TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Masa Depan China-Taiwan Antara Damai atau Perang!

Ma dan partainya mendorong perdamaian dengan China

bendera Taiwan (unsplash.com/Roméo A.)

Jakarta, IDN Times - Mantan presiden Taiwan Ma Ying-jeuo, pada Jumat (7/4/2023), mengatakan bahwa negaranya di masa depan harus memilih antara perdamaian dan perang, setelah ketegangan dengan China makin meningkat di bawah pemerintah Taiwan saat ini.

"Pemerintahan kami terus membawa Taiwan ke dalam bahaya. Masa depan adalah pilihan antara perdamaian dan perang," kata Ma di bandara utama Taiwan, pada akhir kunjungan 12 harinya ke China. Ia tiba di Shanghai pada 27 Maret lalu.

Ma merupakan mantan presiden Taiwan pertama yang pernah mengunjungi China. Sejak berakhirnya perang saudara yang dimenangkan oleh partai Komunis pada 1949, belum ada pemimpin atau mantan pemimpin Taipei yang mengunjungi Beijing sebelum Ma.

Baca Juga: Gegara Dicuekin, China Gelar Latihan Militer 3 Hari di Dekat Taiwan

1. Kedatangan Ma terjadi di tengah situasi yang memanas

Ma menjabat sebagai presiden Taiwan dari 2008 hingga 2016. Ia merupakan anggota senior dari partai oposisi Kuomintang (KMT) yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan China.

Kunjungan Ma terjadi pada saat ketegangan kedua negara makin meningkat. Pertemuan antara Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy di Amerika Serikat (AS) pada pekan ini telah membuat China berang.

Sehari sebelum keberangkatan Ma, Honduras yang merupakan mantan sekutu Taipei juga memutus hubungan dengan negara itu dan beralih ke Beijing.

Melansir CNN, China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, namun Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa menegaskan bahwa negaranya sudah berdaulat dan bukan bagian dari China. 

Akibatnya, Beijing meningkatkan tekanan politik dan militernya supaya Taiwan yang diperintah secara demokratis itu menerima kedaulatan China.

2. Perjalanan Ma dikritik oleh pemerintah Taiwan

Kunjungan Ma ke China juga sempat dikritik DPP. Dalam sebuah pernyataan, DPP menuding mantan pemimpin Taiwan itu telah menjadi kaki tangan China dan gagal mengambil kesempatan untuk mempertahankan kedaulatan negaranya sendiri.

Adapun Ma mengatakan, Taiwan dapat berbagi dasar politik bersama dengan China, yang menurutnya akan menjadi kepentingan terbaik rakyat Taiwan.

Tsai sebelumnya juga pernah menawarkan dialog dengan China, namun hal tersebut ditolak oleh Beijing yang terlanjur memandangnya sebagai separatis.

Baca Juga: Dikunjungi Presiden Tsai, Guatemala Komitmen Terus Dukung Taiwan

Verified Writer

Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya