Diundang KPK untuk Cek Rekam Jejak, Pansel Capim Emoh karena Sibuk

"Kami tidak bisa datang karena sudah punya agenda"

Jakarta, IDN Times - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengundang pansel calon pimpinan untuk berdialog di gedung Merah Putih pada Jumat (30/8). Undangan tersebut dikirim dalam bentuk soft copy pada Rabu (28/8) ke alamat surat elektronik pansel. Institusi antirasuah bermaksud untuk menunjukkan bukti-bukti hasil rekam jejak dari 20 capim KPK yang selama ini telah mereka lakukan. 

"Soft copy itu sebagai undangan untuk melihat bukti-bukti yang ada terkait data rekam jejak yang disampaikan pada Jumat pekan lalu," kata juru bicara KPK, Febri Diansyah pada Rabu malam kemarin melalui keterangan tertulis. 

Undangan tersebut dilayangkan sebagai bentuk jawaban KPK atas keraguan metode penelusuran rekam jejak yang telah mereka lakukan. Hal itu disebabkan ada banyak indikasi yang telah disampaikan oleh institusi antirasuah, namun masih bersifat dugaan. Padahal, menurut Febri, rekam jejak yang dilakukan KPK menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan, sehingga hasilnya tidak perlu diragukan. 

"Untuk mendukung fakta dan data pendukung, maka KPK mengundang pansel pada Jumat (30/8) pukul 09:30 hingga selesai. Hal itu perlu kami lakukan sebagai bentuk dukungan penuh pada proses seleksi pimpinan KPK agar menghasilkan orang-orang terbaik," tutur dia lagi. 

Lalu, apakah pansel bersedia memenuhi undangan tersebut? Ternyata tidak. 

"Kami sedang fokus dan konsentrasi (bekerja) bagaimana mungkin kami datang?," kata Ketua Pansel Capim KPK, Yenti Garnasih pada Kamis (29/8) seperti dikutip dari Antara

1. Pansel tidak bisa datang lantaran waktu bekerja mereka mepet

Diundang KPK untuk Cek Rekam Jejak, Pansel Capim Emoh karena SibukANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Dalam pemberian keterangan pers yang berlangsung pada Kamis (29/8) di Gedung Sekretariat Negara, Yenti mengatakan waktu kerja mepet. Sedangkan, mereka memiliki tenggat waktu untuk menyerahkan 10 nama akhir kepada Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada Senin (2/9). 

"Pansel tidak bisa datang karena pansel punya agenda yang telah diatur, dan waktunya terjadwal dan mepet," kata dia seperti dikutip dari Antara.

Ia mengaku sudah memberikan konfirmasi bahwa pansel berhalangan untuk datang ke KPK. Hal itu sesuai keterangan yang tertulis di dalam undangan. 

"Toh, KPK juga tidak memaksa, hanya mengundang. Bahkan, ditulis mohon konfirmasi bila berhalangan untuk menghubungi," tutur Yenti.

Pernyataan serupa juga sudah disampaikan oleh anggota pansel lainnya, Hendardi di program Mata Najwa yang tayang di stasiun Trans 7 pada Rabu malam kemarin. Alih-alih berniat hadir, Hendardi justru mengundang balik KPK untuk bertemu dengan pansel. 

"Tapi, jangan sampai membuang-buang waktu kami," katanya lagi. 

Baca Juga: Jubirnya Dilaporkan ke Polisi, KPK Siap Berikan Bantuan Hukum

2. Pansel capim KPK akan diterima oleh Presiden Jokowi pada 2 September pukul 15:00 WIB

Diundang KPK untuk Cek Rekam Jejak, Pansel Capim Emoh karena SibukIDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Yenti mengaku harus bekerja ekstra keras lantaran sudah dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada Senin (2/9) sekitar pukul 15:30 WIB. Sehingga, ia dan anggota pansel lainnya harus mulai bekerja dan memutuskan 10 nama berdasarkan hasil uji publik serta tes kesehatan. 

"Kemudian, kami akan meneruskan rapat mengenai hasil (tes kesehatan) dari RSPAD. Besok dan hari selanjutnya, kami akan menggelar rapat tertutup. Kemudian, pada hari Senin (2/9) kami akan rapat putusan untuk menentukan 10 calon pimpinan KPK. Insya Allah pada Senin sekitar pukul 15:00, kami diterima oleh Presiden untuk menyerahkan 10 nama tersebut," kata Yenti. 

Pansel juga tidak akan mengumumkan siapa 10 nama capim yang diserahkan ke Presiden Jokowi. Kecuali diminta oleh orang nomor satu di Indonesia itu. 

"Pansel hanya menyerahkan kepada Presiden dan tidak mengumumkan sepanjang tidak diminta oleh Presiden," kata dia lagi. 

3. Publik meminta kepada pansel capim KPK dan Presiden Jokowi agar memilih kandidat yang tidak ada catatan hitam

Diundang KPK untuk Cek Rekam Jejak, Pansel Capim Emoh karena Sibuk(Diskusi KPK) IDN Times/Santi Dewi

Sementara, suara-suara agar pansel capim memilih kandidat yang tak memiliki catatan hitam semakin santer terdengar. Selain disuarakan oleh koalisi masyarakat sipil, juga disampaikan oleh tokoh agama. Salah satunya mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Syafii Maarif. 

Ia mewanti-wanti kepada panitia seleksi capim KPK agar tidak memilih kandidat yang jelas-jelas memiliki rekam jejak kelam. Cendikiawan Muslim itu juga mengatakan masih ada orang baik lainnya, sehingga tak harus terpaku untuk memilih capim dengan rekam jejak yang tak baik. 

"Capim yang ada titik-titik hitam, jangan dipilih," kata Syafii tegas dalam diskusi di KPK dengan tema "Menjaga KPK, Mengawal Seleksi Pimpinan KPK" pada Rabu (28/8) di gedung institusi antirasuah. 

Ia pun turut menitipkan pesan yang sama bagi anggota Komisi III DPR agar nantinya memilih dari 10 capim KPK yang bisa bersikap independen dan bebas dari konflik kepentingan. Buya Syafii turut mengingatkan Presiden Jokowi agar benar-benar menyaring masukan yang mampir ke telinganya terkait pemilihan capim KPK. 

"Sebab, kadang-kadang dikeliling orang-orang penting itu belum tentu mereka orang baik. Banyak oportunis dan musang berbulu ayam," katanya. 

Pesan ini disampaikan Buya Syafii lantaran pansel terlihat begitu resisten dan tak menghiraukan masukan dari publik. Capim yang rekam jejaknya menjadi sorotan seperti Irjen (Pol) Firli dan Irjen (Pol) Antam Novambar tetap lolos hingga di tahap 20 besar. 

Sementara, belum diketahui apa langkah selanjutnya dari KPK usai mendengar respons dari pansel. Jubir KPK, Febri Diansyah ketika dikonfirmasi tak memberikan komentarnya. 

Baca Juga: Buya Syafii ke Pansel KPK: Jangan Pilih Capim yang Ada Titik Hitam

Topik:

Berita Terkini Lainnya