TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Australia Minta Warganya Segera Tinggalkan Lebanon

Pemerintah juga siapkan rencana evakuasi melalui jalur laut

bendera Australia (pexels.com/Hugo Heimendinger)

Intinya Sih...

  • Australia mendesak 15 ribu warganya di Lebanon untuk segera meninggalkan negara itu karena kemungkinan penutupan bandara Beirut.
  • Pemerintah Australia siapkan rencana evakuasi melalui jalur laut, mengingat tantangan dalam mengevakuasi banyak orang jika situasi memburuk.
  • Menteri Luar Negeri Penny Wong menyatakan bahwa ada kemungkinan bandara Beirut akan ditutup untuk waktu yang lama.

Jakarta, IDN Times - Australia telah mendesak sekitar 15 ribu warganya yang tinggal di Lebanon untuk segera meninggalkan negara itu, mengingat kemungkinan penutupan bandara Beirut dan tantangan dalam mengevakuasi banyak orang jika situasi memburuk.

Dalam wawancara dengan Sky News, Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mengatakan bahwa pemerintahnya telah membuat rencana darurat yang dapat mencakup evakuasi melalui jalur laut, namun menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut.

“Kami mempertimbangkan setiap opsi, tapi jelas ada isu-isu keamanan nasional,” ujar Albanese.

1. Bandara Beirut kemungkinan akan ditutup dalam waktu yang lama

Di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Menteri Luar Negeri Penny Wong mengatakan bahwa ada kemungkinan bandara Beirut akan ditutup untuk waktu yang lama. Oleh karena itu, warga Australia diminta untuk meninggalkan Lebanon sesegera mungkin.

Wong juga menambahkan bahwa ia telah bertemu dengan rekannya dari Inggris dan membahas perlunya gencatan senjata di Lebanon.

Menurut Kementerian Luar Negeri Australia, terdapat sekitar 15 ribu warga Australia yang tinggal di negara tersebut.

“Mengingat besarnya jumlah yang kita bicarakan, situasi ini akan sulit diselesaikan. Kami telah membahas hal ini melalui badan-badan yang tepat selama periode waktu tertentu, termasuk berinteraksi dengan teman dan sekutu kami,” kata Albanese dalam pernyataan yang disiarkan di media Australia.

Selama perang Hizbullah-Israel pada 2006, Australia mengevakuasi lebih dari 5 ribu warganya dan 1.200 orang asing lainnya dari pelabuhan Lebanon, dengan bantuan dari Suriah, Yordania, Siprus, dan Turki. Operasi konsuler tersebut merupakan evakuasi terbesar yang pernah dilakukan Australia, dengan melibatkan 17 kapal, 22 pesawat Australia, dan lebih dari 470 bus.

2. Beberapa warga Australia di Lebanon memutuskan tetap tinggal

Meskipun telah ada beberapa peringatan evakuasi kepada warga Australia dan penduduk tetap selama beberapa bulan terakhir, beberapa orang memilih untuk tetap tinggal.

Renato Obeid, yang telah tinggal di Lebanon sejak 1991, mengatakan bahwa meskipun imbauan untuk kembali ke Australia adalah hal yang bijak, ia mengaku ada banyak orang yang tidak dapat ia tinggalkan

“Saya punya keluarga di sini, saya punya teman di sini, saya punya pekerjaan di sini. Ekspatriat yang tetap tinggal di sini adalah bitter enders, orang-orang Lebanon garis keras," kata pria berusia 53 tahun itu kepada ABC.

Obeid, yang merupakan seorang fotografer, melakukan perjalanan ke Beirut setiap dua hari dari Lebanon utara. Ia mengatakan bahwa orang-orang di kota itu dilanda panik.

“Kami mendengar ledakan sonik, dan kami hampir setiap hari melihat jet Israel terbang di atas kami. Saat ini terjadi pengungsian dari Beirut, terutama dari pinggiran selatan yang bergerak melalui Beirut Timur dan terus menuju ke utara, dengan kemacetan yang sangat parah. Orang-orang benar-benar panik," tambahnya.

3. Militer Israel kemungkinan akan melakukan serangan darat

Dilansir dari Reuters, Israel memperluas serangan udaranya di Lebanon pada Rabu (25/9/2024), menyebakan sedikitnya 72 orang tewas. Kepala militer Israel menyatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan kemungkinan serangan darat di negara itu.

Dalam video singkat pada Rabu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengulangi janjinya untuk memulangkan pengungsi Israel dan mengatakan bahwa Hizbullah menghadapi pukulan yang lebih keras daripada yang dapat mereka bayangkan.

“Saya tidak bisa merinci semua yang kami lakukan. Namun saya dapat memberi tahu Anda satu hal: Kami bertekad untuk memulangkan warga kami di wilayah utara dengan selamat ke rumah mereka,” katanya.

Sebelumnya pada pagi hari, Hizbullah menembakkan puluhan rudal ke Israel, termasuk proyektil jarak jauh yang mengaktifkan sirene di Tel Aviv dan di seluruh pusat negara itu. Israel mengatakan bahwa ini adalah kali pertama sebuah rudal mencapai wilayah tengah, namun proyektil tersebut berhasil dicegat. Tidak ada korban jiwa atau kerusakan yang dilaporkan.

Hizbullah menyatakan bahwa mereka telah menembakkan rudal balistik ke markas besar badan intelijen Israel, Mossad, yang dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan para pemimpin seniornya. Israel kemudian mengumumkan bahwa mereka menyerang lokasi peluncuran rudal tersebut di Lebanon selatan.

Baca Juga: Profil Graham Arnold, Pelatih Australia yang Mengundurkan Diri

Verified Writer

Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya