tidak tahu bagaimana nasib kami nantinya," kata Mariam, seorang warga Dahiyeh yang pergi mengungsi.

Di pusat kota Beirut, para pengungsi lainnya dari Dahiyeh menyebut Nasrallah sebagai martir yang menyerahkan nyawanya untuk melawan Israel.

“Saya hanya ingin mendengarkan suaranya lagi. Dia seperti seorang ayah bagi kami. Dia bukan hanya seorang politisi. Tapi kami akan terus melanjutkan (jalan Nasrallah). Kami akan terus berjuang untuk menjatuhkan Israel, yang selalu menjadi keinginannya,” kata Nivine, yang merupakan pendukung Hizbullah, kepada Al Jazeera.

Lebanon juga mengumumkan masa berkabung selama tiga hari untuk Nasrallah, yang akan dimulai pada Senin (30/9/2024), dengan bendera dikibarkan setengah tiang di gedung-gedung pemerintah.

Baca Juga: Fakta Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah yang Ditakuti Israel

Verified Writer

Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya