TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemberontak Mali dan Niger Bekerja sama Lawan Junta Militer

Tolak pemerintahan militer di Mali dan Niger

bendera Mali (pexels.com/aboodi)

Jakarta, IDN Times - Pemberontak Mali, Strategic Framework for the Defense of the People of Azawad (CSP-DPA), pada Senin (2/9/2024), mengaku sudah mengadakan pertemuan dengan pemberontak Niger, Patriotic Liberation Front (PFL). Pertemuan itu untuk meningkatkan kerja sama melawan pemerintahan junta militer. 

Pada akhir Juli, CSP-DPA menjadi sorotan setelah berhasil menyergap konvoi tentara Mali dan tentara bayaran Rusia, PMC Wagner di Tinzaouatène, perbatasan Aljazair. Sementara itu, Badan Intelijen Militer Ukraina (HUR) dituding memberikan informasi intelijen soal Wagner kepada CSP-DPA. 

1. Pertemuan CSP-DPA dan FLP digelar di Tinzaouatène

Juru Bicara CSP-DPA, Mohamed Elmaouloud Ramadane, mengatakan bahwa pertemuan kedua kelompok digelar di Tinzaouatène, yaitu lokasi kemenangan pasukannya dalam melawan tentara Mali dan Wagner. 

"Pertemuan ini sudah dihadiri langsung oleh pemimpin CSP-DPA, Alghabass Ag Intalla dan bertemu dengan misi FLP Niger yang diwakili langsung oleh Komandan PFL Barka Taher Hamit pada 25-29 Agustus 2024," terangnya, dikutip Le Monde

Ia menambahkan, pertemuan kedua kelompok separatis tersebut sempat mendapat serangan drone dari militer Mali. Organisasi non-profit lokal menyebut serangan mengakibatkan tewasnya 20 warga sipil, termasuk anak-anak. 

Di sisi lain, tentara Mali mengklaim bahwa serangan tersebut sudah menargetkan kelompok teroris, bukan warga sipil. 

Baca Juga: Denmark Tutup Kedubes di Mali dan Burkina Faso

2. PFL berniat membebaskan mantan Presiden Niger

Calon Presiden Niger, Mohamed Bazoum saat mengikuti pemilu. twitter.com/mohamedbazoum/

Dalam pertemuan tersebut, tidak ada satu pun dokumen perjanjian antara kedua pihak. Namun, CSP-DPA dan PFL sudah mengumumkan kerja sama dan saling membantu dalam melawan junta militer di Mali dan Niger. 

"Pertemuan ini berlangsung sangat baik dan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Kelompok pemberontak di Mali dan Niger memutuskan saling membantu dalam mempertahankan kepentingan internasionalnya. Kami akan saling berpangku tangan melawan pemerintahan militer di Mali dan Niger," ungkap Ramadane. 

Sementara itu, PFL mengaku langkah ini untuk mendapatkan bantuan terutama setelah pembentukan Alliance of Sahel States (ASS) yang terdiri dari Mali, Niger, dan Burkina Faso. Kelompok itu menolak kudeta militer dan berniat membebaskan mantan Presiden Niger Mohamed Bazoum. 

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya