Banyak Orang Masih Terjebak di Bawah Reruntuhan Usai Lebanon Dibom
Petugas penyelamat bekerja hingga berjam-jam
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Lebanon melaporkan bahwa sedikitnya 14 orang, termasuk komandan Hizbullah, tewas dan lebih dari 60 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di pinggiran kota Dahiyeh, Beirut, pada Jumat (20/9/2024). Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan operasi penyelamatan yang terus berlangsung.
Pada Jumat malam, orang-orang berkumpul di dekat sebuah apartemen yang runtuh, menunggu kabar tentang anggota keluarga mereka yang diyakini terjebak di bawah reruntuhan.
“Saya pergi ke rumah sakit St George dan St Therese dan tidak ada yang tahu di mana putri saya berada. Pasti ada cara untuk mengetahuinya,” kata seorang perempuan, meminta informasi tentang putrinya kepada tim paramedis.
“Tidak ada yang bisa kami lakukan dalam kasus ini karena sering kami tidak tahu apakah orang yang diselamatkan masih hidup atau sudah meninggal, atau masih di bawah reruntuhan, atau ke rumah sakit mana mereka pergi,” ujar Hassan, seorang petugas medis pertahanan sipil, kepada The National.
Petugas medis tersebut mengaku telah bekerja di lokasi kejadian selama berjam-jam. Menurut penilaiannya, masih banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan gedung 10 lantai tersebut.
1. Petugas medis dan penyelamat telah bekerja keras sejak insiden ledakan pager
Hassan mengatakan, ia telah bekerja di bawah tekanan selama empat hari terakhir, dimulai ketika ribuan pager meledak secara bersamaan di seluruh Lebanon, diikuti dengan ledakan walkie-talkie. Banyak pihak meyakini serangan tersebut dilakukan oleh Israel.
“Ini adalah masa yang sulit bagi Lebanon. Untuk kita semua. Kami belum istirahat,” katanya sambil menyeruput kopi bersama rekan-rekan lainnya di dalam ambulans.
Di dekat kendaraan tersebut, warga yang kebingungan dan petugas penyelamat lainnya duduk di sebuah restoran untuk berisirahat sejenak. Warga Dahiyeh, beberapa di antaranya berlumuran darah atau dibalut perban, duduk di kursi plastik di dekat garis pengaman. Yang lainnya terlihat mondar-mandir di jalan sambil memegang biji tasbih.
Hassan mengatakan bahwa dia telah menunggu berjam-jam untuk mengetahui apakah kerabatnya, termasuk empat anak di bawah usia 10 tahun, selamat dalam tragedi tersebut.
“Saya menelepon mereka segera setelah saya mendengar beritanya. Mereka tidak kunjung menjawab," katanya dengan mata memerah akibat kelelahan.
Dia mengecam serangan Israel tersebut sebagai kejahatan perang.
“Warga sipil lah yang menanggung akibatnya. Ini bukanlah medan perang. Bangunan ini menampung keluarga, perempuan, dan anak-anak. Ini bukanlah perang yang adil. Hanya iman kami yang mampu membuat kami bertahan," tambahnya.
Baca Juga: Israel Bombardir Lebanon, 14 Orang Tewas Termasuk Anak-anak
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.