Pidato Lengkap Megawati di Konser Salam Metal Ganjar-Mahfud

Megawati mengaku geram dengan kondisi politik jelang pemilu

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyinggung beberapa hal terkait isu politik menjelang Pemilu 2024. Di antaranya terkait pembagian bansos dari Presiden Joko "Jokowi" Widodo, intimidasi aparat keamanan, hingga tekad memenangkan pasangan capres-cawapres nomor urut tiga Ganjar Pranowo-Mahfud MD satu putaran.

Megawati awalanya mengaku biasa saja menghadapi kondisi politik sekarang ini, namun lama-kelamaan dia geram juga. Dia juga mengingatkan pendukung dan simpatisannya agar tidak takut dengan intimidasi, dan mendorong agar memenangkan Ganjar-Mahfud satu putaran.  

Putri sulung Presiden pertama RI Sukarno itu juga menyentil kinerja penyelenggara pemilu, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU RI) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), yang dianggapannya tidak hadir mengawal penyelenggaraan Pemilu 2024.

Berikut pidato lengkap Megawati dalam kampanye akbar Ganjar-Mahfud di Stadion GBK hari ini.

Menang, menang, menang satu putaran, sanggup? Kalau bohong bagaimana? Ayo jawab ibu, kalau bohong gimana? Sudah mantap belum nyoblos nomor berapa?
Kurang keras! Kurang keras!

Sebetulnya ibu sekarang hari-hari ini sedang prihatin. Kenapa? Karena ibu ini anaknya siapa ya? (Bung Karno) Iya namanya Bung Karno, tapi dia itu siapa?

Kalian ini sebagai pewaris kemerdekaan ini, seharusnya harus tahu siapa pun orangnya. Kalau merasa sebagai warga negara Republik Indonesia, maka sebenarnya kita tidak boleh dipecah-pecah hanya karena berkeinginan untuk melanggengkan kekuasaan, betul atau tidak? Betul atau tidak? Betul atau tidak?

Jadi kalau ada yang berniat atau melakukan hal-hal yang merugikan rakyat Indonesia, apakah kamu takut? Apakah kamu takut? Kenapa? Kenapa? Karena perundangan kita melindungi seluruh rakyat Indonesia di manapun mereka berada. Apa dia presiden, apa dia menteri, apa dia namanya TNI-Polri, dia adalah rakyat Indonesia, ingat? Betul atau tidak?

Ibu hari-hari ini, ngomong sama mbak Puan, ngomong sama mas Nanan, bilangnya gini sabar, sabar, sabar, ngomong sabarnya tiga kali lho. Eh tapi lama-lama kok gak sabar ya, karena saya gak bisa lihat bahwa yang namanya kekuasaaan itu dipergunakan untuk mengintimidasi yang sama-sama rakyat Indonesia, yang mempunyai hak yang sama di dalam konstitusi kita, yang dibuat oleh para pendiri dan pejuang kita, dikatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama, sama, sama, di mana? Di mata hukum.

Ingat, hei polisi jangan lagi intimidasi rakyatku. Hei tentara jangan lagi intimidasi rakyatku! PDI Perjuangan adalah partai sah di Republik ini, artinya diizinkan untuk mengikuti yang namanya pemilu. Pemilihan umum langsung adalah hak rakyat, bukan kepunyaan kalian, ingat! Jadi kalau mulai hari ini ibu ndak mau lagi dengar, memangnya polisi itu iku sopo yo?

Ayo, jangan sok aksi lho! Eh eh eh, panglima itu sopo yo? Ayo ngomongnya keras kenapa sih? Artinya di sinimu belum punya keberanian seperti ibu, kenapa, kalau ibu gak takut, ibu tahu hak ibu. Enak aja, anak orang dipanggil polisi, itu tahu gak Pak Aiman (Caleg Partai Perindo Aiman Witjaksono)? Enak aja anak orang dipanggil-panggil.

Kemarin di Gunung Kidul? Baca gak, baca gak? Ada gak dari Gunung Kidul, sekarang angkat tangan? Loh enak aja ibu udah minta kok baik-baik, ini harus sudah diturunkan (bendera PDIP) bla bla bla. Saya bilang eh bikin suratnya ke saya karena jelek-jelek gini saya ketua umum partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Kamu sama polisi, sama apratlah, sama panglimalah, sama ASN-lah jangan sekali kali lagi mulai hari ini, betul ndak?

Kalau dia mau datang, ibu aja udah... hmmm hmm, gak usah ibu rangkul aja, pangkat lo apa sih? Jenderal? Eh jelek-jelek saya pernah panglima tertinggi lho, tidak pernah terhapus lho, karena saya disebut Presiden kelima Republik Indonesia. Boleh dong sekali-kali sombong, udah begitu saya pernah wapres lho, eh enak aja anak-anak saya terus mau kenapa sih kalian dibegitukan? Karena mereka takut kalah dan iya mereka pasti kalah oleh kita di dalam satu putaran, sanggup apa tidak? Eh awas lho kalau bohong lho, nanti ibu lihat di tempat coblos-coblos hati-hati kecursngan lho, sekarang sudah pusing lho.

Eh KPU, eh Bawaslu kemana kamu? Kemana kamu? Namanya keren badan pakai pengawas, pengawas, tapi yang diawasi siapa?

Ibu ini pengalaman dibikin kayak gini sudah dari sejak Bung Karno dijatuhkan, jadi urusan gini-gini jangan lagi dibikin, ini udah merdeka, yang namanya Republik Indonesia. Saya bilang, ya, tapi kalau para jenderal gak berani ngelawan di depan situ yang disuruh keroco-keroconya, makanya kasihan dia, dirangkul aja.

Pak gak usah ngomong keras-keras pak, kuping kita juga dengar kok, bapak kau minum gak? Kasian lho, di sini ada polisi gak? Berani apa gak. Mana? Lah masa ya polisi mau dibelah-belah, ada polisi baik, polisi takut, polisi gak ngerti karena siap ndan, padahal dia gak ngerti perintah opo? Gak boleh gitu.

Saya gak mau karena republik ini ingat republik ini dibuat dari darah dan air mata. Berapa yang meninggal? Berapa yang tak diketahui kuburannya, tapi semua ikhlas karena apa? Berkeinginan suatu saat punya negara yang merdeka dan berdaulat yang dipimpin oleh pemimpin yang mengayomi, yang bijaksana, yang mencintai rakyatnya.

Ada gak yang sekarang kayak gitu? Ganjar sih belum ada, yang lagi jadi. Lailaah….lha, ya, dong bayangkan dong, mbok ya kalau saya lihatin aja kalau udah pikirannya, udahlah pak polisi tentara aduh... kamu juga kalau pensiun makan juga di warung. Ayo betul apa gak? Ibu ngomong gampang aja, pasti nanti pergi ke warung, memangnya saya mau jadi provokator? Eh jangan dikasih makan ya, kalau yang intimidasi-intimidasi, udah deh capek.

Kenapa sih? Katanya luber (langsung, umum, bebas, rahasia) pemilihan umum langsung. Saya lho yang waktu itu mesti ngawasi, makanya berhasil. Makanya kalau sudah ada MPR yang memutuskan siapa yang menjadi presiden sayalah reformasi. Makanya perlu ingat maka dimintalah pemilu langsung untuk mempergunakan hak coblos rakyat, yang ngawasin itu presiden kelima saya, saya gak mau sekarang, enak aja, nanti nipu-nipu.

Siapa yang suka terima bansos? Eh jangan bohong. Ya gak apa-apa terima aja, tapi nanti nyoblosnya jangan goyang lho. Sapa yang mau goyang? Ayo siapa yang mau ngoyang? Bansos itu uangnya rakyat, jangan lupa. Eh ini duitnya dari mana?

Jadi kalau mikir itu mikir lurus ingat lho ibu ngomong, nyoblosnya lima menit. Ingat, ingat nyoblosnya lima menit, kalau salah pemimpin ngerasain akibatnya lima tahun. Lah sekarang pertanyaan terakhir saya kalau belum jadi presiden intimidasi rakyat, sudah pakai uang negara? Pemimpin yang benar apa gak? Pemimpin yang bagus apa gak?

Memilih yang kayak gitu apa gak? Jawabnya yang keras, tidak! Sampai di sini mau meledak, ibu yang sudah tua bisa. Tidak!

Rakyatku jadi penakut tidak mengerti perundang-undangan. Tidak mau dan maunya disuruh-suruh, haknya tidak dipergunakan. Gunakan sekarang, terlindungi oleh undang-undang Republik Indonesia, bukan undang-undang si Badu atau apa? Ingat lho ngomong sama yang lain. Kalau janji ama ibu satu putaran satu putaran.

Kalau umpanya bu gak bisa satu putaran karena diintimidasi, sudah jangan jadi anggota PDIP Perjuangan, keluar ae (saja). Karena yang namanya anak buah saya itu kayak banteng ketaton, padahal ibu sendiri, tapi ibu banyeng pakai anting-anting karena perempuan.

Pasti ibu ini dilaporin, emangnya mau diapain. Kalau ibu mau dibawa ke polisi kamu mau ngapain? (lawan) bener nih ntar pada cengeng. Ibu dibawa ke polisi tiga kali lho waktu zaman Pak Harto, tapi ibu sih kalem aja. Musti bikin ini ah.

Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, dengan ini saya mengajak seluruh rakyat Indonesia dimana pun berada untuk mewujudkan Pemilihan Umum 2024 yang demokratis, jujur, adil, dan bermartabat. Dan sebagai bentuk kewaspadaan kita, guna melawan berbagai money politic dan intimidasi, marilah, jadi ibu sudah bikin kentongan. Marilah sebagai simbolis serentak memukul 10 ribu kentongan untuk meningkatkan kewaspadaan nasional kita, untuk negara kita ini tetap berdaulat dan merdeka.

Baca Juga: Megawati Sindir soal Pembagian Bansos di Konser Akbar Ganjar-Mahfud

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya