Mahfud Ngaku Capek 2,5 Jam Berdebat: Ada Saja Materi dan Gimik Recehan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD mengaku cape usai berdebat selama 2,5 jam di Jakarta Convention Center (JCC), pada Minggu (21/1/2024) malam. Meski demikian, Mahfud mengaku bersyukur debat tersebut dapat menghasilkan ilmu baginya.
"Capek juga berdebat selama dua setengah jam. Tapi, saling menimba ilmu," ujar Mahfud dalam cuitannya di akun X-nya, dikutip Senin (22/1/2024).
Baca Juga: Ditanya soal Serang Muhaimin-Mahfud, Gibran: Hanya Bertukar Pikiran
1. Mahfud sebut harus sabar karena ada gimik recehan
Meski demikian, Mahfud mengaku harus bersabar selama debat keempat capres dan cawapres. Sebab, ada kandidat yang melakukan gimik recehan.
"Kadang harus bersabar, karena ada saja materi dan gimmick recehan. Terima kasih kepada netizen atas dukungan yang begitu bergelora," ucap dia.
Baca Juga: Ganjar soal Aksi Mahfud Ogah Jawab Gibran di Debat: Menginspirasi
Editor’s picks
2. Mahfud ogah jawab pertanyaan Gibran: Receh dan gak layak
Sebelumnya, Mahfud sempat enggan menjawab pertanyaan calon wakil presiden nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka. Dia mengatakan pertanyaan yang dilontarkan pasangan Prabowo Subianto itu tak layak dijawab.
“Begini loh kalau akademis itu gampang ya kalau bertanya ya kayak gitu-gitu itu recehan, recehan. Oleh sebab itu itu tidak layak dijawab menurut saya. Oleh sebab itu saya kembalikan ke moderator. Ini gak layak dijawab pertanyaan kayak gini gak ada ini jawabannya,” kata dia saat debat keempat di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Minggu (21/1/2024).
Baca Juga: Mengenal Greenflation, Terminologi Baru dalam Green Economy
3. Gibran bertanya soal greenflation ke Mahfud
Hal ini berawal saat Gibran mempertanyakan cara mengatasi greenflation atau inflasi hijau kepada Mahfud. Namun, Mahfud menjawab dengan menjelaskan hal ini berkaitan dengan green economy atau ekonomi hijau.
Di mana menurutnya, masyarakat di Madura, Jawa Timur sudah mempelopori ekonomi hijau dengan mengolah sampah. Maka dari itu, inflasi hijau katanya bisa diatur dengan kebijakan dan menata data.