TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Petani Lebanon Khawatir Gagal Panen akibat Perang Israel-Hamas

Konflik antara Israel dan Hizbullah semakin intensif

ilustrasi petani (unsplash.com/Tim Mossholder)

Jakarta, IDN Times - Bentrokan antara Israel dan milisi Lebanon Hizbullah telah menimbulkan kekhawatiran bagi para petani di desa Deir Mimas, Lebanon selatan. Mereka terancam mengalami gagal panen apabila perang di Gaza meluas ke Lebanon.

“Risiko terbesarnya adalah apa yang terjadi pada tahun 2006 akan terulang kembali,” kata Merhej Shamaa, seorang petani berusia 60 tahun, dikutip The National.

“Pemboman tersebut juga sangat mempengaruhi kualitas hasil panen kami hingga saat ini. Perekonomian kami bergantung pada pariwisata dan pertanian, jika terjadi perang, keduanya akan lenyap," tambahnya. 

Tentara Israel dan Hizbullah telah saling baku tembak di sepanjang perbatasan sejak dimulainya perang antara Israel dengan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober. Namun, serangan tersebut sejauh ini hanya menargetkan wilayah yang terbatas.

“Jika Hizbullah memutuskan untuk ikut berperang, maka mereka akan melewatkan Perang Lebanon Kedua. Mereka akan membuat kesalahan dalam hidupnya,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu (22/10/2023), dikutip Associated Press.

Adapun Hizbullah dan Israel pernah terlibat perang selama sebulan pada 2006 yang berakhir dengan kebuntuan menegangkan. Israel memandang Hizbullah yang didukung Iran sebagai ancaman paling serius, dan memperkirakan kelompok itu memiliki sekitar 150 ribu roket dan rudal yang siap ditujukan ke Israel.

Baca Juga: Warga Palestina di Lebanon Siap Bertempur Melawan Israel

1. Deir Mimas diserang habis-habisan oleh tentara Israel pada 2006

Shamaa dan rekan-rekan petaninya mendiskusikan ancaman perang sambil menikmati sepiring hummus dan minyak zaitun segar, dengungan pesawat Israel terdengar di kejauhan.

Shamaa mengatakan, meski merupakan desa Kristen, Deir Mimas tetap diserang habis-habisan oleh tentara Israel saat perang 2006.

“Pada 2006, seluruh desa harus pergi. Gagasan bahwa bom Israel hanya menargetkan desa-desa Syiah adalah kesalahpahaman. Israel menentang semua warga Lebanon, apa pun agamanya,” ujar petani berusia 60 tahun itu.

Ia menambahkan, sebagian besar desa-desa di wilayah selatan saat ini telah sepi karena banyaknya keluarga yang melarikan diri akibat bentrokan sehari-hari.

“Saat ini hanya jurnalis yang berkunjung,” imbuhnya.

2. Petani kesulitan mencari pekerja

Deir Mimas sejauh ini masih belum tersentuh konflik, sehingga memungkinkan petani zaitun seperti Michel Beshara untuk melanjutkan meraup panen.

“Masalah utama saat ini berkisar pada pencarian pekerja, yang sebagian besar adalah warga Suriah,” kata Beshara.

Pria 27 tahun itu mengungkapkan bahwa petani Deir Mimas membutuhkan 400 pekerja untuk memanen zaitun tahun lalu. Namun, tahun ini beberapa dari mereka telah meninggalkan daerah perbatasan yang terdampak konflik. Akibatnya, para petani kesulitan mencari pengganti mereka.

Jika situasi memburuk, Beshara mengatakan dia akan pergi bersama para pekerja lainnya meninggalkan Deir Mimas. Namun untuk saat ini, ia tetap bertahan di desa tersebut, tambahnya.

Baca Juga: Serangan Balasan, Israel Bombardir Pos Hizbullah di Perbatasan Lebanon

Verified Writer

Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya