Bijak Memilih: Gerakan Anak Muda untuk Pilih Pemimpin dari Rekam Jejak

Anak muda didorong menuntut calon pemimpin yang baik

Jakarta, IDN Times - Diperkirakan 107 juta anak muda bakal menggunakan hak suaranya di Pemilu 2024. Sebanyak 63,9 juta orang di antaranya adalah calon pemilih yang berusia 17 tahun hingga 30 tahun. 

Jumlah calon pemilih pemula dan muda yang besar ini menjadi target oleh berbagai partai politik jelang Pemilu 2024. Namun, tak sedikit dari mereka yang mengaku masih bingung untuk menentukan partai mana dan siapa calon anggota legislatif yang harus dipilih.

Berkaca dari realita itulah, platform Bijak Memilih hadir. Para pencetusnya berkeinginan agar para pemilih muda menjatuhkan pilihannya bukan berdasarkan sosok dan cara kampanyenya yang terkesan mengikuti trend anak muda. Pendiri Bijak Memilih berharap, anak muda memilih calon pemimpin berdasarkan ide dan gagasan untuk menyelesaikan seabrek masalah di Tanah Air. 

Melalui situs Bijak Memilih, calon pemilih bisa memperoleh informasi terkait rekam jejak partai politik. Selain itu, anak muda juga bisa mendapatkan informasi terkait kebijakan apa saja yang pernah didukung oleh parpol tersebut. Termasuk, apakah ada kader-kadernya yang tersangkut kasus korupsi. 

"Hipotesis kami bisa jadi partai tidak berubah karena they can get away with it, karena belum ada demand-nya. Jadi, yang kami lakukan di Bijak Memilih bukan sekedar memberikan informasi bahwa semua institusi sama aja, tidak ada yang benar-benar progresif. Kami justru mendorong harus dibuat demand-nya. Kami mengajak calon pemilih ini untuk menciptakan permintaannya untuk kemudian, mudah-mudahan, pemilih nantinya gak bisa dibodoh-bodohi lagi," ujar co inisiator Bijak Memilih, Andhyta F Utami ketika berbincang dengan IDN Times, Senin (11/9/2023), di Jakarta Selatan. 

Ia pun berharap pemilih muda semakin cerdas dan mampu melihat keterkaitan isu dengan politik. "Kami berharap mereka mengerti apa yang harus dituntut dari partai politik, sehingga hopefully bisa menghasilkan supply dan didorong ke atas. Alhasil, partai memiliki motivasi untuk melakukan (sesuai permintaan anak muda)," tutur dia lagi. 

Sebab, menurut Andhyta, parpol memiliki fungsi untuk mendengarkan aspirasi dari calon pemilihnya dan memenuhi tuntutan tersebut. 

1. Tuntutan adanya pemimpin yang punya rekam jejak baik belum terlalu tinggi

Bijak Memilih: Gerakan Anak Muda untuk Pilih Pemimpin dari Rekam JejakPeluncuran platform untuk mengenal partai politik dan caleg bagi anak muda, melalui program Bijak Memilih pada 11 September 2023. (IDN Times/Santi Dewi)

Lebih lanjut, Andhyta tak menampik bahwa masih ada gap antara kebijakan yang dituntut oleh kaum muda dengan realisasinya di lapangan yang diwujudkan oleh pemerintah. Salah satu tuntutan kaum muda belakangan yakni udara bersih dari polusi. Tetapi, tuntutan itu justru direspons dengan ajakan menanam pohon. 

"Demand-nya (tuntutan) dari kaum muda ada. Tapi, tidak cukup besar. Bisa jadi demand (perbaikan kebijakan) datang dari kelompok yang memang sudah tercerahkan. Demand-nya baru datang dari LSM yang memang bergerak di isu tersebut. Lalu, bagaimana dengan kelompok tengah ini yang bisa jadi berasal dari perkotaan dan middle class," kata dia. 

Ia menilai, belum semua kelompok muda di perkotaan bahkan paham terhadap isu-isu apa saja yang sudah terjadi. Di sisi lain, co-Initiator Bijak Memilih, Abigail Limuria juga sedang ingin membuktikan hipotesa mereka.

Hipotesa yang dimaksud yaitu bila ada dorongan yang kuat dari kaum muda agar kebijakan buruk segera dibenahi, apakah permintaan besar tersebut bakal diwujudkan oleh parpol. Sebab, parpol adalah institusi untuk melahirkan calon-calon pemimpin. Abigail menggarisbawahi bisa jadi hipotesa mereka keliru dan tak ada perubahan apapun meskipun sudah dituntut oleh kaum muda. 

"Justru melalui ini (platform Bijak Memilih) adalah eksperimennya. Tentu aku tidak bisa menjamin pasti bakal ada perubahan. Ini bagian dari proses eksperimen jujur kita. Karena kami menginginkan adanya perbaikan," ujar Abigail. 

Baca Juga: KPU Tetapkan DPT Pemilu 2024, Ada 204 Juta Pemilih

2. Platform Bijak Memilih tak menerima pendanaan dari partai politik

Bijak Memilih: Gerakan Anak Muda untuk Pilih Pemimpin dari Rekam JejakCEO Bijak Memilih, Andhyta F. Utami (pojok kanan) ketika peluncuran fase pertama pada 11 September 2023. (IDN Times/Santi Dewi)

Lebih lanjut, Abigail mengatakan, gerakan Bijak Memilih tidak didanai oleh partai politik manapun. Para pendiri platform tersebut menegaskan bahwa gerakan mereka independen. 

"Gak ada kalau dana (dari) parpol," ujarnya. 

Bijak Memilih, kata Abigail, memang pernah mencoba mengontak mereka. Salah satunya untuk mendapatkan masukan apakah informasi yang ditampilkan di platform tersebut sudah akurat. Sayangnya, kata Abigail, belum ada parpol yang merespons.

Andhyta menduga, platform mereka belum diprioritaskan oleh parpol. Apalagi nilai utama mereka adalah menjaga independensi dari parpol. 

"Jadi, mereka mungkin tahu kalau kita arahnya ke sana," tutur dia. 

3. Bijak Memilih ingin jadi referensi informasi agar pemilih muda tak salah memilih

Bijak Memilih: Gerakan Anak Muda untuk Pilih Pemimpin dari Rekam JejakIlustrasi Pemilu. (IDN Times/Mardya Shakti)

Di sisi lain, Andhyta dan Abigail memahami, bagi pemilih pemula mereka belum memahami sosok calon pemilih mana dan parpol apa yang harus dicoblos. Bahkan, menurut peneliti dari Indikator Politik Indonesia (IPI), Bawono Kumoro, rujukan politik para pemilih pemula adalah kedua orang tua mereka. Artinya, apapun yang dipilih oleh kedua orangtuanya saat pemilu nanti, maka itulah pilihan yang juga diikuti oleh pemilih pemula. 

Oleh sebab itu, Andhyta berharap, ke depan Bijak Memilih menjadi semacam pintu masuk bagi kelompok yang memilih karena ikut pilihan orang tuanya, agar lebih paham. Sehingga, mereka bisa memilih secara sadar dan tanpa ada pengaruh dari siapapun. 

"Mudah-mudahan dengan kami viralkan platform ini di media sosial, bagi first time voters ini, mereka akan melihat lebih dulu platform Bijak Memilih sebelum menengok ke grup WhatsApp keluarga," tutur Andhyta. 

Ia menambahkan, tidak ada masalah bila kelompok pemilih pemula nantinya tetap mengikuti pilihan politik keluarga. Tetapi, ia berharap ketika pemilih pemula dan muda sudah peduli terhadap suatu isu, maka calon pemimpin yang dipilih pun yang turut menjadikan isu itu proritas untuk dituntaskan. 

"Harapan kami, bila anak mudanya sudah peduli terhadap sebuah isu, dia lebih bisa mencari (calon pemimpin) yang allign (sesuai) dengan isu yang menjadi kepeduliannya," katanya. 

Platform Bijak Memilih telah diluncurkan fase kedua pada Senin kemarin. Mereka berencana untuk meluncurkan fase ketiga dengan menampilkan rekam jejak semua bakal capres dan cawapres yang bakal berkompetisi di Pemilu 2024. Harapannya, fase ketiga itu bakal diluncurkan pada Januari 2024. 

"Kami memang menunggu percaturan politiknya ini terkait kandidat presiden final dulu, baru nanti kami akan launch di Januari lah," tutur dia. 

https://www.youtube.com/embed/pa5wMZBaEYs

Baca Juga: Koalisi PDIP Siapkan Jurkam Muda Menangkan Ganjar pada Pemilu 2024

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya