TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Presiden Lithuania Kerahkan Semua Bantuan Militer ke Ukraina

Demi kalahkan Rusia

bendera Lithuania (facebook.com/LietuvosVSD)

Jakarta, IDN Times - Presiden Lithuania Gitanas Nauseda mengatakan bahwa pihaknya harus melintasi garis merah demi membantu militer Ukraina. Pada Senin (24/4/2023), dia menyebut keputusan itu sangat penting untuk memenangkan pertempuran melawan agresor Rusia. 

Sebelumnya, Badan Intelijen Lithuania menyampaikan bahwa Rusia masih punya sumber daya yang cukup untuk melanjutkan peperangan hingga 2 tahun ke depan. Ketiga negara Baltik juga masih menganggap Rusia sebagai ancaman terbesarnya. 

Baca Juga: Lithuania Tagih Belarus Rp1,9 T atas Penyelundupan Migran

Baca Juga: Lithuania Sebut Rusia Bisa Berperang Sampai 2 Tahun ke Depan

1. Nauseda sebut lambatnya keputusan Barat akan dibayar mahal

Nauseda mereferensikan bahwa garis merah yang dimaksud seperti Jerman yang akhirnya bersedia memberikan bantuan tank Leopard ke Ukraina. Padahal, Jerman sebelumnya hanya bersedia menyumbangkan helm dan rompi anti-peluru ke Ukraina. 

"Keputusan Jerman tidak hanya memberikan sinyal positif kepada Ukraina, tapi juga seluruh sekutu NATO. Sangat jelas menurut saya bahwa kita harus melewati segala garis merah tersebut. Jika tidak, kita akan kehabisan waktu karena setiap hari ada orang yang tewas dan tersiksa," terang Nauseda, dikutip The Kyiv Independent.

Ia menambahkan bahwa keputusan sekutu Barat untuk menyuplai tank ke Ukraina membutuhkan waktu berminggu-minggu. Ia menyebut lambannya keputusan Barat itu harus dibayar mahal. 

"Harus dipahami bahwa Rusia adalah agresor yang sangat berbahaya karena tidak mengenal batas negara. Kita juga harus menyuplai Ukraina dengan pesawat jet tempur Barat agar Ukraina dapat mempertahankan diri secara efisien," tambahnya.  

Baca Juga: Abaikan China, Lithuania Buka Kantor Perwakilan di Taiwan

2. Nauseda sebut dialog akan memberikan waktu Rusia untuk menyerang lagi

Tank milik militer Rusia (facebook.com/mod.mil.rus)

Dalam keterangannya, Nauseda menyebut bahwa mendorong Ukraina untuk ikut berdialog perdamaian dengan Rusia akan membuat Moskow memiliki waktu untuk mengonsolidasi, menunda, dan menyerang kembali. 

"Rusia akan tetap menginginkan pengabulan yang tidak realistis. Namun, tidak ada yang punya hak untuk meminta kemerdekaan dari negara bebas untuk menjual teritorinya demi perdamaian. Ini tidak dapat diterima. Ukraina sendiri yang boleh dan dapat menentukannya," kata Nauseda. 

Ia juga sudah mendiskusikan rencana KTT NATO di Vilnius yang menjadi momen penting dalam menunjukkan perhatian seluruh aliansi terkait dengan bahaya yang disebabkan oleh Rusia. 

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya