Menkes Ungkap Dokter Undip Terdeteksi Ingin Akhiri Hidup Sejak Maret

Kemenkes lakukan skrining kesehatan jiwa Maret 2024

Intinya Sih...

  • Kemenkes lakukan skrining kesehatan jiwa Maret 2024
  • 399 dari 2.716 calon dokter spesialis mengalami depresi dan ingin bunuh diri
  • Kementerian Kesehatan RI siapkan lima RS Jiwa rujukan dan layanan telepon konseling kesehatan jiwa

Jakarta, IDN Times - Fakta baru terkuak dalam kasus meninggalnya Mahasiswi Program Studi Anestesi Universitas Diponegoro yang diduga mengakhiri hidup akibat perundungan atau bullying. Ternyata, dokter tersebut masuk dalam skrining kesehatan yang dilakukan Kementerian kesehatan Maret 2024.

Aulia Risma Lestari termasuk responden yang mengalami depresi berat hingga ingin bunuh diri. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam program khusus IDN Times Real Talk With Uni Lubis, Sabtu (17/8/2024).

"Nah survei itu kelihatan 399, saya ingat. Waktu dia mau bunuh diri, surveinya ditangkap sama Kompas. Dan itu salah satunya adalah dia (Aulia)," ujar Budi.

1. Aulia terindentifikasi ingin akhiri hidup

Menkes Ungkap Dokter Undip Terdeteksi Ingin Akhiri Hidup Sejak MaretDokter PPDS Undip meninggal (instagram.com/rsud_kardinah)

Saat ditegaskan kembali oleh Uni Lubis bahwa 399 responden termasuk mahasiswi Undip yang meninggal pekan lalu, Budi membenarkan.

"Yang meninggal itu ada," ujar Menkes.

"Jadi sudah terdeteksi?" tanya Uni Lubis menegaskan kembali.

"Sudah teridentifikasi termasuk yang 399 itu," jawab Budi.

Baca Juga: Mahasiswi FK Undip Akhiri Hidup, Menkes: Biar Diusut Polisi

2. Ribuan calon dokter spesialis alami depresi

Menkes Ungkap Dokter Undip Terdeteksi Ingin Akhiri Hidup Sejak MaretGambar tangan dokter (Pexels.com/KarolinaKaboompics)

Sebelumnya Kemenkes melakukan skrining kesehatan jiwa. Hasilnya, calon dokter spesialis di Indonesia sebagian besar mengalami depresi bahkan sampai ingin melukai diri saat mengikuti pendidikan program spesialis atau yang dikenal dengan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

Fakta tersebut berdasarkan laporan skrining kesehatan jiwa yang dilakukan Kementerian Kesehatan per Maret 2024. Hasilnya, sebanyak 22,4 persen atau sekitar 2.716 calon dokter spesialis mengalami gejala depresi akibat PPDS.

Dari jumlah tersebut sebanyak 3,3 persen dokter PPDS atau sekitar 399 memiliki keinginan ingin bunuh diri.

Baca Juga: Polisi Ungkap Isi 9 Lembar Catatan di Buku Harian Mahasiswi PPDS Undip

3. 75 orang mengalami depresi berat

Menkes Ungkap Dokter Undip Terdeteksi Ingin Akhiri Hidup Sejak Maretilustrasi vaksinasi (pexels.com/FRANK MERIÑO)

Kemenkes melaporkan 2.716 PPDS yang mengalami gejala depresi, 1.977 di antaranya depresi ringan, 486 depresi sedang, 178 orang mengeluh depresi sedang sampai berat, dan 75 orang mengalami depresi berat.

"Dalam 2 Minggu terakhir, 3,3 persen atau sekitar PPDS merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apapun," tulis laporan tersebut.

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.

Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang(024) 6722565

RSJ Marzoeki Mahdi Bogor(0251) 8324024, 8324025

RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta(021) 5682841

RSJ Prof Dr Soerojo Magelang(0293) 363601

RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang(0341) 423444

Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya