Beratap Langit, Kisah Petugas Haji Melawan Suhu 45 Derajat Celcius

Mereka bekerja 12 jam sehari demi jemaah haji

Makkah, IDN Times - Dahi Wawan Ridwan mengkerut menahan panas, Rabu (29/5/2024), siang. Ia naik turun dari bus satu ke bus lainnya untuk memberitahu jemaah haji yang menumpang bus. Wawan menginfokan tentang di mana jemaah harus turun.  Sementara itu, di saku bajunya, Handy Talkie tak henti meraung. Rekan sesama penjaga halte Bus Shalawat terus membagi kabar tentang kondisi terkini. 

Sudah sepekan ini pria asal Majalengka, Jawa Barat ini menjadi tenaga pendukung Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di bidang transportasi. Ia berjaga 12 jam sehari. Wawan mendapat tugas menjaga halte di Pos 1, daerah Syisyah, Makkah. Yang jadi tantangan utama tentu suhu di Arab Saudi yang bisa mencapai 45 derajat pada siang hari.

Jangan dibayangkan halte Bus Shalawat di Makkah ada sebuah bangunan beratap dengan kursi tunggu. Halte hanya sebutan untuk titik pemberhentian bus. Tak ada bangunan atau peneduh untuk para petugas. Jika sedang tak ada bus, mereka bisanya berteduh di antara bayangan gedung terdekat. 

Baca Juga: Harunya Dani Bertemu Sang Istri Setelah 4 Hari Terpisah di Tanah Suci

Beratap Langit, Kisah Petugas Haji Melawan Suhu 45 Derajat CelciusPetugas haji bidang transportasi, Wawan Ridwan, sedang mengatur lalu lintas bus di Makkah. IDN Times/ Faiz Nashrillah

Wawan punya beberapa tugas utama. Yang paling penting adalah memastikan penumpang tak salah turun halte. Itulah kenapa, pria 38 tahun ini wajib naik saat ada bus menepi. "Biasanya kita sebutin, yang hotelnya ini, turunnya di sini,'' ujarnya. 

Tugas lain Wawan adalah mengondisikan bus agar sebarannya merata. ''Misalnya, ada beberapa bus datang bersamaan dan ada yang kosong, nah itu akan kita mintaa untuk lanjut jalan. Kami oper ke halte lain yang penumpangnya sedang menumpuk,'' ujarnya. Selain itu, ia juga diwajibkan mencatat nomor lambung bus. Tujuannya untuk mengetahui berapa kali bus itu sudah melintasi halte tersebut.  

Perbincangan dengan Wawan pun kerap terpotong. Ia nyaris tak berhenti lantaran Bus Shalawat yang mengangkut jemaah dari hotel maupun Masjidil Haram selalu datang setiap lima menit sekali. ''Sebentar ya mas,'' ujarnya beberapa kali memotong pembicaraan ketika ada bus datang. 

Rampung mengurusi jemaah, Wawan menepi melanjutkan obrolan. Menurut Wawan, dari 22 rute Bus Shalawat yang ada di Makkah, paling banyak terdapat di Syisyah, yaitu 6 buah. Dari enam itu, rute 3 tempatnya berjaga adalah yang paling padat karena jumlah jemaahnya paling banyak. 

Meski berat, pria yang sudah 16 tahun menjadi pekerja migran di Jeddah ini mengaku menikmati perannya. ''Soal panas, awalnya memang menyengat, tapi lama-lama gak masalah. Yang penting saya ikutan jadi tugas haji untuk melayani tamu Allah.'' 

 

Beratap Langit, Kisah Petugas Haji Melawan Suhu 45 Derajat CelciusPetugas transportasi haji, Ibrahim di salah satu halte di Makkah. IDN Times/Faiz Nashrillah

Tak jauh dari tempat Wawan bertugas, Ibrahim Anas juga sibuk mengarahkan Bus Shalawat. Pria 28 tahun ini menjaga Pos 2. "Di sini traffic busnya lumayan tinggi karena ada 60 ribu jemaah di Syisyah,'' kata pria asal Pekanbaru ini. 

Beratap Langit, Kisah Petugas Haji Melawan Suhu 45 Derajat CelciusPetugas transportasi haji, Ibrahim di salah satu halte di Makkah. IDN Times/Faiz Nashrillah

Menurut Ibrahim, ia biasanya hanya rehat saat waktu salat. Begitu masuk waktu salat, kata dia, bus akan berhenti beroperasi. ''Jadi, kalau ada jemaah yang menunggu, biasanya kita minta untuk salat di musala hotel. Makanya, jemaah haji kita minta untuk bersiap sebelum masuk waktu salat kalau mau ke Masjidil haram,'' kata dia.

Selain soal waktu, ia juga meminta penumpang untuk menghafal nomor hotel dan rute bus yang mereka tumpangi. Kalau ragu, jemaah diminta untuk jangan sungkan menanyakan nomor petugas. ''Kami siap membantu, pokoknya semua untuk jemaah,'' ujarnya.

Mahasiswa S3 bidang hukum mitigasi di salah satu kampus di Madinah ini mengaku ingin terus mengabdi untuk Indonesia meski berada di negeri orang. Ia bahka mengaku sudah dua kali menjadi tenaga pendukung haji. Kali pertama ia bertugas melayani jemaah haji adalah tahun 2019 lalu.

''Saya sudah sejak tahun 2015 di Madinah. Ingin terus berkontribusi untuk Indonesia, salah satunya menjadi petugas haji seperti ini. Nanti kalau sudah lulus S3 inginnya kerja di Konsulat Jenderal. Nah, rencana masa tua nanti ingin balik ke Tanah Air. Ingin jadi dosen. Ingin berbagi pengalaman,'' kata Ibrahim menutup percakapan. 

Baca Juga: Diduga Hendak Haji, 24 WNI Ditangkap karena Tak Kantongi Visa Resmi

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya