Komnas Perempuan Ungkap NW Sempat Minta Bantuan Sebelum Meninggal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Siti Aminah Tardi mengungkapkan, mendiang NW, mahasiswi asal Malang yang meninggal bunuh diri karena kasus kekerasan seksual dan pemaksaan aborsi oleh kekasihnya, BR, pernah menyampaikan pengaduan sebelum mengakhiri hidupnya.
"Jadi betul almarhumah menyampaikan pengaduannya di bulan Agustus di tengah malam, di pengaduan online. Dalam pengaduannya itu dia menyampaikan belum lengkap, tetapi dalam pengaduannya itu dia menyampaikan mengalami kekerasan dalam pacaran," ujar Siti dalam keterangan persnya secara virtual, Senin (6/12/2021).
Baca Juga: 6 Fakta Kasus Mahasiswi Malang Bunuh Diri Usai Dipaksa Pacar Aborsi
1. Korban alami kekerasan berulang dan bertumpuk
Dari informasi dan komunikasi yang didapatkan Komnas Perempuan, NW sudah mengalami kekerasan seksual berulang sejak menjalani hubungan cinta sebagai pasangan kekasih pada 2019 dengan BR.
"Kami medapatkan informasi bahwa korban mengalami kekerasan bertumpuk dan berulang dalam durasi hampir dua tahun, sejak 2019 atau sejak membangun relasi pacaran dengan pelaku," ujar Siti.
2. Sudah pernah mengadu ke dua lembaga hukum
Komnas Perempuan menceritakan runutan kisah yang diadukan korban. NW berupaya meminta bantuan terkait kekerasan seksual yang dialaminya, dan telah berupaya menerima bantuan di dua lembaga hukum di daerahnya.
Dari upaya ini, dia diarahkan untuk melaporkan kasus ini ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Kepolisian.
3. Korban minta konseling psikologis
Siti mengungkapkan, pihaknya mulai berkomunikasi dengan NW pada November 2021. Sebelumnya korban tak bisa dihubungi dari WhatsApp atau telepon biasa, pesan juga tak berbalas. Hingga akhirnya komunikasi bisa direspons dan korban menjelaskan kasusnya.
"Jadi kami menghubungi korban sesuai SOP, WhatsApp tidak direspons, kemudian direspons info terkait kronologis yang dia alami. Kemudian juga staf kami bisa berkomunikasi lewat telepon bulan November,"
NW menyampaikan kebutuhannya untuk mendapat konseling psikologis.
Baca Juga: Mahasiswi Bunuh Diri di Makam, Mantan Pacar Jadi Tersangka
4. Korban akhiri hidup sebelum jalani sesi konseling selanjutnya
Editor’s picks
Lewat komunikasi itu, korban mengirim surat ke Komnas Perempuan yang menceritakan tentang kekerasan yang dialaminya dari sang kekasih sejak berpacaran selama dua tahun, secara detail. Namun saat bantuan mulai berdatangan, NW mengakhiri hidupnya.
Berdasarkan kebutuhan korban untuk bantuan psikologis dan mediasi, Komnas Perempuan merujuk korban untuk mendapatkan layanan ke P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Mojokerto.
"P2TP2A Mojokerto itu sudah melakukan konseling untuk dua sesi di bulan November, kemudian saat akan dilakukan sesi berikutnya korban sudah meninggal," kata Siti.
5. Layanan konseling untuk mencegah bunuh diri
Bunuh diri merupakan masalah kesehatan jiwa serius yang sering diabaikan masyarakat. Jika kamu membutuhkan pertolongan atau mengenal seseorang yang membutuhkan bantuan, kamu bisa menghubungi layanan konseling pencegahan bunuh diri, di nomor telepon gawat darurat (emergency) hotline (021) 500–454 atau 119, bebas pulsa.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, saat ini sudah terdapat lebih dari 3.000 Puskesmas yang memiliki layanan kesehatan jiwa. Kamu bisa menghubungi atau langsung mendatangi Puskesmas terdekat untuk mengetahui apakah mereka melayani kesehatan jiwa. Bagi pemegang BPJS, konsultasi kejiwaan di Puskesmas tidak dikenakan biaya alias gratis. Jika belum memiliki BPJS, kamu tetap bisa berkonsultasi dengan biaya administrasi sebesar Rp5.000.
Selain itu, Kemenkes RI juga menyiapkan 5 RS jiwa rujukan yang dilengkapi dengan layanan konseling kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri. RS jiwa tersebut ialah:
RSJ Amino Gondohutomo Semarang, nomor telepon (024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor, nomor telepon (0251) 8324024, 8324025, 8320467
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta, nomor telepon (021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, nomor telepon (0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang, nomor telepon (0341) 423444
NGO Indonesia pencegahan bunuh diri:
Jangan Bunuh diritelp: (021) 9696 9293email: janganbunuhdiri@yahoo.com
Organisasi INTO THE LIGHTmessage via page FB: Into The Light Indonesia (@IntoTheLightID)direct message via Twitter: @IntoTheLightID
Kementerian Kesehatan Indonesiatelp: (021) 500454