Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Pemimpin oposisi Venezuela, María Corina Machado, mendesak Presiden petahana Nicolas Maduro untuk menerima bahwa pengunduran dirinya dari kekuasaan tidak bisa dihindari. Seruan tersebut muncul ketika ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan untuk menolak klaim Maduro atas kemenangannya di pemilu.
Maduro secara resmi dinyatakan sebagai pemenang pemilu oleh otoritas pemilu yang dikendalikan pemerintah pada Senin (29/7/2024). Dia menyebut kemenangannya tidak dapat diubah meskipun ada keraguan internasional mengenai kebenaran klaim tersebut.
"Dia harus mengerti bahwa dia telah dikalahkan. Menurut saya, kepergiannya tidak bisa diubah," kata Machado, dikutip dari The Guardian.
Baca Juga: Demo Pecah di Venezuela, Polisi Bentrok dengan Pengunjuk Rasa
1. Oposisi klaim unggul 73 persen dari Maduro
Machado mengatakan pada Senin bahwa oposisi di negaranya memiliki 73 persen penghitungan suara di pemilu pada Minggu, sehingga memungkinkan mereka untuk membuktikan kemenangannya. Penghitungannya menunjukkan total 2,75 juta suara untuk Maduro dan 6,27 juta suara untuk kandidat saingannya, Edmundo Gonzalez.
"Saya berbicara kepada Anda dengan tenang dan jujur. Kami memiliki lembar penghitungan yang menunjukkan kemenangan kami yang kategoris dan secara matematis tidak dapat diubah," kata Gonzalez ketika puluhan pendukungnya bersorak di luar markas kampanye di ibu kota Caracas, dilaporkan Associated Press.
Jumlah tersebut jauh berbeda dengan penghitungan 5,15 juta suara yang menurut otoritas pemilu Venezuela diperoleh Maduro dan 4,45 juta suara yang diperoleh Gonzalez. Lembaga pemerintah itu telah menyatakan Maduro sebagai pemenang pemilu, yang memberinya masa jabatan ketiga dan memperpanjang 25 tahun kekuasaan partai sosialis.
Namun demikian, lembaga survei independen menyebut hasil tersebut tidak masuk akal, serta para pemimpin oposisi dan pengamat asing mendesak otoritas pemilu untuk merilis penghitungan suara.
2. Aksi protes hasil pemilu masih berlanjut
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Para pengunjuk rasa berkumpul di kota-kota di seluruh Venezuela pada Senin, termasuk di dekat istana presiden di Caracas. Observatorium Konflik Negara Amerika Selatan itu mengatakan pihaknya telah mencatat 187 aksi protes di 20 negara bagian.
Di lingkungan El Valle di Caracas dan kota Maracay, polisi menembakkan gas air mata, sementara pengunjuk rasa memblokir sebagian jalan utama di Barquisimeto.
Selain itu, di Coro, ibu kota negara bagian Falcon, pengunjuk rasa merobohkan patung yang menggambarkan mendiang presiden Hugo Chavez, sang mentor Maduro.
Dilansir Reuters, banyak pemilih Venezuela yang putus asa mendengar berita bahwa Maduro akan kembali menjabat selama enam tahun. Maduro dinilai telah memimpin krisis ekonomi, migrasi sekitar sepertiga penduduk negara itu, dan sanksi yang dijatuhkan oleh AS dan negara-negara lain yang telah melumpuhkan industri minyak yang sudah terpuruk.
Menteri Pertahanan Vladimir Padrino memperingatkan agar tidak membiarkan terulangnya situasi buruk pada 2014, 2017, dan 2019, di mana pengunjuk rasa anti-pemerintah turun ke jalan dan menewaskan ratusan orang. Gonzalez telah berulang kali memperingatkan agar tidak terjadi pertumpahan darah.
Baca Juga: Venezuela Sebut Kanada Picu Instabilitas di Karibia