Jaga Kualitas Konsumsi Haji, Sampel 57 Katering Diuji 3 Kali Sehari

Yang mencicipi pun tak sembarang orang

Makkah, IDN Times - Kualitas konsumsi jemaah haji di Tanah Suci benar-benar dijaga oleh pemerintah. Melalui Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), makanan yang akan didistribusikan kepada para jemaah akan dicicipi terlebih dahulu. Sebanyak 57 katering yang memasak makanan jemaah haji pun harus membawa sampelnya sebanyak tiga kali sehari ke kantor Daerah Kerja. 

Konsultan Pengawas Katering Haji, Irfansyah mengatakan, ada beberapa hal yang harus dicek sebelum makanan tersebut disajikan kepada jemaah haji. Yang pertama adalah gramasi atau bobot makanan. Untuk karbohidrat, ia menyebut standarnya adalah 150 gram. Sementara protein nabati 100 gram dan protein hewani 80 gram.

''Nah, misalnya ini kita ada nasi, ayam sama tempe, saya akan cek gramasinya dulu,'' kata Irfan, Selasa, (4/6/2024). ''Selanjutnya adalah pengecekan secara visual atau kasat mata. 'Kita lihat misalnya dari nasi. Kalau nasinya kering kan kelihatan di mata.''

Kemudian, sampel makanan akan dicek aromanya dengan cara dicium. Tujuannya adalah untuk mengecek apakah ada bau basi atau tidak. Lalu, untuk meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja, nasi, lauk, dan sayur harus dicicipi.

Jika dalam pengecekan itu ditemukan ada makanan yang tidak sesuai standar, maka mereka akan langsung akan melaporkannya pada petugas yang ada di hotel untuk menahan distribusi.

Menurut Irfan, jika ditemukan ada banyak makanan yang tak sesuai standar, maka mereka akan langsung melapor kepada pihak dapur katering. Katering itu pun diharuskan memberikan konsumsi sementara sebelum makanan penggantinya matang. "Bisa seperti roti atau semacam croissant. Itu harus ada dalam waktu satu jam,'' ujarnya. 

Irfan mengatakan bahwa dalam kontrak dengan para katering, disebutkan ada beberapa mekanisme penggantian. Salah satunya adalah penyediaan konsumsi tambahan sebanyak 1 persen dari jumlah porsi yang mereka masak. Selain itu, bisa juga diambilkan sementara dari jatah para pekerja. 

Sampel sendiri, kata Irfan, akan diserahkan kepada petugas pengecekan kualitas sejam sebelum jam distribusi. Misalnya, konsumsi malam yang didistribusikan sejak jam 5 sore, sampel sudah harus diserahkan pada petugas pada jam 3 sore.

"Setiap jam makan itu akan ada 57 sampel makanan. Tinggal dikali tiga kali makan saja, itu berapa," ujarnya. Agar pengecekan makanan tetap objektif, kata Irfan, petugas bergantian. "Kalau kebanyakan mencicipi, maka ketelitiannya juga akan menurun," imbuh Irfan.

Meski terlihat sederhana, namun tugas mencicipi makanan ini tidak diberikan kepada sembaraùng orang. Irfan dan tim merupakan pakar tata boga yang sudah beberapa kali menjadi petugas konsumsi haji. Bahkan, mereka adalah dosen pengajar tata boga.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya