Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Australia pada Rabu (18/9/2024) menjatuhkan sanksi kepada sekelompok pejabat Iran atas keterlibatan mereka dalam tindakan keras terhadap para demonstran dalam protes terkait kematian Mahsa Amini.
Amini, 22 tahun, meninggal dalam tahanan polisi moral dua tahun lalu karena diduga tidak mengenakan hijab sesuai standar hukum berpakaian di Iran. Kematiannya memicu protes nasional terhadap undang-undang hijab serta pemerintahan teokrasi di negara itu.
1. Sanksi tersebut sebagian besar bersifat simbolis
Presiden reformis baru Iran, Masoud Pezeshkian, telah berjanji untuk menghentikan tindakan initimasi terhadap perempuan oleh polisi moral. Namun, sejak kematian Amini, banyak video bermunculan yang menunjukkan perempuan dianiaya oleh petugas.
Pada 2023, seorang remaja perempuan Iran yang tidak mengenakan hijab terluka dalam insiden misterius di Metro Teheran, dan kemudian meninggal di rumah sakit. Pada Juli, para aktivis melaporkan bahwa polisi menembaki seorang perempuan yang berusaha melarikan diri dari pos pemeriksaan untuk menghindari mobilnya disita karena tidak mengenakan hijab.
“Meskipun rakyat Iran menyerukan reformasi secara damai, para pemimpin Iran telah menggandakan taktik kekerasan dan pemaksaan yang sudah lama digunakan rezim ini. AS dan sekutunya akan terus mengambil tindakan untuk mengungkap dan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab menjalankan agenda kejam rezim Iran,” kata pejabat Departemen Keuangan AS, Bradley T. Smith, dikutip dari Associated Press.
Sanksi tersebut mencakup pemblokiran akses terhadap properti dan rekening bank AS serta menghalangi individu dan perusahaan yang terkena sanksi untuk berbisnis dengan di negara itu. Sanksi ini sebagian besar bersifat simbolis karena banyak dari individu tersebut tidak memiliki hubungan dengan AS.
Baca Juga: Georgia Terancam Gagal Masuk Uni Eropa Gegara UU Anti-LGBTQ
2. Iran bertanggung jawab atas kekerasan fisik yang menyebabkan kematian Amini
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Pada Maret, misi pencari fakta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan bahwa Iran bertanggung jawab atas kekerasan fisik yang menyebabkan kematian Amini. Laporan tersebut juga menemukan bahwa Republik Islam menggunakan "kekuatan mematikan yang tidak perlu dan tidak proporsional” untuk memadamkan demonstrasi yang meletus setelah kematian Amini. Pasukan keamanan Iran juga dituduh melakukan kekerasan seksual terhadap para tahanan.
Lebih dari 30 ribu orang ditangkap dan sedikitnya 551 pengunjuk rasa, termasuk 49 perempuan dan 68 anak-anak, tewas akibat tindakan keras oleh pasukan keamanan.
“Sebagian besar kematian disebabkan oleh senjata api, termasuk senapan serbu,” tulis laporan itu, seraya menambahkan bahwa banyak demonstran mengalami cedera pada mata hingga kebutaan.