TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Israel Tahu Keberadaan Nasrallah karena Informasi Intelijen Real-Time

Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, terbunuh pada Jumat

ilustrasi jet militer (pixabay.com/jmd1)

Jakarta, IDN Times - Militer Israel mengaku melancarkan serangan terhadap pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, setelah mengetahui bahwa ia akan menghadiri pertemuan dengan para komandan senior di markas bawah tanah gerakan tersebut di selatan Beirut.

Juru bicara militer Israel, Nadav Shoshani mengatakan bahwa operasi yang disebut New Order itu dilakukan pada Jumat (27/9/2024), ketika Nasrallah dan jajaran komando senior Hizbullah bertemu untuk merencanakan serangan lebih lanjut terhadap Israel.

"Kami memiliki intelijen real-time, peluang, sebuah peluang operasional yang memungkinkan kami untuk melancarkan serangan ini," katanya pada Sabtu (28/9/2024), dilansir dari Reuters.

Serangan terhadap Nasrallah terjadi tak lama setelah Perdana Menteri israel, Benjamin Netanyahu, berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, menyatakan bahwa pemerintahnnya tidak akan menerima keberadaan pasukan Hizbullah di perbatasannya. Militer Israel sebelumnya telah membunuh beberapa pemimpin senior kelompok itu dalam beberapa pekan terakhir.

1. Pilot diberitahu mengenai target beberapa saat sebelum terbang

Menurut laporan Radio Angkatan Darat Israel, kepala skuadron angkatan udara yang melakukan serangan tersebut mengatakan bahwa para pilot baru diberikan rincian mengenai target beberapa saat sebelum lepas landas.

“Pilot tidak mengetahui target pada hari-hari (serangan) tersebut direncanakan. Kami memaparkan target kepada tim hanya beberapa jam sebelum melaksanakannya dan mereka memahami apa yang mereka tuju," kata seorang perwira yang hanya diidentifikasi sebagai Letnan Kolonel M.

Shoshani menolak mengomentari spekulasi bahwa serangan tersebut mungkin menggunakan bom berat Mark 84 buatan Amerika Serikat (AS). Mamun, Brigadir Jenderal Amichai Levin, komandan pangkalan udara Hatzerim, mengatakan bahwa puluhan amunisi mencapai sasaran dalam hitungan detik.

Shoshani menyebutkan bahwa Ali Karaki, pemimpin front selatan Hizbullah, yang menjadi target Israel awal pekan ini, juga tewas dalam serangan tersebut.

Baca Juga: Singapura Imbau Warganya untuk Segera Tinggalkan Lebanon

2. Hizbullah dan Iran janji akan melakukan pembalasan

Hizbullah mengonfirmasi kematian Nasrallah tak lama setetelah berita tersebut diumumkan oleh militer Israel pada Sabtu. Kelompok yang didukung Iran itu bersumpah akan melanjutkan perjuangannya melawan Israel untuk mendukung Gaza dan Palestina, sekaligus membela Lebanon.

Nasrallah, yang telah memimpin Hizbullah selama lebih dari tiga dekade, merupakan target paling kuat yang dibunuh oleh Israel selama beberapa minggu pertempuran yang semakin intensif antara keduanya.

Pada Sabtu, kantor Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, mengumumkan masa berkabung selama tiga hari atas kematian Nasrallah, yang akan dimulai pada Senin (30/9/2024), dengan bendera-bendera dikibarkan setengah tiang di gedung-gedung pemerintah.

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, juga mengumumkan lima hari berkabung usai pembunuhan tersebut. Ia mengatakan bahwa kematian pemimpin Hizbullah itu tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa pembalasan.

3. Israel terus bertindak dengan impunitas di Timur Tengah

Pembunuhan Nasrallah merupakan pukulan telak bagi Hizbullah. Para analis mengatakan bahwa kelompok tersebut memerlukan waktu untuk pulih.

“Pembunuhan Nasrallah merupakan kemunduran yang signifikan bagi Hizbullah, bukan hanya karena peran penting yang ia mainkan dalam strategi Hizbullah, namun juga karena tersingkirnya Nasrallah menunjukkan betapa rentannya kelompok tersebut terhadap Israel,” kata Lina Khatib, rekan peneliti di Chatham House, sebuah lembaga pemikir yang berfokus pada urusan internasional.

“Hal ini akan mengguncang kepercayaan sekutu Hizbullah yang didukung Iran di seluruh dunia Arab – mulai dari Houthi di Yaman hingga Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) di Irak, serta Iran sendiri – yang akan memicu pergeseran besar dalam jaringan pengaruh Iran di Timur Tengah,” tambahnya.

Nabeel Khoury, mantan diplomat AS, mengatakan Israel terus bertindak dengan impunitas di Timur Tengah tanpa mendapat teguran sedikit pun dari AS. Menurutnya, hal ini dapat menyebabkan musuh-musuh mereka bertindak melawan hukum internasional dengan cara yang serupa.

“Secara keseluruhan, ini adalah berita buruk bahwa Anda bisa membunuh seseorang di tengah ibu kota negara lain, menghancurkan beberapa gedung tempat tinggal bertingkat tinggi dalam prosesnya,” kata Khoury kepada Al Jazeera.

“Ini merupakan preseden yang sangat buruk bagi komunitas internasional. Israel kini telah membantai hampir 50 ribu orang di Gaza – sebagian besar dari mereka, menurut perhitungan internasional, adalah perempuan dan anak-anak. Jadi, mereka jelas tidak peduli dengan hilangnya nyawa manusia, dan pemerintahan Biden tidak menghukum mereka dengan cara apa pun," tambah peneliti non-residen di Arab Center Washington DC itu.

Dengan situasi seperti ini, ia khawatir dunia akan menyaksikan lebih banyak kekerasan dan pertumpahan darah di Lebanon, serta di Gaza dan Tepi Barat

Baca Juga: Fakta Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah yang Ditakuti Israel

Verified Writer

Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya