TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pendukung Hizbullah Berduka atas Kematian Hassan Nasrallah

Warga kini bingung akan nasib mereka kedepannya

ilustrasi kota di Lebanon (unsplash.com/Maxime Guy)

Jakarta, IDN Times - Kematian pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, meninggalkan luka mendalam bagi para pendukungnya, baik di Lebanon maupun luar negeri. Banyak dari mereka tak menyangka tokoh berpengaruh di Timur Tengah ini akan pergi begitu cepat, mengingat peran sentralnya dalam politik regional dan perjuangan kelompok tersebut selama bertahun-tahun.

Ulama Syiah ini terbunuh dalam serangan udara yang dilancarkan oleh Israel di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh, pada Jumat (27/9/2024). Ali Karki, komandan front selatan Hizbullah, dan sejumlah petinggi lainnya juga tewas dalam serangan itu.

Nasrallah, yang telah memimpin Hizbullah selama lebih dari tiga dekade, merupakan target paling kuat yang dibunuh oleh Israel selama beberapa minggu pertempuran yang semakin intensif antara kedua belah pihak.

“Saat pertama kali mendengar beritanya, saya mengira itu bohong. Saya berpikir, ‘Itu tidak mungkin benar’. Nasrallah adalah saudara kami dan kami selalu merasa aman bersamanya. Sekarang, kami tidak tahu bagaimana nasib kami nantinya," kata Mariam, seorang warga Dahiyeh, kepada Al Jazeera.

1. Kematian Nasrallah merupakan kemunduran besar bagi Hizbullah

Nasrallah menjadi pemimpin Hizbullah setelah Israel membunuh pendahulunya, Abbas al-Musawi, pada 1992. Ia dengan cepat mengubah Hizbullah dari sebuah gerakan pemberontakan menjadi salah satu kelompok bersenjata paling kuat di dunia, sekaligus menjadi benteng tangguh melawan agresi Israel.

Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah berhasil membebaskan wilayah selatan Lebanon dari pendudukan Israel selama 18 tahun. Karisma dan kelihaiannya menjadikannya sebagai salah satu pemimpin yang paling dihormati dan ditakuti di Timur Tengah.

“Hassan Nasrallah adalah sosok yang luar biasa dalam hal politik di Timur Tengah. Jika boleh dikatakan, dialah tokoh utama, pengikat Iran. Dia benar-benar menciptakan Hizbullah menjadi kekuatan yang terorganisir dan berdisiplin seperti sekarang ini," kata jurnalis Al Jazeera, Stefanie Dekker.

“Dia bukan sekadar tokoh simbolis, dia adalah orang yang berada di balik pemikiran strategis, pemikiran militer. Tidak diragukan lagi ini akan menjadi kemunduran besar bagi organisasi tersebut," tambah Zeina Khodr, jurnalis Al Jazeera lainnya dari Beirut.

Baca Juga: Pemimpin Hizbullah Tewas, Lebanon Berkabung Selama 3 Hari

2. Dianggap sebagai sosok ayah oleh para pendukungnya

Di pusat kota Beirut, para pengungsi dari Dahiyeh menyebut Nasrallah sebagai martir yang berkorban nyawa untuk melawan Israel.

“Saya hanya ingin mendengarkan suaranya lagi. Dia seperti seorang ayah bagi kami. Dia bukan hanya seorang politikus. Tapi kami akan terus melanjutkan (jalan Nasrallah). Kami akan terus berjuang untuk menjatuhkan Israel, yang selalu menjadi keinginannya,” ujar Nivine, yang merupakan pendukung Hizbullah.

Hassan mengatakan bahwa dia merasa kehilangan atas kepergian Nasrallah, mengingat sosoknya merupakan simbol perlawanan yang sangat besar. Menurutnya, pemimpin Hizbullah itu merupakan satu-satunya pemimpin dunia yang membantu rakyat Palestina di Gaza dengan membuka front dukungan melawan Israel dari selatan Lebanon.

Hizbullah menyatakan bahwa tujuan mereka melawan Israel adalah untuk mengurangi tekanan pada Hamas, setelah pejuang Palestina tersebut menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, yang dilaporkan menewaskan 1.139 orang. Israel membalasnya dengan serangan besar-besaran ke Gaza, yang telah membunuh lebih dari 41 orang sejak Oktober. 

“Dia membela Gaza. Saya tahu dia meninggal. Tapi sekarang dia berada di tempat yang lebih baik daripada tempat kita semua tinggal," kata Hassan.

3. Warga Lebanon kini kehilangan sosok pelindung

Dengan kepergian Nasrallah dan banyak komandan senior Hizbullah lainnya, banyak Muslim Syiah Lebanon khawatir mereka tidak memiliki siapa pun untuk melindungi mereka.

“Tidakkah Anda melihat semua kejahatan Israel? Mereka mengebom dan menghancurkan segalanya, membunuh perempuan dan anak-anak. Dan tidak ada negara Arab atau Barat yang melakukan intervensi untuk menghentikannya,” kata Nivine.

Namun seperti penduduk Dahiyeh lainnya, ia yakin bahwa Hizbullah pada akhirnya akan mampu bertahan dari pukulan-pukulan Israel tersebut.

Mohamad, warga negara Suriah yang tinggal di Lebanon sejak 2009, mengatakan bahwa ia melarikan diri dari Lebanon selatan ke Dahiyeh setelah Israel dan Hizbullah mulai saling serang pada 8 Oktober 2023.

"Saya sangat terkejut ketika mendengar berita itu. Kami akan mengingat dia sebagai orang yang menentang Zionis dan berperang melawan Israel. Tetapi sekarang setelah dia pergi, ada ketakutan dan ketidakpastian. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Akankah ada lebih banyak pengeboman di Beirut saat ini? Akankah situasinya menjadi lebih buruk? Atau akankah itu berhenti? Tidak ada yang tahu," ujarnya.

Dilansir dari Reuters, Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa lebih dari 1.000 orang telah tewas dan 6 ribu lainnya terluka akibat serangan Israel di negara tersebut dalam dua minggu terakhir. Pemerintah melaporkan bahwa satu juta orang, seperlima populasi negara itu, juga telah mengungsi.

Baca Juga: Fakta Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah yang Ditakuti Israel

Verified Writer

Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya