5 Fakta Teroris di Batu yang Berhenti Sekolah karena Dirundung

HOK lanjut dalami Daulah Islamiyah dan belajar buat bom

Intinya Sih...

  • Densus 88 menangkap remaja HOK (19) di Malang atas dugaan rencana bom bunuh diri di tempat ibadah.
  • HOK berhenti sekolah dan bergabung dalam grup telegram untuk mendalami Daulah Islamiyah, belajar membuat bahan peledak, dan mencoba meraciknya.
  • Proses HOK mendapatkan informasi, otodidak meracik bahan peledak hingga termotivasi bom bunuh diri hanya membutuhkan waktu enam sampai tujuh bulan.

Jakarta, IDN Times - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap seorang remaja berinisial HOK (19) di Kota Batu, Malang, Rabu (31/7/2024) malam. Ia ditangkap atas dugaan rencana bom bunuh diri di tempat ibadah.

Juru Bicara Densus 88 Polri, Kombes Pol Aswin Azhar Siregar mengatakan, HOK ditangkap saat sedang membuang bahan peledak.

“Barang-barang yang dibuang tersebut sebagiannya adalah barang-barang yang tadinya akan digunakan untuk dibuat bahan peledak,” kata Aswin di Gedung Humas Polri, Senin (5/8/2024).

1. Dirundung oleh teman hingga berhenti sekolah

5 Fakta Teroris di Batu yang Berhenti Sekolah karena DirundungProses pemindahan napiter ke Lapas Besi Nusakambangan Cilacap memakai bus yang disediakan khusus oleh Densus 88 Antiteror. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Setelah menjalani pemeriksaan, HOK ternyata telah berhenti sekolah setingkat kelas satu SMA. Ia memutuskan untuk berhenti dari sebuah pondok pesantren karena dirundung.

“Dia sering dibully dan sering diejek oleh teman temannya dan juga sering mendapat teguran karena melakukan berbagai pelanggaran,” kata Aswin.

Baca Juga: Sosok Teroris yang Ditangkap Densus 88 di Malang: Pelajar 19 Tahun

2. Belajar membuat bahan peledak dari grup telegram

5 Fakta Teroris di Batu yang Berhenti Sekolah karena DirundungAparat Densus 88 Antiteror dan BNPT juga turut mengawal pemindahan napiter ke Lapas Besi Nusakambangan Cilacap. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Pada November 2023, HOK memutuskan untuk bergabung di dalam sebuah grup telegram untuk mendalami Daulah Islamiyah. Untuk masuk ke grup tersebut, HOK rela membayar dengan uang jajannya agar menjadi member di grup tersebut.

Dari grup tersebut, HOK mendapatkan banyak sekali video dengan propaganda ISIS dan Daulah Islamiyah. Selain itu, video eksekusi, peperangan ISIS, tentang baiat, dan video penjelasan bagaimana aktivitas yang dilakukan oleh ISIS itu sudah sesuai dengan syariat Islam.

“Kemudian video dan teks baiat pada amir ISIS, tentang video-video latihan perang Daulah Islamiyah, kemudian tutorial cara menggunakan bahan-bahan pembuatan bahan peledak,” kata Aswin.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap Teroris di Malang, Diduga Mau Bom Rumah Ibadah

3. Meracik bahan hingga meledak di dalam rumah

5 Fakta Teroris di Batu yang Berhenti Sekolah karena DirundungPelaku teroris bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar di rilis di Mapolresta Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Setelah belajar tutorial dari grup telegram, HOK mulai membeli bahan-bahan peledak pada April 2023. Ia pun sempat mencoba meracik bahan peledak di dalam rumah hingga meledak.

“Ditanya oleh keluarganya ‘apa itu?’ dia bilang bahwa dia sedang main petasan di dalam kamar,” ujar Aswin.

4. Tersangka belajar membuat berbagai varian bom

5 Fakta Teroris di Batu yang Berhenti Sekolah karena DirundungPelaku teroris bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar di rilis di Mapolresta Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Adapun proses HOK mendapatkan informasi, otodidak meracik bahan peledak hingga termotivasi bom bunuh diri hanya membutuhkan waktu enam sampai tujuh bulan.

“Yang bersangkutan juga mencoba membuat beberapa varian bom, membuat bom rompi, bom ikat pinggang, bom ransel, bom panci dan sebagainya namun masih belum bisa, dari keterangan yang bersangkutan. Jadi dia sudah mencoba beberapa itu sampai dengan kemarin kita tangkap, dia masih belum bisa,” kata Aswin.

5. HOK buang bahan peledak karena diperintah keluarga

5 Fakta Teroris di Batu yang Berhenti Sekolah karena DirundungIlustrasi Tersangka. (IDN Times/Aditya Pratama)

HOK membuang bahan peledak sebelum ditangkap karena perintah dari keluarga yang telah menyadari perubahan sikap HOK.

“Karena dari keluarganya ini sudah merasa, ‘kamu nih bakal ditangkap nih kalau kayak begini, sekarang buang nih bahannya semua’ sehingga yang bersangkutan membuang bahan tersebut namun pada saat itulah petugas Densus 88 berhasil menangkap yang bersangkutan,” ujar Aswin.

“Keterlibatan yang bersangkutan di dalam tindak pidana terorisme ini dipicu interaksi dari sosial media kemudian pengawasan juga yang kurang dari pihak keluarga terhadap yang bersangkutan sehingga memicu atau peluang yang besar terhadap yang bersangkutan untuk terlibat dalam sebuah tindak pidana terorisme,” imbuhnya.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya