TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Usai Kapal Selam, Australia Beli 220 Rudal Tomahawk dari AS

Pembelian rudal dapat memperkuat pertahanan negara

bendera Australia (pixabay.com/RebeccaLintzPhotography)

Jakarta, IDN Times - Australia mengumumkan pembelian 220 rudal jelajah Tomahawk dari Amerika Serikat (AS), setelah Departemen Luar Negeri negara itu menyetujui pembelian pada Jumat (17/3/2023). Pembelian tersebut menelan biaya senilai 895 juta dollar AS (senilai Rp13,7 triliun), yang termasuk biaya pemeliharaan dan dukungan logistik.

Kesepakatan tersebut disetujui beberapa hari setelah Canberra membeli kapal selam bertenaga nuklir di bawah kerja sama trilateral Australia, AS, dan Inggris (AUKUS), di tengah meningkatnya kekhawatiran terkait pengaruh China di Indo-Pasifik. Para pejabat mengatakan nantinya kapal tersebut mampu menembakkan rudal Tomahawk.

"Australia adalah salah satu sekutu terpenting kami di Pasifik Barat, (Australia) berkontribusi secara signifikan untuk memastikan perdamaian dan stabilitas ekonomi di kawasan," bunyi pernyataan Departemen Pertahanan AS, dikutip Al Jazeera. 

Baca Juga: Saingi Rudal Patriot AS, Rusia Mau Uji Rudal Antarbenua? 

Baca Juga: Rusia Akan Kerahkan Rudal Sarmat Berkekuatan Nuklir Tahun Ini

1. Pembelian rudal dinilai penting untuk menjaga keamanan negara 

Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles (twitter.com/RichardMarlesMP)

Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, mengungkapkan pembelian rudal tersebut memberikan kemampuan yang sangat penting untuk menjaga keamanan negaranya. Dia mengatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan AS terkait hal tersebut. 

"Memastikan kami memiliki rudal serang jarak jauh adalah kemampuan yang sangat penting bagi negara. Ini memungkinkan kami untuk dapat menjangkau lebih jauh di luar pantai kami, dan pada akhirnya itulah cara kami dapat menjaga keamanan Australia," ungkap Marles, dikutip Associated Press. 

Pernyataan senada juga dilontarkan Menteri Industri Pertahanan, Pembangunan Internasional, dan Pasifik, Pat Conroy. Dia menyebut rudal tersebut menjadi bagian penting di tengah ketidakpastian strategis terbesar dalam dinamika geopolitik regional. 

"Kami menghadapi ketidakpastian strategis terbesar sejak 1945. Kami menghadapi perlombaan senjata regional dan pemerintah yang bertanggung jawab seperti kami menghadapinya dengan berinvestasi dalam kemampuan terbaik," ujar Conroy.

"Inilah cara kami mempromosikan perdamaian dan stabilitas, dengan memberi tanda tanya di benak musuh potensial," sambungnya. 

Baca Juga: Tanggapi Rudal Korut, AS-Korsel Balas Tembak 8 Rudal 

2. Rudal Tomahawk mampu terbang dengan kecepatan subsonik tinggi

Rudal Tomahawk pertama kali diluncurkan dalam Perang Teluk pada 1991. Rudal tersebut mampu terbang di ketinggian yang sangat rendah dengan kecepatan subsonik tinggi, dan dikendalikan oleh beberapa sistem panduan yang dapat disesuaikan dengan misi. Menurut Angkatan Laut AS, rudal tersebut dapat diluncurkan dari kapal selam dan kapal miliknya.

Sejauh ini, Inggris menjadi satu-satunya negara selain Australia yang membeli rudal Tomahawk dari AS. Namun, baru-baru ini Jepang juga mengumumkan niatnya untuk membeli ratusan rudal itu untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya.

Pentagon mengatakan, rudal tersebut akan meningkatkan kemampuan Canberra untuk beroperasi bersama pasukan maritim Washington dan sekutu lainnya, serta berkontribusi pada misi kepentingan bersama. 

Verified Writer

Angga Kurnia Saputra

Self-proclaimed foreign policy enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya