Ghana Serukan Kompensasi Perdagangan Budak Afrika Masa Lalu
Banyak negara Eropa tidak mau akui perbudakan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Ghana resmi membentuk Pendanaan Reparasi Global pada Kamis (16/11/2023), sebagai dorongan kompensasi kepada jutaan budak Afrika yang diperjualbelikan pada masa lalu. Mereka pun menyebut keturunan Afrika tetap menjadi korban atas perbudakan bangsa Eropa.
Sebelumnya, Jerman sudah mengakui kesalahan dan kejahatannya selama menjajah Tanzania pada abad ke-19. Berlin juga bersedia mengembalikan artefak dan sisa-sisa jasad korban penelitian pseudoscientific yang dibawa ke Jerman.
Baca Juga: 23 Agustus Hari Internasional Mengenang Perdagangan Budak
Baca Juga: Demonstran #BlackLivesMatter di Inggris Robohkan Patung Penjual Budak
1. Kompensasi perbudakan dapat membenahi ekonomi Afrika
Presiden Ghana Nana Akufo-Addo dalam Konferensi Reparasi Accra mengatakan semakin banyak permintaan reparasi kepada 12 juta budak Afrika yang dibawa secara paksa dan dijual oleh bangsa Eropa mulai abad ke-16 hingga 19.
"Ini waktunya bagi Afrika, terutama yang merupakan keturunan budak untuk menerima kompensasi atas kejahatan tersebut," tuturnya, dilansir The Associated Press.
"Reparasi budak sudah menjadi isu yang santer dibicarakan dan dunia harus melawannya, sehingga tidak ada lagi yang mengabaikan masalah ini. Inggris Raya dan negara-negara Eropa memperkaya diri mereka, sedangkan budak Afrika tidak mendapatkan apa pun," sambungnya.
Sementara itu, asisten profesor sejarah Afrika, Gnaka Lagoke mengatakan bahwa kompensasi ini dapat digunakan untuk membenahi masalah yang dihadapi oleh Afrika dalam semua sektor ekonominya.
Baca Juga: 5 Fakta Belanda Minta Maaf atas Peran Perbudakan di Masa Lalu
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.