TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Zelenskyy: Jika Tidak Ditekan Dunia, Putin Tidak Akan Hentikan Perang

Sebut perang tidak bisa diredakan dengan perundingan

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat berpidato di Dewan Keamanan PBB (DK PBB) Selasa (24/9/2024). (twitter.com/ZelenskyyUa)

Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyerukan tindakan global untuk memaksa Rusia berdamai dan mematuhi persyaratan Piagam PBB. Menurut dia, Rusia harus menghormati kedaulatan dan integritas wilayah semua negara.

Kepada Dewan Keamanan PBB (DK PBB), Zelenskyy mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kejahatan internasional dan telah melanggar begitu banyak aturan internasional. Zelenskyy bersumpah tidak menegosiasikan persyaratan Moskow untuk mengakhiri perang.

"Dan itulah mengapa perang ini tidak bisa hilang begitu saja. Itu sebabnya perang ini tidak bisa diredakan dengan perundingan," kata Zelenskyy pada Selasa (24/9/2024).

"Rusia hanya bisa dipaksa untuk berdamai, dan itulah yang dibutuhkan, memaksa Rusia untuk berdamai sebagai satu-satunya agresor dalam perang ini, satu-satunya pelanggar Piagam PBB," sambungnya, dikutip dari Associated Press.

1. Zelenskyy sebut penghentian invasi Rusia harus didasarkan pada Piagam PBB

Zelenskyy mengatakan, invasi Rusia harus dihentikan berdasarkan pada nilai-nilai yang termuat dalam Piagam PBB, yang menjamin kedaulatan negara-negara anggota.

"Suatu hari nanti di ruangan ini, pasti akan dikatakan bahwa perang Rusia melawan Ukraina telah berakhir, tidak dihentikan, tidak dilupakan, benar-benar berakhir," kata Zelenskyy.

"Ini akan terjadi bukan karena seseorang lelah dengan perang, bukan karena seseorang bertukar sesuatu dengan Putin. Perang Rusia melawan Ukraina akan berakhir karena Piagam PBB akan berhasil," tambahnya, dilaporkan oleh Channel News Asia.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan kembali dukungan kuat PBB terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina berdasarkan Piagam PBB. Guterres menyebut invasi Moskow jelas merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip piagam organisasi internasional tersebut.

Baca Juga: Presiden Ceko Sebut Rusia Masih Akan Mengontrol Sebagian Ukraina

2. Ukraina-AS tuding Iran dan Korea Utara pasok senjata ke Rusia

bendera Rusia (pexels.com/Сергей Велов)

Zelenskyy juga menyerang negara-negara yang memasok senjata dan amunisi ke Rusia. Pemimpin itu mengatakan bahwa Moskow tidak memiliki alasan yang sah untuk menjadikan Iran dan Korea Utara sebagai kaki tangan de facto.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyerukan hal serupa dan menuduh China, yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia, menyediakan peralatan mesin, mikroelektronik, dan barang-barang lain yang digunakan negara tersebut untuk membangun kembali, mengisi kembali, dan meningkatkan mesin perangnya, serta mempertahankan perang brutalnya.

Blinken juga menuduh Iran menyediakan drone ke Rusia sejak 2022 dan mentransfer ratusan rudal balistik jarak pendek beberapa minggu lalu. Sementara, Korea Utara juga telah mengirimkan sejumlah senjata dan amunisi ke negara rival Barat itu, termasuk rudal balistik dan peluru artileri.

"Semakin Rusia mengandalkan dukungan mereka, semakin besar pula imbalan yang akan diperoleh Iran dan Korea Utara. Dan semakin banyak yang Putin berikan kepada Pyongyang dan Teheran, semakin dia memperburuk ancaman terhadap perdamaian dan keamanan," ujar Blinken.

3. Zelenskyy cari dukungan Barat untuk rencana kemenangan Ukraina

ilustrasi bendera Ukraina (unsplash.com/Max Kukurudziak)

Zelenskyy telah mencari dukungan dari para pemimpin Barat untuk melakukan apa yang disebutnya rencana kemenangan guna mengakhiri perang. Sejak awal invasi, Rusia telah menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina dan melakukan kemajuan di wilayah timur negara tersebut.

Dilansir Reuters, pemimpin itu mengklaim bahwa jika rencananya didukung oleh Barat, hal itu akan berdampak luas pada Moskow, termasuk dampak psikologis yang dapat membantu memaksa Putin untuk mengakhiri perang secara diplomatis.

Zelensky kembali menjanjikan pertemuan puncak perdamaian kedua dan mengatakan akan mengundang China dan India, dua negara besar yang menolak mengikuti sanksi Barat terhadap Ukraina.

Baca Juga: Kapal Perang Rusia Ancam Kapal Nelayan Norwegia

Verified Writer

Angga Kurnia Saputra

Self-proclaimed foreign policy enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya