Kampanye Perdana di Sabang, Mahfud Ajak Pemuda Aceh Bangun Indonesia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3, Mahfud MD, datang ke Sabang, Aceh di hari pertama kampanye. Mahfud mengajak pemuda Aceh untuk ikut bersama-sama membangun bangsa.
Dalam kesempatan itu, Mahfud menyebut pada tahun 1930, rakyat Aceh pernah membuat lagu berbahasa Arab yang liriknya mirip dengan lagu Indonesia Raya.
“Wahai anak-anakku rakyat Aceh, bangsa kita ini jinsana adalah bangsa Indonesia. Bangun, bangun, bangun dari tidurmu. Lihat itu Tanah Airmu sedang memanggil untuk perjuanganmu,” ujar Mahfud dalam keterangannya menggambarkan lirik lagu tersebut.
Baca Juga: TPN Nonton Bareng Kampanye Perdana Ganjar di Merauke Lewat Virtual
1. Singgung soal Tanah Air
Mahfud kemudian menyinggung soal lirik lagu tersebut mengenai Tanah Air. Lirik Tanah Air dalam lagu tersebut digambarkan sebagai orang tua ketiga yang menjadi harapan.
“Wahai Tanah Airku, engkau adalah harapan hidupku dan angan-angan kebahagiaan dalam pandangan dalam diriku, hati nuraniku,” ucap dia.
Editor’s picks
Baca Juga: Besok Kampanye, Ganjar Curhat Mahfud Belum Dapat Izin Cuti dari Jokowi
2. Mahfud sebut Aceh punya peran dalam kemerdekaan
Sebelumnya, Mahfud juga mengungkapkan, Nusantara terdiri dari berbagai pulau, beragam bahasa, dan suku bangsa. Persatuan dari masing-masing daerah dan suku bangsa sama-sama berjuang demi kemerdekaan RI.
"Terutama untuk mengenang bangsa Aceh, rakyat Aceh yang dulu disebut bangsa Aceh kemudian sekarang menjadi bagian dari Bangsa Indonesia bersama suku bangsa yang lain untuk membangun Indonesia secara bersama-sama," ujar Mahfud, Selasa (28/11/2023).
3. Mahfud sebut Aceh berkontribusi besar pada kemerdekaan
Menurutnya, Aceh punya kontribusi sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bahkan kontribusi itu jadi modal utama.
"Aceh selain tempat pelabuhan juga dikenal sebagai tempat kepahlawanan ketika berani melawan penjajah melalui perang yang tidak berkesudahan sejak tahun 1873, bahkan di Aceh pula penjajah yang dipimpin oleh Jenderal Kohler itu terbunuh ketika akan mencoba merebut Masjid Baiturrahman," ujar Mahfud.