Gerakan Coblos 3 Paslon dari Anak Abah, KPU DKI: Warga Jakarta Cerdas

Gerakan muncul usai Anies Baswedan gagal ikut Pilkada

Intinya Sih...

  • KPU DKI Jakarta merespons gerakan mencoblos tiga foto paslon setelah Anies Baswedan tidak maju di Pilkada
  • Komisi Pemilihan Umum akan terus sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
  • Astri Megatari menegaskan bahwa politik uang dalam gerakan tersebut dapat masuk dalam ranah pidana

Jakarta, IDN Times - Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta buka suara terkait munculnya gerakan baru yakni mencoblos tiga foto paslon di kertas suara, usai Anies Baswedan tidak maju di Pilkada DKI Jakarta.

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Astri Megatari mengatakan, KPU akan terus menggencarkan sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

"Kami yakin, kami optimistis bahwa warga DKI Jakarta sekarang cerdas-cerdas, kritis-kritis, dan semuanya bisa menilai ketiga pasangan calon ini dengan pikiran dan pandangan yang terbuka," ujar Astri di KPU DKI Jakarta, Jumat (13/9/2024).

Baca Juga: Soal Gerakan Anak Abah, Anies: Respons Situasi Perpolitikan Hari Ini

1. KPU DKI yakin warga Jakarta melek

Gerakan Coblos 3 Paslon dari Anak Abah, KPU DKI: Warga Jakarta CerdasSekelompok orang menggelar aksi terkait pencatutan NIK KTP warga DKI di depan Kantor KPU DKI Jakarta (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Astri mengakui, munculnya gerakan coblos tiga paslon akan menjadi PR bagi KPU DKI agar bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat di DKI Jakarta, dan bisa ikut serta dan berpartisipasi dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dengan baik dan benar. 

"Jadi kami sangat optimistis dengan melihat profil warga DKI Jakarta yang saat ini semakin berkembang, yang melek digital dan sebagainya, justru itu yang membuat masyarakat Jakarta semakin kritis dalam memilih siapa gubernur yang akan memimpin di lima tahun ke depan," imbuh dia.

2. Mengajak masyarakat tidak memilih bisa dipidana

Gerakan Coblos 3 Paslon dari Anak Abah, KPU DKI: Warga Jakarta Cerdasilustrasi mengeluarkan uang kertas dari dompet (pexels.com/ahsanjaya)

Astri menegaskan, jika ada politik uang dalam gerakan tersebut maka bisa masuk dalam ranah pidana. Politik uang dalam pilkada sudah jelas masuk pidana. 

"Jadi kita memilih itu kan sebenarnya hak masing-masing warga, apakah memilih atau tidak. Namun kalau kita mengajak masyarakat untuk tidak memilih, itu bisa dipidanakan," imbuhnya.

3. Gerakan coblos tiga paslon kekecewaan pendukung Anies

Gerakan Coblos 3 Paslon dari Anak Abah, KPU DKI: Warga Jakarta CerdasFoto Anies Baswedan di samping jendela pesawat. (www.x.com/@aniesbubble)

Juru Bicara Anies, Sahrin Hamid, tak menampik pihaknya mendengar gerakan tersebut. Tetapi, menurutnya, bisa saja itu merupakan ungkapan kekecewaan dari pendukung Anies lantaran jagoannya gagal berlayar di Pilkada Jakarta 2024. 

"Terkait gerakan anak Abah, bisa jadi itu adalah ungkapan kekecewaan pendukung Pak Anies karena yang mereka dukung kan tidak ada di dalam kertas suara," ujar Sahrin ketika dihubungi pada Minggu (8/9/2024).

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya