TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Chad Tangkap Influencer Politik Rusia di Bandara Ndjamena

Punya hubungan dengan PMC Wagner

bendera Chad (pixabay.com/david_peterson)

Intinya Sih...

  • Pemerintah Chad menangkap tiga warga Rusia yang diduga terkait dengan PMC Wagner ketika turun dari pesawat di Bandara Internasional N'djamena.
  • Salah satu dari mereka, Maxim Shugaley, merupakan kepala organisasi non-profit yang terlibat dalam kampanye politik di beberapa negara Afrika dan sudah ditangkap di Libya pada 2019.
  • Kepala Africa Command AS mencapai kesepakatan dengan pemerintah Chad untuk pengembalian pasukan khusus AS ke negara tersebut guna melawan teroris Boko Haram dan ISIS.

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Chad, pada Senin (23/9/2024), mengumumkan penangkapan tiga warga Rusia, di mana salah satunya disebut punya hubungan dengan PMC Wagner. Mereka ditangkap ketika turun dari pesawat di Bandara Internasional N'djamena.

Di bawah pemerintahan Presiden Mahamat Deby Itno, Chad cenderung memiliki hubungan dekat dengan Rusia. Pada pertengahan Agustus, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sudah berkunjung ke Ndjamena untuk melengkapi turnya di Afrika

1. Warga Rusia dan Belarus yang ditangkap di Chad

Kedua warga Rusia tersebut sudah ditangkap sejak Kamis (19/9/2024). Otoritas setempat mengatakan bahwa kedua orang bernama Maxim Shugaley dan Samer Sueifan tidak diperbolehkan masuk ke Chad, tanpa memberitahukan alasannya. 

Dilansir The Moscow Times, Shugaley merupakan kepala sebuah organisasi non-profit, Foundation for the Defense of National Values yang menjadi bagian dari sebuah grup media berbasis di Moskow. Namun, organisasi itu dikenal memiliki hubungan dengan mantan pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin. 

Sementara itu, Shugaley sudah masuk dalam daftar sanksi Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Ia disebut punya bekerja sama dengan Prigozhin sebagai petugas hubungan masyarakat dari Wagner sekaligus menyebarkan propaganda dan informasi menyimpang.  

Selain kedua orang tersebut, Kementerian Luar Negeri Rusia juga melaporkan satu lagi warganya yang ditangkap di Chad yang bernama, E. Tsaryov. Tak hanya itu, seorang warga Belarus juga sudah ditangkap bersama ketiga warga Rusia tersebut. 

Baca Juga: Konflik Israel-Lebanon Bakal Jadi Isu Dominan Pada Sidang Umum PBB

2. Shugaley sudah terlibat kampanye politik di Afrika

Sebelum ditangkap, Shugaley sudah dua kali berkunjung ke Chad pada tahun ini. Kunjungan tersebut berlangsung tanpa masalah apapun. Kunjungan pertamanya untuk bertemu dengan Presiden Mahamat Deby dan kemudian berkunjung ke Pusat Kebudayaan Rusia di Ndjamena. 

Pada pilpres Chad, Shugaley dilaporkan berada di negara Afrika bagian tengah tersebut. Ia pun sempat mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Chad yang memberikan kepercayaan kepadanya untuk hadir pada pilpres. Ia juga ingin mempererat hubungan Rusia-Chad, dilansir RFI.

Shugaley dikenal sebagai sosok kontroversial yang kerap menyebarkan propaganda Rusia di Benua Afrika. Ia disebut sudah terlibat dalam kampanye politik di Madagaskar, Republik Afrika Tengah, Mali, dan Libya. 

Pada 2019, Shugaley sudah ditangkap di Libya atas tuduhan intervensi pemilu. Ia bahkan sudah dipenjara 1,5 tahun di negara Afrika Utara tersebut. 

3. AS sebut akan kirimkan kembali pasukannya ke Chad

Pekan lalu, Kepala Africa Command AS, Mayor Jenderal Kenneth Ekman mengatakan sudah mencapai kesepakatan dengan pemerintah Chad soal pengembalian pasukan khusus AS di negara Afrika Tengah tersebut. 

"Ini adalah keputusan dari Presiden Mahamat Deby sendiri. Namun, keputusan ini sudah dibuat dan sekarang kami sedang mengerjakan secara spesifik terkait bagaimana kami akan kembali,' terang Ekman, dikutip VOA News.

Ia menambahkan, Militer AS hanya akan menempatkan sebagian kecil tentaranya di Chad dibanding sebelumnya untuk melawan teroris Boko Haram dan ISIS. Ekman menyebut langkah ini penting terutama setelah penarikan pasukan dari Niger. 

"Pendekatan dengan Chad sangatlah penting. Jika tentara kami masih berada di Niger, maka kami bisa masuk ke area pusat operasi organisasi teroris. Sekarang kami tidak bisa masuk ke area tersebut," tambahnya. 

Baca Juga: Israel Bom Lebanon, 492 Orang Tewas dan 1.645 Terluka

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya