TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Remaja Iran Armita Geravand Alami Mati Otak, Diduga Diserang Polisi

Ia jatuh koma sejak awal bulan ini

bendera Iran (pexels.com/Engin Akyurt)

Jakarta, IDN Times - Armita Geravand, seorang remaja Iran yang jatuh koma awal bulan ini setelah diduga diserang oleh polisi moral karena tidak mengenakan jilbab, dilaporkan mengalami mati otak. 

“Tindak lanjut terhadap kondisi kesehatan terkini Geravand menunjukkan bahwa kondisi mati otaknya tampaknya pasti terjadi meskipun ada upaya dari staf medis,” lapor media pemerintah pada Minggu (22/10/2023).

Baca Juga: Dukung Palestina, Iran Serukan Negara Arab Embargo Minyak ke Israel

Baca Juga: Iran Tegaskan Telah Bentuk Tim Investigasi Kasus Mahsa Amini 

1. Iran bantah Geravand diserang oleh polisi moral

Menurut kelompok hak asasi manusia Hengaw yang berbasis di Norwegia, perempuan berusia 16 tahun itu diserang oleh agen polisi moral di stasiun metro Shohada di Teheran pada Minggu (1/10/2023). 

Kelompok itu mengatakan Geravand dan teman-temannya dihentikan oleh polisi karena tidak mengenakan jilbab. Petugas kemudian mendorong remaja itu hingga terjatuh dan mengakibatkan kepalanya terbentur. Ia pun jatuh pingsan. Ia kemudian dirawat di rumah sakit karena mengalami cedera otak parah.

Media pemerintah telah memublikasikan video Geravand yang dibawa keluar dari kereta bawah tanah dalam kondisi tak sadarkan diri. Namun tidak ada rekaman video di dalam kereta yang dirilis.

Pihak berwenang membantah bahwa Geravand terluka akibat konfrontasi dengan petugas dan mengklaim bahwa remaja tersebut pingsan karena tekanan darah rendah.

Para pembela hak asasi manusia khawatir bahwa Geravand akan bernasib sama dengan dengan Mahsa Amini. Perempuan Kurdi berusia 22 tahun itu meninggal dalam tahanan polisi moral karena tidak mengenakan jilbab di depan umum. Kematiannya memicu protes anti-pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Iran.

2. Banyak perempuan Iran mulai berani menentang aturan berpakaian sejak kematian Amini

Pemerintah Iran telah memberlakukan aturan berpakaian untuk perempuan sejak revolusi rakyat pada 1979 yang menggulingkan rezim Shah yang sekuler. Undang-undang mewajibkan perempuan untuk menutupi rambut mereka dan mengenakan pakaian panjang dan longgar.

Mereka yang melanggar aturan tersebut akan dikenai teguran publik, denda atau penangkapan. Namun sejak kematian Amini, banyak perempuan mulai menentang aturan berpakaian di Iran.

Baca Juga: Kanada Jatuhkan Sanksi ke Iran Terkait Kematian Mahsa Amini

Verified Writer

Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya