TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rusia Sebut AS Berencana Menyulut Revolusi Warna di Georgia

Rusia mendukung Partai Georgian Dream

ilustrasi bendera Georgia (pexels.com/kokorevas)

Intinya Sih...

  • Rusia mendukung Georgia untuk mencegah revolusi warna yang direncanakan AS di negara tersebut.
  • Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) akan menghalangi rencana revolusi warna dengan mempublikasikan informasi soal masalah ini.
  • Pemilu parlementer pada Oktober nanti di Georgia dianggap sebagai penentuan besar ke arah mana negara tersebut akan melangkah, antara Eropa atau Rusia.

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) Sergey Naryshkin, pada Selasa (27/8/2024), mengatakan bahwa Rusia akan mencegah terjadinya revolusi warna di Georgia. Ia menyebut Amerika Serikat (AS) sudah merencanakan revolusi besar di Georgia yang mirip di Ukraina. 

Pekan lalu, Perdana Menteri Georgia Irakli Kobakhidze mengungkapkan rencana membubarkan sejumlah partai oposisi pro-Barat di negaranya. Ia mengklaim beberapa partai oposisi telah berkoalisi secara diam-diam dan diikuti salah satu pelaku kriminal yang berpotensi dibubarkan. 

1. Klaim akan ada penolakan hasil pemilu parlementer di Georgia

Seorang demonstran yang mengibarkan bendera Georgia di Tbilisi, Minggu (3/7/2022). (twitter.com/Shamemovement)

Naryshkin mengungkapkan SVR akan menghalangi terjadinya revolusi warna di Georgia dengan memublikasikan sejumlah informasi soal masalah ini. 

"Fakta bahwa SVR terus berupaya memublikasikan informasi yang kami terima dan dapatkan soal segala bentuk rencana aktivitas tidak bersahabat. Aksi ini tidak hanya dari intelijen Barat, tapi juga agensi pemerintah negara lain, seperti Kementerian Luar Negeri AS," terangnya, dikutip Tass.

"Kami akan terus melakukan ini dan melakukan berbagai cara dalam rangka membantu mencegah segala bentuk rencana untuk menyulut revolusi warna di Georgia," tambahnya. 

Ia menambahkan akan ada rencana untuk menolak hasil pemilu dan memublikasikan bukti kecurangan yang dibuat-buat. Hasilnya, warga akan menolak hasil pemilu dan mendorong kudeta Partai Georgian Dream. 

2. Rusia sebut AS kecewa dengan Partai Georgian Dream

Perdana Menteri Georgia, Irakli Kobakhidze.(twitter.com/PM_Kobakhidze)

Pada Senin (26/8/2024), SVR mengatakan AS sudah merencanakan Tbilisi Maidan usai penyelenggaraan pemilu parlemen pada Oktober nanti. Ia menyebut Washington berencana melengserkan kekuasaan Partai Georgian Dream di Georgia.

"Sebagai bagian dari revolusi warna, kami memprediksi aparat keamanan Georgia akan diprovokasi hingga melakukan kekerasan kepada demonstran. Ini karena AS kecewa dengan kondisi saat ini Georgia, sehingga mereka merencanakan Tbilisi Maidan," tuturnya, dikutip Civil

"Latar belakang aksi ini karena Partai Georgian Dream dipercaya oleh masyarakat. Hasilnya, AS kecewa dan khawatir. Partai itu dapat melepaskan tangannya untuk melanjutkan kedaulatan dan menolak keinginan Barat yang berlawanan dengan kepentingan Georgia," sambungnya. 

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya