Ini Penyebab Ribuan WNI ke RI Positif  Meski Bawa Surat Bebas COVID-19

Paling banyak yang terpapar COVID-19 dari Arab Saudi

Jakarta, IDN Times - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Brisbane, Australia, Dicky Budiman menanggapi soal ribuan Warga Negara Indonesia (WNI) yang masuk Indonesia, terpapar COVID-19 meski mereka membawa surat keterangan bebas virus corona.

Perlu diketahui, sebanyak 1.092 WNI yang datang dari luar negeri dinyatakan terpapar COVID-19, usai tiba di Tanah Air. Angka itu diperoleh pada 28 Desember 2020 hingga 18 Februari 2021.

Menurut Satgas COVID-19, ada dua kemungkinan penyebab mereka terpapar virus corona, yakni saat mereka di pesawat atau bisa jadi mereka sudah terpapar tapi belum terinfeksi.

Lalu, apa pendapat epidemiolog mengenai temuan itu? Apakah berarti surat bebas COVID-19 yang dibawa dari negara tujuan tidak bisa dijadikan jaminan tak tertular?

Baca Juga: Walau Punya Surat Bebas COVID-19, 1.214 Orang yang Masuk RI Positif

1. Epidemiolog usulkan agar cermati asal negara kedatangan warga asing

Ini Penyebab Ribuan WNI ke RI Positif  Meski Bawa Surat Bebas COVID-19Cara terbang yang aman selama masa pandemik COVID-19 (IDN Times/Sukma Shakti)

Dicky mengatakan, surat yang menjelaskan negatif COVID-19 dari negara asal kedatangan tidak menjamin seseorang benar-benar tak tertular virus corona. Ia menyarankan agar juga melihat negara asal kedatangan warga asing, apakah termasuk yang benar-benar sudah berhasil mengendalikan pandemik atau tidak. 

"Bisa saja yang bersangkutan datang dari negara seperti India, Inggris, dan Amerika Serikat, tentu karena status prevalensi dan penyebarannya juga relatif tinggi bisa ada potensi periode jendela (inkubasi virus). Jadi tidak heran warga dari negara yang status penanganan pandemiknya tidak baik, maka ia akan positif COVID-19," ujar Dicky ketika dihubungi IDN Times pada Senin (22/2/2021).

Seseorang bisa saja akhirnya tertular COVID-19 meski saat dites di negara asal negatif, lantaran sebelum berangkat tidak berdiam diri di rumah. Padahal, dianjurkan agar sepekan sebelum terbang sudah membatasi mobilitas. 

"Setelah itu baru melakukan tes tiga hari sebelum pergi. Karena potensi penularan di pesawat kecil sekali," kata dia. 

Dicky mengutip hasil riset yang dilakukan Massachusetts Institute of Technology (MIT), menunjukkan rasio 1:4.000 tertular COVID-19 di pesawat. Bila di dalam kabin tempat duduk diberi jeda, maka rasio terpapar menjadi semakin kecil, yaitu 1:8.000.

"Potensi penularan akan semakin kecil bila selama penerbangan, yang bersangkutan mengenakan masker, face shield dan datang dari negara yang berhasil mengendalikan pandemik," tutur dia. 

Usulan lain yang disampaikan Dicky bila ada yang ditemukan terpapar COVID-19 usai kembali dari luar RI, yaitu dilakukan pengurutan genome. Hal ini untuk meneliti apakah virus yang yang ada di dalam tubuh merupakan mutasi baru. Apalagi saat ini sudah diketahui setidaknya ada tiga varian baru virus corona yang muncul di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil. 

2. WNI dan WNA yang masuk Indonesia membawa surat keterangan bebas COVID-19

Ini Penyebab Ribuan WNI ke RI Positif  Meski Bawa Surat Bebas COVID-19Kepala BNPB Doni Monardo (Dok. BNPB)

Sementara, Kepala Satgas Penanganan COVID-19 Letjen (TNI) Doni Monardo mengatakan, mereka bisa diketahui terpapar virus Sars-CoV-2 usai dilakukan karantina.

"Padahal, mereka diketahui membawa surat keterangan bebas COVID-19," ujar Doni ketika memberikan keterangan pers seperti dikutip dari kanal YouTube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (22/2/2021). 

Dari data yang dikumpulkan Satgas Penanganan COVID-19, WNI yang paling banyak terpapar virus corona datang dari Arab Saudi, sebanyak 354 orang. Jumlah terbanyak kedua, datang dari Uni Emirat Arab (UEA) 245 orang, dan ketiga dari Turki 102 orang. 

Hal lain yang menarik, ditemukan WNI yang positif COVID-19 usai kembali dari Taiwan, sebanyak 22 orang. Padahal, situasi serupa pernah terjadi ketika WNI yang tiba di Taiwan. Alhasil, otoritas Taiwan memutuskan menutup sementara pintu perbatasan bagi WNI. 

Menurut Doni, dengan adanya kewajiban bagi WNI yang datang dari luar negeri untuk mengikuti karantina mandiri lebih dulu sebelum kembali ke rumah, terbukti efektif menjadi alat screening. 

"Sekarang pertanyaannya, apakah mereka ini terpapar tetapi belum terinfeksi atau terpapar selama penerbangan, ini yang menjadi tugas kami dan Kemenkes (Kementerian Kesehatan) untuk mencari informasi lebih lanjut," tutur dia. 

3. Ada juga 122 WNA yang tiba di RI dan dinyatakan terpapar COVID-19

Ini Penyebab Ribuan WNI ke RI Positif  Meski Bawa Surat Bebas COVID-19Jumlah WNI dan WNA yang dinyatakan tertular COVID-19 ketika tiba di Indonesia (Tangkapan layar YouTube BNPB)

Data lain yang dipaparkan Satgas Penanganan COVID-19, ada juga 122 warga negara asing (WNA) yang terpapar virus corona ketika tiba di Indonesia. Mayoritas mereka berasal dari Jepang dan Qatar, yang masing-masing 12 warga. Lalu, ada pula yang datang dari Korea Selatan. 

Sementara, dari data yang merujuk status kewarganegaraan, warga India yang tiba di Indonesia pada 28 Desember 2020 hingga 18 Februari 2021 adalah individu yang paling banyak terpapar COVID-19. Jumlahnya ada 13 orang. Lalu, diikuti warga Jepang dan Qatar, masing-masing 12 orang. 

Berdasarkan data yang dikutip dari akun media sosial resmi Kementerian Luar Negeri, jumlah WNI yang bermukim di Saudi dan kena COVID-19, termasuk tinggi. Per 22 Februari 2021 menunjukkan ada 270 WNI yang sudah terpapar COVID-19 di Saudi. Sebanyak 80 masih terpapar virus corona, 89 orang sembuh dan 101 orang meninggal dunia.

Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh, pernah menyebut mayoritas WNI yang terpapar COVID-19 di sana merupakan pekerja migran. 

4. Varian baru COVID-19 diklaim belum masuk Indonesia

Ini Penyebab Ribuan WNI ke RI Positif  Meski Bawa Surat Bebas COVID-19Bandar Udara Internasional Sisingamangaraja XII (Bandara Silangit), Tapanuli Utara, Sumatra Utara (IDN Times/Lia Hutasoit)

Di sisi lain, varian baru COVID-19 diketahui lebih cepat menular dan diperkirakan bisa mengganggu program vaksinasi nasional yang sudah dirancang pemerintah. Namun, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengklaim, hingga saat ini belum ditemukan adanya varian baru COVID-19 yang masuk ke Indonesia, meski varian baru yang muncul sudah dilaporkan masuk ke Singapura dan Malaysia. 

"Sampai saat ini, kami belum menemukan, bukannya belum ada, adanya virus yang kami deteksi di lab PCR dengan strain atau dengan jenis mutasi yang dari London, maupun yang dari Afrika Selatan, maupun yang dari Brasil," ujar Budi, Minggu, 21 Februari 2021

Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu berjanji untuk memperbaiki frekuensi dan kualitas sampling dari laboratorium PCR yang ada. "Tujuannya, untuk memastikan kita cukup rapat atau reket, cukup kecil-kecil jala-jalanya untuk mengidentifikasi dini kalau ada mutasi virus," kata Budi. 

Baca Juga: Seribuan Orang Positif COVID-19 Masuk RI meski Negatif saat Berangkat

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya