Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez menekankan bahwa sanksi dan embargo dari Amerika Serikat (AS) telah membuat negaranya rugi besar. Dalam pernyataannya pada Rabu (11/9/2024), dia mendesak agar Washington segera mencabut embargo yang diterapkan kepada Havana.
Sepanjang 2024, ketegangan AS-Kuba sudah beberapa kali terjadi. Pada Maret, Kuba menuding AS mendorong demonstrasi besar-besaran di Santiago. Beberapa bulan kemudian, tensi kembali memanas menyusul singgahnya kapal perang Rusia di Havana.
Baca Juga: Kuba Perbolehkan Warga di Luar Negeri Pertahankan Propertinya
1. Sebabkan negaranya merugi Rp77 triliun dalam setahun
Rodriguez mengumumkan laporan terkait kondisi ekonomi negaranya imbas embargo AS. Laporan tersebut rencananya akan diserahkan kepada PBB untuk mendesak AS mencabut embargonya kepada negara Karibia tersebut.
"Antara Maret 2023 hingga Februari 2024, embargo AS telah mengakibatkan kerugian besar kepada ekonomi Kuba. Bahkan kerugian ini mencapai angka 5 miliar dolar AS (Rp77 triliun). Kerugian negada mengalami kenaikan signifikan sebesar 189 miliar dolar AS (Rp2,9 triliun)," tuturnya, dikutip Associated Press.
"Jika tidak ada sanksi AS, Kuba akan mencapai target pertumbuhan ekonomi tinggi yang mencapai 8 persen pada 2023. Sebaliknya, Kuba harus menghadapi kontraksi ekonomi 1,9 persen pada tahun lalu. Embargo ini menjadi agresi unilateral yang menjadi ancaman permanen stabilitas Kuba," tambahnya.
Pada Mei lalu, AS tidak lagi memasukkan Kuba sebagai negara yang tidak mau bekerja sama melawan teroris. Namun, Washington masih dimasukkan Havana ke dalam daftar negara pendukung terorisme.
2. Pemadaman bergilir di Kuba sebabkan kelangkaan air bersih
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Dalam sebulan terakhir, Kuba sudah dilanda pemadaman bergilir yang diduga akibat kurangnya perawatan jaringan dan pembangkit listrik. Bahkan, pemadaman di negara Karibia itu dilaporkan bisa mencapai 14 jam atau lebih dalam sehari.
Melansir dari EFE, pemadaman ini juga berdampak pada krisis air bersih di sejumlah area di Kuba dalam beberapa hari terakhir. Pekan lalu, matinya listrik telah menyebabkan hampir setengah populasi ibu kota Havana tidak mendapatkan air bersih dalam beberapa jam.
Di sejumlah area di Havana kerap terlihat warga yang membawa tempat air atau pipa untuk mendapatkan suplai air bersih. Dilaporkan ada sekitar 130 ribu warga di Havana yang mengalami kekurangan air bersih.
Sementara itu di tingkat nasional, diperkirakan sudah ada 600 ribu warga Kuba atau 7 persen dari total penduduknya yang terdampak kekurangan air bersih imbas pemadaman bergilir.
Baca Juga: Kuba Berencana Terapkan Dolarisasi Parsial untuk Pulihkan Ekonomi