TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Presiden Kolombia Kecam Sikap Diam Media atas Genosida Israel di Gaza

Ia bersikeras bahwa genosida sedang terjadi di Palestina

bendera Kolombia (unsplash.com/ Flavia Carpio)

Intinya Sih...

  • Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengecam sikap diam media terkait perang Israel di Gaza
  • Petro bersikeras bahwa genosida sedang terjadi di Palestina dan mengecam penggerebekan yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap kantor jaringan berita Al Jazeera
  • Serangan militer Israel telah menewaskan 41.431 orang dan melukai 95.818 lainnya di Gaza, memaksa sebagian besar warga Palestina mengungsi dan hidup dalam keterbatasan makanan, air bersih, obat-obatan

Jakarta, IDN Times - Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengecam sikap diam media terkait perang Israel di Gaza dan bersikeras bahwa genosida sedang terjadi di Palestina.

“Siapapun yang membela genosida ini atau tetap diam menghadapinya telah menghancurkan kondisi kemanusiaan mereka sendiri,” kata Petro dalam sebuah pernyataan di media sosial X pada Minggu (22/9/2024).

“Seolah-olah (menteri propaganda Nazi Joseph) Goebbels yang mengarahkan komunikasi dunia sehingga puluhan ribu jurnalis dibungkam ketika menghadapi rekan-rekan mereka yang terbunuh dan 20 ribu bayi yang dicabik-cabik oleh bom," tambahnya.

1. Pejabat AS sebut Petro menormalisasi anti-Semitisme

Komentar presiden tersebut muncul sehari setelah Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Memantau dan Memerangi Anti-Semitisme, Deborah Lipstadt, mempertanyakan kritik Petro terhadap serangan militer Israel di Jalur Gaza.

"Retorika Presiden Gustavo Petro yang terus-menerus menormalisasi anti-Semitisme. Kita tidak bisa menerimanya. Kita tidak bisa menoleransinya. Kita harus mengutuk narasi-narasi berbahaya ini," kata Lipstadt dalam sebuah pesan yang dipublikasikan di akun media sosial Kedutaan AS di Bogota.

Petro merespons pernyataan Lipstadt di akun X-nya.

“Nyonya Duta Besar, orang Palestina adalah orang Semit… Membunuh anak-anak dengan menjatuhkan bom di Gaza dan tidak menentangnya adalah anti-Semit. Hal yang paling anti-Semit saat ini adalah mengulangi pembantaian Hitler terhadap kemanusiaan dan khususnya rakyat Palestina," ungkapnya.

Baca Juga: UNICEF: Serangan Israel ke Lebanon Sangat Mengerikan 

2. Petro juga kecam penggerebekan terhadap kantor berita Al Jazeera di Ramallah

Petro juga mengecam penggerebekan yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap kantor jaringan berita Al Jazeera di Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, pada Minggu pagi. Kantor tersebut diperintahkan untuk ditutup selama 45 hari.

Kepala biro Al Jazeera, Walid al-Omari, mengatakan bahwa berdasarkan surat perintah pengadilan militer Israel, media tersebut dituduh menghasut dan mendukung terorisme.

“Menargetkan jurnalis dengan cara ini bertujuan untuk menghapus kebenaran dan menghalangi masyarakat untuk mendengarkan kebenaran,” ujar al-Omari.

Ia menambahkan bahwa selama penggerebekan tersebut, tentara Israel juga merobek poster-poster jurnalis Palestina-Amerika yang terbunuh, Shireen Abu Akleh, yang dipajang di dinding kantor.

Sebelumnya, pemerintah Israel telah melarang Al Jazeera beroperasi di negaranya pada Mei, karena menganggapnya sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.

“Upaya Israel untuk menyensor Al Jazeera sangat melemahkan hak masyarakat atas informasi mengenai perang yang telah mengorbankan banyak nyawa di wilayah tersebut. Wartawan Al Jazeera harus diizinkan untuk meliput pada saat kritis ini dan selalu," kata Komite Perlindungan Jurnalis dalam sebuah pernyataan.

3. Generator listrik terancam berhenti beroperasi dalam waktu 10 hari

Israel melancarkan serangan militer secara besar-besar di Jalur Gaza sebagai respons terhadap serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang dilaporkan menewaskan sedikitnya 1.139 orang dan menyandera lebih dari 200 lainnya.

Serangan militer Israel sejauh ini telah membunuh 41.431 orang dan melukai 95.818 lainnya di Gaza. Perang tersebut juga memaksa sebagian besar dari 2,4 juta warga Palestina mengungsi dan hidup di tengah keterbatasan makanan, air bersih dan obat-obatan.

Rekaman dari wilayah selatan menunjukkan tenda-tenda dan tempat penampungan sementara telah tergenang oleh air hujan.

“Hujan sepuluh menit sudah cukup untuk menenggelamkan tenda. Bagaimana jika hujan turun sepanjang hari? Tenda sudah usang dan tidak tahan musim dingin,” kata Aya, yang mengungsi bersama keluarganya di pusat kota Deir el-Balah.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza memperingatkan bahwa generator listrik di semua fasilitas kesehatan di wilayah tersebut akan berhenti beroperasi dalam waktu 10 hari akibat kekurangan minyak, filter, dan suku cadang. Hal ini akan membahayakan kondisi pasien di fasilitas tersebut, terutama di departemen sensitif seperti operasi, perawatan intensif, dan kamar bayi.

Kementerian mengimbau semua lembaga internasional dan kemanusiaan yang terkait untuk segera turun tangan agar generator tetap beroperasi.

Baca Juga: 5 Insiden Mematikan dalam Konflik Israel-Hizbullah Sepekan Terakhir

Verified Writer

Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya