TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ribuan Keluarga di Lebanon Selatan Melarikan Diri dari Pemboman Israel

Israel meningkatkan serangannya di Lebanon

ilustrasi kota di Lebanon (unsplash.com/Maxime Guy)

Jakarta, IDN Times - Ribuan keluarga di Lebanon selatan memadati jalan raya menuju utara pada Senin (23/9/2024), melarikan diri dari pemboman Israel yang semakin meluas. Mobil, van, dan truk pikap, yang tak terhitung jumlahnya, penuh dengan barang dan orang-orang. Beberapa keluarga bahkan melarikan diri dengan membawa barang seadanya.

"Ketika serangan terjadi di pagi hari di rumah-rumah, saya mengambil semua surat-surat penting dan kami segera pergi. Serangan terjadi di sekitar kami. Itu sangat mengerikan," kata Abed Afou, dikutip dari Reuters.

"Saya menaruh satu tangan di punggung putra saya sambil memberitahunya agar tidak takut," tambahnya.

Keluarga Afou, dengan tiga putra berusia 6-13 tahun, serta beberapa kerabat lainnya memutuskan untuk pergi setelah desa mereka, Yater, yang berjarak sekitar 5 km dari perbatasan Israel, dihantam serangan hebat saat fajar. Mereka tidak tahu di mana mereka akan tinggal, namun yang mereka inginkan saat ini hanyalah mencapai Beirut.

1. Israel peringatkan warga Lebanon untuk mengungsi

Israel dan Hizbullah di Lebanon telah saling melancarkan serangan di perbatasan sejak perang di Gaza dimulai tahun lalu. Namun, Israel dengan cepat meningkatkan kampanye militernya selama seminggu terakhir.

Saat serangan bom semakin meluas ke berbagai wilayah di Lebanon pada Senin, warga menerima pesan peringatan dan rekaman suara dari militer Israel, yang memperingatkan mereka untuk meninggalkan rumah demi keselamatan.

Dilansir dari BBC, Kementerian Kesehatan Lebanon pada malam harinya melaporkan bahwa sedikitnya 492 orang, termasuk 35 anak, tewas dan lebih dari 1.600 lainnya terluka akibat pemboman tersebut. Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah melancarkan 1.100 serangan selama 24 jam sebelumnya.

“Kekuatan dan intensitas pemboman ini adalah sesuatu yang belum pernah kita saksikan sebelumnya dalam semua perang yang telah terjadi,” kata Abu Hassan Kahoul, dalam perjalanan ke Beirut bersama keluarganya setelah dua bangunan di dekat apartemennya rata dengan tanah.

“Anak-anak kecil tidak tahu apa yang terjadi, tapi ada ketakutan di mata mereka,” tambahnya.

Baca Juga: Israel Janji Serangan Udara Israel ke Lebanon Gak Akan Berakhir 

2. Warga Beirut juga dilanda ketakutan

Di Beirut, kekhawatiran juga semakin meningkat. Para orang tua bergegas menjemput anak-anak mereka dari sekolah ketika Israel memperingatkan akan melancarkan lebih banyak serangan.

"Mereka menelepon semua orang dan mengancam orang-orang melalui telepon. Jadi, kami di sini untuk menjemput anak saya dari sekolah. Situasinya tidak meyakinkan," kata seorang pria bernama Issa, yang datang untuk menjemput anaknya.

Israel telah memperingatkan warga untuk meninggalkan daerah-daerah yang disebut sebagai tempat penyimpanan senjata Hizbullah. Namun, peringatan serupa juga dikirimkan kepada penduduk di distrik-distrik Beirut, yang tidak dianggap sebagai wilayah kekuatan kelompok bersenjata tersebut, termasuk Hamra, kawasan yang menjadi lokasi kementerian pemerintah, bank, dan universitas.

Mohammed, pria Palestina yang sedang dalam perjalanan keluar dari Beirut bersama istrinya, mengungkapkan bahwa tidak ada tempat yang aman di Lebanon.

"Di Lebanon tidak ada tempat yang aman, Israel mengatakan mereka akan melakukan pemboman di mana-mana. Sekarang mereka mengancam lingkungan ini, jadi ke mana kami harus pergi?" tanyanya.

"Ini menakutkan, saya tidak tahu harus berbuat apa - bekerja, pulang ke rumah, tidak tahu harus berbuat apa," ujar pria tersebut.

3. Sekolah-sekolah dijadikan tempat pengungsian

Atas instruksi pemerintah, sekolah-sekolah di Beirut, Tripoli dan Lebanon timur diubah menjadi tempat penampungan bagi para pengungsi yang datang dari selatan. Kasur-kasur telah ditata di ruang kelas.

Sementara itu, rumah sakit di Lebanon juga diperintahkan untuk membatalkan semua operasi non-darurat pada Senin, karena para dokter bersiap menghadapi gelombang korban pemboman.

Walaupun suasana di Beirut tegang dan penuh ketidakpastian, beberapa orang menunjukkan sikap yang berani.

"Jika terjadi perang total, kita harus bersatu sebagai orang Lebanon tanpa memandang afiliasi politik kita, karena pada akhirnya, negara kita sedang dibombardir," kata seorang pria kepada BBC.

Sementara itu, yang lain tampak pasrah dengan apa yang terjadi.

"Jika mereka ingin perang, apa yang bisa kami lakukan? Hal ini sudah dipaksakan kepada kami. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," ungkap pemilik toko, Mohammed Sibai, kepada Reuters.

Mohammed, seorang pria berusia 57 tahun yang tinggal di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh, basis kekuatan utama Hizbullah di ibu kota, mengatakan bahwa ia telah selamat dari semua perang sejak 1975. Jadi, situasi seperti ini sudah menjadi hal yang normal baginya.

"Saya tidak akan pergi, saya akan tetap di rumah," ujarnya.

Baca Juga: Mesir Peringatkan Risiko Perang Besar-besaran Hizbullah-Israel

Verified Writer

Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya