JK Kritik Nadiem Jarang ke Daerah, Pengamat: Timnya yang Banyak Turun
Intinya Sih...
- Mantan Wapres Jusuf Kalla kritik Mendikbud Nadiem Makarim karena dinilai tak paham kondisi pendidikan di daerah.
- Pengamat Doni Koesoema menyatakan Nadiem jarang turun langsung ke daerah, hanya timnya yang sering turun.
- Doni menilai Nadiem hanya muncul dalam acara selebrasi program, kurang terlibat dalam menangani masalah pendidikan sehari-hari, dan tidak komunikatif terkait isu aktual.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Mantan Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK), mengkritik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim karena dinilai tak paham kondisi pendidikan di daerah, karena jarang blusukan dan bahkan jarang berkantor.
Menanggapi kritik JK ini, pengamat pendidikan Doni Koesoema mengatakan, Nadiem memang pernah berkunjung ke daerah, tapi jarang turun langsung, yang sering adalah timnya.
"Menurut saya Nadiem pernah juga ke daerah tapi sangat jarang, yang banyak turun adalah timnya," kata dia kepada IDN Times, Rabu (11/9/2024).
Baca Juga: Nadiem Makarim Dinilai sebagai Mendikbud yang Paling Tidak Komunikatif
1. Nadiem dinilai tidak terkualifikasi soal pendidikan di Indonesia
Dia mengatakan, seorang Mendikbud harus memiliki pemahaman mendalam tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Namun Nadiem, kata Doni, tak punya kualifikasi itu.
"Saya setuju dengan Pak JK bahwa Mendikbud harus paham pendidikan di Indonesia dan sayangnya Nadiem Makarim tidak terkualifikasi terkait hal ini," kata dia.
Editor’s picks
2. Nadiem dicap sebagai menteri yang paling tidak komunikatif ke media
Doni menilai, Nadiem hanya muncul dalam acara-acara selebrasi program, sementara perannya dalam menangani masalah pendidikan sehari-hari kurang terasa. Dia juga menyebut, Nadiem sebagai menteri yang tidak komunikatif terkait isu aktual.
"Nadiem Makarim juga mendikbud paling tidak komunikatif dalam memberikan pernyataan ke media terkait isu-isu aktual, sehingga publik merasa tidak ada kehadiran menteri selain pada acara selebrasi program-program saja," katanya.
3. Khawatir tim hanya laporkan yang baik-baik saja
Hal ini memicu kekhawatiran bahwa laporan yang diterima oleh menteri mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi sebenarnya, dan hanya memberikan gambaran positif.
"Menteri seharusnya paham kondisi di daerah dan terjun sendiri, karena tim bisa saja hanya laporan yang baik-baik saja, alias asal bapak senang," katanya.