Kemendikbud Perlu Turun Tangan Mengungkap Kasus Bullying PPDS di Undip

Kemenkes seharusnya sudah berkomunikasi dengan Kemendikbud

Intinya Sih...

  • Kuasa hukum keluarga mahasiswi PPDS Undip meminta Kemendikbud Ristek turun tangan dalam mengungkap dugaan perundungan di lembaga pendidikan tersebut.
  • Proses pendidikan di program dokter spesialis dilakukan oleh dokter senior yang mengakar ke juniornya, dan pihak keluarga belum berkomunikasi langsung dengan Kementerian Pendidikan.
  • Kasus perundungan di dunia pendidikan pencetak dokter disebut sebagai fenomena gunung es, banyak kasusnya namun tidak ada yang berani melapor. Harapan untuk pengungkapan kasus ini menjadi pintu masuk dalam penuntasan dugaan perundungan.

Jakarta, IDN Times - Kuasa hukum keluarga mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) Dokter Aulia Risma Lestari, Misyal Achmad, meminta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk ikut turun tangan dalam mengungkap dugaan perundungan di lembaga pendidikan tersebut.

"Ini sebenarnya bukan ranah Kementerian Kesehatan. Kementerian Pendidikan yang seharusnya bertanggung jawab," kata Misyal di Semarang, dikutip dari ANTARA, Kamis (6/9/2024).

 

 

1. Kemenkes perlu bekerja sama dengan Kemendikbud Ristek

Kemendikbud Perlu Turun Tangan Mengungkap Kasus Bullying PPDS di UndipNadiem Makarim (instagram.com/nadiemmakarim)

Dalam kasus dugaan perundungan yang dialami dokter Aulia, lanjut dia, terungkap sejumlah fakta. Ia menyebut proses pendidikan di program dokter spesialis dilakukan oleh dokter senior yang mengakar ke juniornya.

Menurut dia, pihak keluarga memang belum berkomunikasi langsung dengan Kementerian Pendidikan.

Namun, ia meyakini Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan telah berkomunikasi terkait dengan kasus ini.

Baca Juga: Hasil Investigasi Kematian Dokter PPDS Aulia, Diperas Rp40 Juta per Bulan

2. Banyak dokter PPDS korban bullying tak berani melapor

Kemendikbud Perlu Turun Tangan Mengungkap Kasus Bullying PPDS di UndipSejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menggelar aksi menyalakan lilin sebagai bentuk solidaritas atas kasus kematian dokter PPDS dan pemberhentian Dekan FK Undip, Yan Wisnu, di Semarang, Senin (2/9/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Ia menyebut kasus perundungan di dunia pendidikan pencetak dokter ini merupakan fenomena gunung es.

"Banyak kasusnya, namun tidak ada yang berani melapor," tambahnya.

Oleh karena itu, ia berharap pengungkapan kasus yang dialami oleh kliennya ini bisa menjadi pintu masuk dalam penuntasan dugaan perundungan yang terjadi.

Baca Juga: Menkes Pastikan Kasus Perundungan PPDS Undip Segera Dituntaskan Polisi

3. Dokter PPDS Undip akhiri hidup diduga jadi korban bullying

Kemendikbud Perlu Turun Tangan Mengungkap Kasus Bullying PPDS di UndipSejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menggelar aksi menyalakan lilin sebagai bentuk solidaritas atas kasus kematian dokter PPDS dan pemberhentian Dekan FK Undip, Yan Wisnu, di Semarang, Senin (2/9/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Sebelumnya, seorang mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran Undip Semarang meninggal dunia diduga mengakhiri hidup di tempat indekosnya di Jalan Lempongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Kematian korban berinisial AR yang ditemukan pada Senin (12/8) tersebut diduga berkaitan dengan perundungan di tempatnya menempuh pendidikan.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya