Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya telah mengizinkan 68 warga Gaza, termasuk 19 anak-anak yang sakit dan terluka beserta pendamping mereka, menyeberang ke Mesir untuk mendapatkan penangan medis.
Ini adalah pertama kalinya pasukan Israel mengizinkan evakuasi medis sejak mereka mengambil alih perbatasan Rafah, yang menghubungkan Gaza dengan Mesir, pada Mei. Proses evakuasi melalui penyeberangan Kerem Shalom itu dilakukan melalui koordinasi dengan Amerika Serikat (AS), Mesir, dan komunitas internasional.
Baca Juga: Warga Israel Demo, Minta Sandera Bebas dan Netanyahu Mundur
1. Sebanyak 21 pasien leukimia berangkat ke Mesir pada Kamis
Ahmad Zaqout, direktur rumah sakit di Gaza, mengatakan bahwa 21 pasien leukemia telah menyeberang ke Mesir pada Kamis (27/6/2024). Mereka kemudian akan diterbangkan ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk perawatan medis.
“Kami menerima cara evakuasi ini, meski rumit. Membawa pasien keluar dengan cara ini tidaklah cukup. Kami terus-menerus mendesak pembukaan perbatasan Rafah untuk memungkinkan sejumlah besar pasien menerima perawatan di luar Gaza," katanya kepada The National.
Zaqout mengungkapkan, ada lebih dari 25 ribu orang di Gaza yang memerlukan perawatan di luar negeri, termasuk 10 ribu pasien kanker. Ia menekankan bahwa rute dari penyeberangan Kerem Shalom ke Mesir tidak bisa menggantikan penyeberangan Rafah.
“Penutupan perbatasan Rafah, hancurnya lebih dari 70 persen kapasitas pengobatan kami, dan tidak adanya pengobatan yang diperlukan, terutama untuk penyakit kanker, telah menciptakan kebutuhan mendesak bagi pasien-pasien ini untuk dapat keluar,” tambahnya.
2. Keluarga harapkan kesembuhan bagi anaknya di luar negeri
Rawand Shahla, yang berusia tiga tahun, menderita masalah otak akibat kekurangan gizi. Ayahnya, Ahmad, mengatakan bahwa dia membutuhkan perawatan darurat yang tidak tersedia di Gaza.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
“Rawand berangkat ke Mesir untuk berobat bersama ibu dan empat saudara perempuannya, saya berharap dia mendapat pengobatan dan segera kembali,” kata Ahmad.
Keluarga tersebut telah berkali-kali mengungsi sejak awal perang, dari Gaza utara hingga Rafah di selatan, lalu ke Deir Al Balah di Jalur Gaza tengah.
Sementara itu, Kamla Abu Kwaik tidak dizinkan menemani putranya, Fayez, yang menderita kanker stadium lanjut ke Mesir. Kondisi bocah lima tahun tersebut telah memburuk selama perang dan dia tidak lagi bisa berjalan. Namun, neneknya diizinkan untuk menemaninya selama pengobatan.
“Saya sangat sedih karena saya tidak bisa bersamanya. Anak saya berumur lima tahun dan tidak bisa hidup tanpa ibunya. Dia membutuhkan perawatan khusus. Dia menangis dan terus meminta saya untuk bersamanya, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa,” ungkap Abu Kwaik.
Baca Juga: UNRWA: Sampah Menggunung di Kamp Pengungsian di Gaza